TAJDID.ID~Pasuruhan || Kebencanaan adalah urusan setiap orang atau ‘everybody business’. Hal itu disampaikan oleh Wakil ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah Hening Parlan dalam acara rapat kerja wilayah (rakerwil) Majelis Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (MLHPB) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur pada Sabtu, 7 Oktober 2023 di Agro Mulia, Pasuruan, Jawa Timur.
“Lingkungan hidup itu sudah ada sejak zaman dulu, tapi saat dulu tidak sadar kalau lingkungan itu bisa rusak hanya karunia Tuhan yang dimanfaatkan,” kata Hening.
Berita terkait: MLHPB PWM Jawa Timur Gelar Rakelwil
Ia juga memberikan data bahwa lebih dari 90 persen bencana di Indonesia disebabkan karena perubahan iklim. Dampak itu misalnya, ribuan pulang tenggelam, ratusan ribu nelayan gantung jala, angka pertanian terus menurun drastis karena iklim yang panas. Selain itu, peristiwa el nino juga menyebabkan berbagai masalah kesehatan, kekeringan, dan lain-lain.
Menurut data yang disampaikannya, 60 persen perempuan menjadi pihak paling banyak yang dirugikan atas perubahan iklim. Misalnya, kekerasan terhadap perempuan atau KDRT. Selain itu, pendapatan juga semakin menurun.
Oleh karena itu, Majelis Lingkungan Hidup (MLH) dalam kepengurusan periode 2022 hingga 2027 juga membuat program yang menjadi alasan diadakannya acara rakerwil.
Program itu lanjut dia, seperti sekolah kader lingkungan, KKN tematik lingkungan, sekolah energi atau kampus energi, sekolah sungai. Selanjutnya, fosil (batu bara, pertambangan), forum dewan pakar, dan pelatihan baik mubaligh dan mubalighot lingkungan.
Sebab kata Hening, kebencanaan tidak hanya fokus pada kemanusiaan, tapi keilmuan. “Konteks ekologis penting dalam hal itu” ujar Hening.
Pada acara rakerwil tersebut, Hening juga menyampaikan bahwa MLH dan MDMC sebetulnya memiliki tujuan yang tidak jauh berbeda. Yakni mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan hijau untuk generasi mendatang. Dia berharap 72 program MLH nantinya dapat menjadi bagian dari dakwah komunitas.
“Hal-hal yang di depan mata harus kita selesaikan, harus mampu memberikan kontribusi ke penyelesaian masalah. Dan kita hendaknya membawa MLHPB itu menjadi sebuah momen bukan hanya project satu ke project lainnya,” tegas Hening.
Berkenaan dengan kepengurusan MDMC periode 2022 – 2027, Hening mengingatkan bahwa ada penerbitan materi, modul, maupun AliMM terdahulu yang bisa digunakan kembali. Sehingga, lembaga tidak perlu memforsir diri dengan membuat materi baru. Namun, bisa melakukan sinkronisasi dengan kondisi saat ini. (*)
Kontributor: Aisyah Amira Wakang/Iwan