Sesi berikutnya perkenalan tentang aturan hukum di Belanda yang disampaikan oleh Adwin Rotscheid, Director, Directorate-General for the Administration of Justice and Law Enforcement (DGRR) Ministry of Justice and Security. Terkait perlindungan hukum, Adwin mengatakan bahwa mereka punya sistem untuk melindungi masyarakat dan mendapatkan pembelaan dari negara. Itu membuktikan bahwa rakyat benar-benar dilindungi oleh hukum dan negara melakukan perannya dengan baik.
Dan kalaupun ada lembaga bantuan hukum swasta atau NGO porsinya sangat kecil karena negara sudah melakukannya dengan baik. Menurut Edwin Arifin,Senior Policy Advisor Embassy of the Kingdom of the Netherlands menyampaikan bahwa rata-rata semua warga negara di Nederland sudah mempunyai pembelaan atau hak yang dipenuhi oleh negara.
Kegiatan berikutnya yakni berkunjung ke Senat Belanda, dan bertemu Hetty Janssen, Member of Senate for Groenlinks PVDA. Semua peserta mengungkapkan rasa kagumnya kepada Hetty, seorang wanita berusia 70 tahun, mempunyai dedikasi pada pemilihnya, low profile dan sangat merakyat, Ibu Hetty setiap hari berangkat ke kantor naik kereta selama tiga jam kemudian setelah turun dari stasiun ia naik sepeda.
“Saya kagum karena Ibu Hetty meski seorang Senat, ia melakukan keseharian seperti rakyat pada umumnya, tidak selalu minta diladeni, dan dia punya cara untuk berdiskusi dan bisa berkomunikasi dengan warga dengan baik, saya kagum dengan sikapnya yang serius membela rakyat,” ungkap Hening. Menurutnya, ini bisa menjadi contoh baik bagaimana anggota senat bersikap dan berlaku di tanah air.
Tema kegiatan hari kedua, yaitu ‘Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan’. Acara dimulai dengan Interfaith Dialogue dengan 4 narasumber: (1) H.E. Mr. Mayerfas, Ambassador of the Republic of Indonesia for the Kingdom of the Netherlands, (2) Ms. Annemarie van der Heijden, Head of Division, South and Southeast Asia, the MOFA of the Kingdom of the Netherlands, (3) H.E. Ms. Siti Nugraha Mauludiah, Director-General of Information and Public Diplomacy, the MOFA of the Republic of Indonesia, (4) H. E. Ms. Bea ten Tusscher Special Envoy for the Freedom of Religion and Belief, the MOFA of the Kingdom of the Netherlands.
“Saya memberikan cinderamata Buku Eco Bhinneka Muhammadiyah berjudul ‘Merawat Kerukunan dan Melestarikan Lingkungan’ kepada Bapak Mayerfas, Duta Besar Indonesia untuk Belanda,” tutur Hening.
”Kita juga bertemu lagi dengan Ibu Bea. Ibu Bea bercerita bahwa beliau pernah hadir di Indonesia bertemu Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, dan bertemu tim Eco Bhinneka Muhammadiyah untuk melakukan sepeda santai, berkeliling lokasi Sejarah Muhammadiyah di Kauman Yogyakarta,”urainya.
Hening menambahkan bahwa menurut Bea, kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah sesuatu yang sangat pribadi dan secara sikap atau tindakannnya berhubungan dengan orang lain, ilustrasinua seperti seseorang yang membatik di Indonesia, seperti sebuah seni yang terus menerus berkembang terhadap kondisi dan keadaan.
Pada hari kedua ini, seluruh peserta IIP 2024 berkesempatan mengunjungi dua tempat ibadah, Masjid Stichting As-Soennah dan Gereja Mennonite. “Masjid di sini memiliki hubungan yang erat dan hangat dengan pihak kepolisian setempat. Selain untuk pengamanan kegiatan masjid, di berbagai kesempatan kami juga saling berbagi makanan,” ungkap imam masjid Stichting As-Soennah kepada Hening (14/05/2024). “
Masjid ini masjid terbesar yang ada di Den Haag, dan menjadi pusat penyelenggaraan perayaan Idul Fitri, Idul Adha, dan perayaan hari besar agama Islam dan lainnya, ” lanjutnya.
Di masjid ini juga diselenggarakan aktifitas belajar Al Qur’an untuk usia anak-anak sampai 16 tahun, convert ke agama Islam, hingga menerima pertanyaan-pertanyaan seputar syarat-syarat pernikahan yang ada di sana. Hening mengungkapkan bahwa masjid ini siap berkolaborasi dengan semua negara termasuk dengan Muhammadiyah.
“Karena tantangan untuk umat muslim yang ada di Belanda besar karena jumlah umatnya yang sangat kecil, sehingga jika ada kerjasama dengan bentuk apapun mereka sangat terbuka, Ini mempunyai hubungan dengan dengan pihak keamanan di Den Haag, polisi setempat bukan hanya menjadi pengaman namun menjadi sahabat bagi mereka yang minoritas,” kata Hening. (Next)