Oleh: Muhammad Bangkit Priyambodo
Di era digital yang serba cepat ini, konsep personal branding semakin populer. Personal branding adalah cara seseorang membangun citra diri, baik di dunia nyata maupun dunia maya, untuk dikenali dan memberikan pengaruh kepada orang lain.
Bagi seorang Muslim, personal branding bukan hanya soal menarik perhatian orang, tetapi juga tentang mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan.
Dalam Islam, setiap Muslim pada dasarnya adalah duta agama. Rasulullah SAW. bersabda:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa seorang Muslim memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran melalui perilaku, perkataan, dan perbuatan yang mencerminkan ajaran Islam. Oleh karena itu, personal branding seorang Muslim harus sesuai dengan syariat Islam, tidak mengandung unsur riya atau kesombongan, dan tetap bertujuan untuk kebaikan.
Artikel ini akan membahas cara membangun personal branding yang tidak hanya efektif, tetapi juga sesuai dengan tuntunan syariat Islam.
Niat yang Lurus: Dasar Utama Personal Branding dalam Islam
Langkah pertama dalam membangun personal branding adalah memastikan niat yang lurus. Dalam Islam, niat adalah inti dari setiap amal. Rasulullah SAW.bersabda:
“Sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang Muslim harus memastikan bahwa tujuan personal branding adalah untuk menyampaikan kebaikan, memotivasi orang lain menuju kebenaran, dan mencari keridhaan Allah SWT. Personal branding tidak boleh semata-mata bertujuan untuk popularitas, pengakuan, atau keuntungan duniawi, melainkan untuk memberikan manfaat bagi umat.
Niat yang lurus akan menjaga seseorang dari perilaku yang tidak sesuai dengan syariat, seperti berbohong, manipulasi, atau kesombongan dalam membangun citra diri.
Menjaga Akhlak Mulia: Pilar Utama Personal Branding
Dalam Islam, akhlak mulia adalah identitas utama seorang Muslim. Personal branding yang efektif adalah branding yang didasarkan pada akhlak yang baik, karena akhlak adalah cerminan kepribadian seseorang. Rasulullah SAW.bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Beberapa akhlak yang harus dimiliki dalam membangun personal branding adalah:
a. Jujur (Shidq)
Kejujuran adalah fondasi utama dalam membangun kepercayaan. Allah ﷻ berfirman:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّـٰدِقِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah: 119)
Dalam membangun personal branding, seorang Muslim harus memastikan bahwa apa yang disampaikan kepada publik adalah kebenaran, bukan rekayasa atau kepalsuan.
b. Tawadhu’ (Rendah Hati)
Kesombongan adalah musuh utama dalam personal branding seorang Muslim. Personal branding yang sukses justru memancarkan sikap rendah hati dan kerendahan hati. Rasulullah SAW.bersabda:
“Tidaklah seseorang bersikap tawadhu’ karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)
c. Amanah (Dapat Dipercaya)
Seorang Muslim yang ingin dikenal baik harus menjaga kepercayaan orang lain. Amanah adalah sifat yang menjadikan seseorang dihormati dan diandalkan.
3. Menggunakan Kemampuan dan Kelebihan untuk Kebaikan
Personal branding dalam Islam berarti menonjolkan kemampuan atau kelebihan yang Allah berikan, namun tetap dalam koridor syariat. Allah ﷻ berfirman:
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.” (QS. Al-Qashash: 77)
Kemampuan dan kelebihan yang dimiliki harus digunakan untuk membantu orang lain, menyampaikan kebenaran, dan menyebarkan manfaat. Contohnya, seorang Muslim yang memiliki keahlian dalam berbicara dapat menggunakannya untuk menyampaikan dakwah, sementara yang memiliki keahlian dalam seni dapat menggunakannya untuk menyampaikan pesan moral.
Namun, penting untuk diingat bahwa menonjolkan kelebihan tidak berarti pamer atau riya. Rasulullah SAW. bersabda:
“Barang siapa memamerkan amalnya, maka Allah akan menampakkan niat buruknya di hadapan manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Menjaga Etika dalam Media Sosial
Di era digital, personal branding sering kali dilakukan melalui media sosial. Sebagai Muslim, kita harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial agar tidak melanggar batas-batas syariat. Allah SWT. berfirman:
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membangun personal branding di media sosial:
a. Hindari Konten yang Berlebihan: Islam melarang perilaku berlebihan (israf), termasuk dalam memamerkan kehidupan di media sosial. Konten yang diposting harus memberikan manfaat, bukan sekadar mencari perhatian.
b. Jaga Adab Berkomunikasi: Gunakan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung orang lain.
c. Hindari Riya dan Ujub: Media sosial dapat menjadi ladang riya jika seseorang tidak berhati-hati. Pastikan niat dalam memposting sesuatu adalah untuk memberikan manfaat, bukan untuk pamer.
5. Menyelaraskan Personal Branding dengan Tugas Sebagai Khalifah
Islam mengajarkan bahwa setiap Muslim adalah khalifah di muka bumi, yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga bumi dan menjalankan syariat Allah. Allah SWT. berfirman:
إِنِّي جَاعِلٞ فِي ٱلۡأَرۡضِ خَلِيفَةٗ
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Dalam konteks personal branding, ini berarti seorang Muslim harus mencerminkan tugasnya sebagai khalifah dengan menunjukkan sikap yang bertanggung jawab, bijaksana, dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
6. Mengukur Keberhasilan Personal Branding dengan Nilai Islam
Keberhasilan personal branding dalam Islam tidak diukur dari popularitas atau pengakuan, tetapi dari seberapa besar manfaat yang diberikan kepada orang lain dan seberapa besar keridhaan Allah yang diraih. Rasulullah SAW.bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad)
Jika personal branding seseorang membawa orang lain mendekat kepada Allah, meningkatkan kesadaran akan kebaikan, dan menumbuhkan semangat untuk berbuat baik, maka ia telah berhasil membangun personal branding yang sesuai dengan syariat Islam.
Personal branding dalam Islam bukanlah tentang membangun citra semata, tetapi tentang mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap aspek kehidupan. Dengan niat yang lurus, akhlak yang mulia, dan penggunaan kemampuan untuk kebaikan, seorang Muslim dapat membangun personal branding yang tidak hanya efektif, tetapi juga mendatangkan keridhaan Allah ﷻ.
Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang mencerminkan keindahan Islam melalui perilaku, ucapan, dan perbuatan kita, sehingga personal branding kita menjadi ladang dakwah yang mendekatkan orang lain kepada kebaikan.(*)
Penulis adalah peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah Angkatan 2 Wonosobo