TAJDID.ID || Lebih dari 123 tahun yang lalu, pada tanggal 31 Oktober 1901, banyak orang berkumpul di Pemakaman Anfield di Liverpool untuk menghadiri pemakaman Fatima Cates, seorang ibu janda berusia 35 tahun dan seorang pelopor Islam Inggris.
Peristiwa ini menarik perhatian penonton dan jurnalis yang penasaran, terpikat oleh pemakaman “wanita pertama yang pernah masuk Islam di Inggris.”
Dikutip dari laman Hyphen Online, Fatima Cates, lahir dengan nama Frances Elizabeth Cates di Birkenhead pada tahun 1865, adalah putri dari seorang kuli pasar Irlandia, John Murray. Tumbuh dalam lingkungan kelas pekerja Victoria yang ditandai oleh kemiskinan, Cates menjadi aktif dalam reformasi sosial, khususnya melalui Gerakan Temperance, yang menghubungkan konsumsi alkohol dengan kekerasan dalam rumah tangga dan masalah sosial lainnya.
Pertemuan pertamanya dengan Islam terjadi saat sebuah ceramah yang diselenggarakan oleh Liverpool Temperance League, disampaikan oleh Abdullah Quilliam, seorang pengacara lokal dan baru saja menjadi mualaf.
Terpesona dengan ceramah Quilliam tentang Nabi Muhammad sebagai “Sang Pemabuk Berat Arab yang Hebat,” Cates berusaha memahami lebih dalam. Dua tahun kemudian, pada usia 21 tahun, ia memeluk Islam, dan mengambil nama Fatima.
Pertobatan Cates memicu reaksi keras dari komunitas dan keluarganya. Ibunya berusaha menghancurkan Al-Qur’annya, sehingga ia membawanya ke mana-mana untuk mencari perlindungan. Meskipun menghadapi permusuhan dan bahkan serangan fisik, Cates tetap bertahan.
“Saya terus-menerus dimarahi dan diancam … tetapi tidak ada gunanya; karena saya tetap membacanya,” tulisnya di The Allahabad Review .
Cates menjadi pilar komunitas Muslim Liverpool yang sedang berkembang. Ia mendirikan masjid pertama di Inggris dan menyampaikan ceramah di sana, menjembatani hubungan antara Muslim Inggris dan Muslim di India.
Advokasinya terhadap hak-hak perempuan dan dedikasinya terhadap Islam membuat dia menjadi tokoh terkenal semasa hidupnya, meskipun kontribusinya sebagian besar dilupakan setelah kematiannya.
Warisan
Penemuan kembali warisannya dimulai pada tahun 2019 ketika Hamid Mahmood, seorang guru dan sejarawan, mengidentifikasi makamnya di Pemakaman Anfield, Liverpool.
Mahmood, yang telah menghabiskan lebih dari satu dekade meneliti Cates, menggambarkannya sebagai seorang pelopor yang hidupnya mencerminkan perjuangan umat Islam awal dan beresonansi dengan Islamofobia yang terlihat saat ini.
Pada tahun 2021, Amirah Scarisbrick, seorang mualaf yang tinggal di Liverpool, mengumpulkan dana untuk memasang batu nisan baru bagi Cates, yang akan mengembalikan martabat tempat pemakamannya.
“Dia adalah bagian dari komunitas Liverpudlian, dan saya merasa penting untuk menghormatinya,” kata Scarisbrick.
Kehidupan Cates telah mengilhami inisiatif modern, termasuk madrasah Fatima Elizabeth Phrontistery di London Timur, yang didirikan oleh Mahmood.
Madrasah tersebut memadukan warisan beliau ke dalam ajarannya, dengan mendorong para siswanya untuk terhubung dengan warisan mereka.
Bagi banyak orang, Fatima Cates melambangkan keteguhan dan keimanan. “Dia memberi saya inspirasi,” kata Aleena Hussain, siswi madrasah berusia 12 tahun yang membawakan lagu ciptaan Cates di Masjid Abdullah Quilliam, Liverpool.
Kisah Cates, yang dulu terlupakan, kini menjadi mercusuar bagi umat Muslim Inggris, yang memperlihatkan dampak abadi dari kehidupannya yang singkat tetapi luar biasa. (*)