TAJDID.ID~Medan || Yayasan Keluarga Sastra Padangbulan (KSPB) bersama Program Studi (Prodi) Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) menggelar Sarasehan Sastra bertajuk “Proses Kreatif Cerpenis Sumatera Utara” di Gedung Pagelaran FIB USU, Jumat (10/11/2023). Sarasehan ini menghadirkan peraih anugerah cerpen terbaik Kompas 2023, T Agus Khaidir dan Dosen FKIP UMSU, Yulhasni.
Ketua Prodi Sastra Indonesia FIB USU Dr Dwi Widayati yang diwakili Sekretaris Nurhayati Harahap, MHum mengapresiasi kegiatan tersebut dan berharap kerja sama dengan Yayasan KSPB dapat terus berlanjut.
“Universitas kini harus mampu berkolaborasi dengan pihak luar agar terjadi sinergitas yang kuat dan berdampak untuk kualitas lulusan yang dihasilkan. Acara ini sangat keren dan pastinya bermanfaat khususnya untuk mahasiswa Sastra Indonesia untuk membentuk proses kreativitas kesusasteraannya,” katanya.
Dewan Pembina KSPB Agus Mulia SS, MPd mengatakan kegiatan sarasehan sastra merupakan kegiatan kedua di tahun ini. Namun, Agus bercerita bahwa awal mula KSPB eksis di Kampus USU, Padangbulan pada tahun 1994. Mulanya KSPB adalah Kelompok Studi Padangbulan, lalu berubah menjadi Komunitas Sastra Padangbulan di tahun 2000-an dan kini menjadi yayasan berbadan hukum dengan nama Keluarga Sastra Padangbulan.
“Kehadiran KSPB diharapkan lebih meningkatkan gairah kesasteraan dan literasi di Sumatera Utara. KSPB juga berkomitmen untuk memberi ruang yang luas dalam diskusi-diskusi literasi, sastra dan budaya serta mengapresiasi para pegiat sastra dan literasi di masa yang akan datang,” katanya.
Agus Mulia yang akrab disapa Guru ini mengharapkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan KSPB dapat berdampak bagi perkembangan sastra dan budaya di Sumatera Utara.
Sementara T Agus Chaidir dalam pemaparannya mengatakan bahwa anugerah cerpen yang ia dapatkan merupakan sebuah proses yang panjang. Ia mulai menulis cerpen sejak duduk di bangku SMA, dan khusus mengirimkan ke Harian Kompas sudah puluhan kali namun ditolak.
“Kalau ditotal, cerpen saya yang terbit di Kompas itu hanya tiga. Namun cerpen saya Ihwal Nama Majid Pucuk inilah yang meraih penghargaan. Jadi penghargaan ini sebenarnya hanya bonus, namun yang terpenting adalah kita harus konsisten dalam berkarya dan percaya diri untuk mengirimkan karya kita ke media-media besar,” ujar jurnalis senior Medan ini.
T Agus Khaidir juga berharap, cerpenis-cerpenis muda dapat menemukan ciri khas kreativitas sastranya dengan berkarya secara terus menerus. “Perbanyak membaca, konsisten berkarya adalah kata kunci agar kita mampu mencapai level kepenulisan sastra yang bisa diapresiasi orang lain,” katanya.
Dosen FKIP UMSU Yulhasni mengatakan pencapaian yang didapat T Agus Chaidir menandakan bahwa geliat sastra di Sumatera Utara tetap berdenyut. Hanya saja, ia menilai ruang apresiasi terhadap para pekerja sastra di Sumatera Utara sudah mulai berkurang, khususnya di media konvensional.
“Banyak rubrik sastra di media-media Sumatera Utara tutup dan akhirnya penulis sastra kehilangan tempat. Oke mungkin ada sastra cyber, namun persoalannya tidak ada yang mengkurasi itu sehingga karyanya sering dianggap kurang secara kualitas, maka saya berharap kegiatan-kegiatan seperti KSPB ini dapat terus dilakukan,” katanya.
Sarasehan yang dihadiri ratusan peserta dari mahasiswa dan umum ini mendapat respons positif, para penanya begitu antusias bertanya jawab dengan para narasumber dengan dipandu Gian yang merupakan pengurus KBSI. Sebelumnya acara juga diisi dengan pembacaan cerpen Ihwal Nama Majid Pucuk karya T Agus Khaidir yang dibacakan Dian Sitompul.
Kegiatan ini turut didukung Dewan Penasihat KSPB Yusrianto Nasution dan Syaiful Bahri Lubis, Dewan Pengurus KSPB Bambang Riyanto dan Syaiful Amri Sambas. (*)