• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Rabu, Juli 9, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Tuan Rondahaim Saragih Garingging (Raja Raya XIV): Napoleon Der Bataks dan Kolonialisme Belanda (Sebuah Karya Rintisan)

Shohibul Anshor Siregar by Shohibul Anshor Siregar
2025/03/18
in Esai, Nasional, Opini, Sejarah, Sosok, Ulasan
0
Tuan Rondahaim Saragih Garingging (Raja Raya XIV): Napoleon Der Bataks dan Kolonialisme Belanda (Sebuah Karya Rintisan)

Tuan Rondahaim Saragih Garingging (Raja Raya XIV).

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Oleh: Shohibul Anshor Siregar

Abstrak

Tuan Rondahaim Saragih Garingging (wafat 1891), atau Raja Raya XIV, adalah tokoh sentral dalam perlawanan Simalungun terhadap ekspansi kolonial Belanda di Sumatra Utara. Julukan “Napoleon der Bataks” yang diberikan Belanda mencerminkan ketangguhannya dalam mempertahankan wilayah Partuanan Raya. Artikel ini menganalisis strategi politik dan militer Rondahaim, konteks historis kekuasaannya, serta makna julukan tersebut dalam narasi kolonial. Dengan merujuk pada arsip Belanda, studi etnografis, dan literatur modern, artikel ini menunjukkan bahwa perlawanan Rondahaim bukan sekadar gerakan lokal, tetapi bagian dari dinamika kompleks kekuasaan adat versus hegemoni kolonial.

Tuan Rondahaim Saragih Garingging (selanjutnya disebut Rondahaim) merupakan figur paradoks dalam historiografi Indonesia: di satu sisi, ia dihormati sebagai pahlawan lokal Simalungun; di sisi lain, ia sering absen dari narasi nasional perlawanan anti-kolonial. Sebagai Raja Raya XIV (1876–1891), ia memimpin federasi Partuanan Raya, sebuah entitas politik yang berhasil menunda aneksasi Belanda hingga akhir abad ke-19 (Joustra, 1926).

Julukan “Napoleon der Bataks” dari Belanda menggarisbawahi kecerdikan taktikalnya, sekaligus mengungkap stereotip kolonial tentang pemimpin pribumi. Artikel ini bertujuan untuk: (1) merekonstruksi peran Rondahaim dalam konteks geopolitik Sumatra Utara; (2) menganalisis strategi perlawanannya; dan (3) mengkritisi narasi kolonial yang membingkai perlawanannya.

Konteks Historis: Simalungun dan Kolonialisme Belanda

Wilayah Simalungun, yang terletak di dataran tinggi Sumatra Timur, terdiri dari federasi kerajaan kecil (partuanan) dengan sistem politik hierarkis berbasis marga (Winkler, 1912). Pada abad ke-19, Belanda mulai menancapkan pengaruhnya di Sumatra melalui Traktat Siak (1858), yang mengklaim kedaulatan atas wilayah Batak. Namun, Partuanan Raya di bawah Rondahaim menolak integrasi, memanfaatkan posisi geografisnya yang terisolasi dan aliansi dengan kerajaan Karo dan Toba (Ginting, 2022).

Belanda menggambarkan Rondahaim sebagai “pengacau” yang menghambat misi pax Neerlandica. Laporan Residen Sumatera Timur (1885) menyebutkan: “Raja Raya tidak mau tunduk pada kontrak; ia mengandalkan dukungan rakyat dan medan berbukit untuk melawan” (Nationaal Archief, 1885). Perlawanan ini terjadi bersamaan dengan Perang Aceh (1873–1904), membuat Belanda kesulitan membagi sumber daya militer (Kartodirdjo, 1973).

Strategi Perlawanan Rondahaim: Diplomasi dan Gerilya

Rondahaim mengkombinasikan diplomasi dengan taktik gerilya. Ia menolak menandatangani korte verklaring (pernyataan pendek) yang melegitimasi kedaulatan Belanda, sambil memperkuat aliansi dengan pemimpin adat melalui perkawinan politik (Drakard, 1999). Pada 1883, ia memimpin serangan gerilya terhadap pos Belanda di Pematang Siantar, memanfaatkan pengetahuan topografi lokal untuk menghindari konfrontasi terbuka (Ginting, 2022).

Strategi ini mencerminkan adaptasi terhadap ketimpangan persenjataan. Seperti dikemukakan Sartono Kartodirdjo (1973), perlawanan pedesaan abad ke-19 sering mengandalkan mobilitas dan dukungan komunitas—sebuah pola yang juga terlihat di Jawa dan Aceh. Namun, Rondahaim unik karena berhasil mempertahankan otonomi tanpa perang besar, berbeda dengan Si Singamangaraja XII yang dikalahkan dalam pertempuran frontal (1907).

Julukan “Napoleon der Bataks”: Antara Kekaguman dan Stigma Kolonial

Julukan “Napoleon der Bataks” pertama kali muncul dalam laporan Belanda tahun 1880-an. Metafora ini mengandung ambivalensi: di satu sisi, mengakui kepemimpinan Rondahaim; di sisi lain, menstigmatisasi perlawanannya sebagai “ambisi kekaisaran” yang irasional (Joustra, 1926). Dalam wacana kolonial, penyebutan “Napoleon” kerap digunakan untuk pemimpin pribumi yang dianggap “liar namun cerdik”, seperti Diponegoro yang dijuluki “De Javaanse Napoléon” (Van den Bosch, 1830).

Julukan ini juga mengabaikan legitimasi kultural Rondahaim. Sebagai Raja Raya XIV, kekuasaannya bersumber dari sistem adat Simalungun dan peran marga Saragih sebagai penyandang tuan tanah (Drakard, 1999). Dengan demikian, julukan Belanda mencerminkan bias Eurosentris yang mengurangi kompleksitas kepemimpinan adat menjadi karikatur militeristik.

Kritik terhadap Narasi Kolonial dan Kelangkaan Sumber Lokal

Studi tentang Rondahaim masih bergantung pada arsip kolonial, yang cenderung mendiskreditkan perlawanannya sebagai “pemberontakan”. Sumber lokal Simalungun, seperti turiturian (cerita lisan) atau naskah pustaha, jarang dijadikan referensi. Padahal, tradisi lisan Simalungun menggambarkan Rondahaim sebagai “pertahanan terakhir martabat Partuanan” (Winkler, 1912).

Keterbatasan ini mencerminkan marginalisasi perspektif pribumi dalam historiografi Indonesia. Sebagai perbandingan, perlawanan Teuku Umar di Aceh telah diteliti melalui naskah Hikayat Perang Sabil, sementara narasi Simalungun masih terfragmentasi (Özay, 2018).

Kesimpulan

Rondahaim Saragih Garingging adalah contoh pemimpin adat yang menggunakan strategi hibrid—menggabungkan ketangguhan militer dengan diplomasi budaya—untuk melawan kolonialisme. Julukan “Napoleon der Bataks” harus dipahami sebagai produk wacana kolonial yang perlu didekonstruksi melalui sumber lokal. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menggali arsif keluarga Saragih Garingging dan mengintegrasikan sejarah Simalungun ke dalam narasi nasional Indonesia.

Daftar Pustaka

  • Drakard, J. (1999). A kingdom of words: Language and power in Sumatra. Oxford University Press.
  • Ginting, J. R. (2022). Contesting Sumatra: Dutch colonialism and the making of the Karo Highlands. NUS Press.
  • Joustra, M. (1926). De Bataklanden: Adat, geschiedenis en geloof. Leiden: KITLV.
  • Kartodirdjo, S. (1973). Protest movements in rural Java. Oxford University Press.
  • Nationaal Archief. (1885). Laporan Residen Sumatra Timur. Den Haag, Belanda.
  • Özay, M. (2018). Güneydoğu Asya’da sömürgecilik ve direniş [Kolonialisme dan perlawanan di Asia Tenggara]. İstanbul Yayınları.
  • Winkler, J. (1912). Die Batak auf Sumatra. Berlin: Dietrich Reimer.

Penulis adalah Dosen FISIP UMSU

Tags: Kolonialisme BelandaNapoleon Der BataksRaja Raya XIVTuan Rondahaim Saragih Garingging
Previous Post

Buka Puasa Bersama di FISIP UMSU, Senator Dedi Iskandar Batubara Siap Dukung Muktamar 49 Muhammadiyah-Aisyiyah

Next Post

Peringati Nuzulul Qur'an, SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto Gelar Tabligh Akbar

Related Posts

No Content Available
Next Post
Peringati Nuzulul Qur’an, SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto Gelar Tabligh Akbar

Peringati Nuzulul Qur'an, SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto Gelar Tabligh Akbar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In