TAJDID.ID~Medan || Wakil Bupati Kabupaten Mandailing Natal, Atika Azmi Utammi Nasution B.App.Fin M.Fin mengungkapkan, bahwa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi besar yang kiprahnya banyak memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara. Karenanya, Indonesia sangat beruntung memiliki Muhammadiyah.
“Keberadaan dan kiprah Muhammadiyah itu sangat luar biasa. Mana ada organisasi lain yang memiliki TK hingga Perguruan Tinggi sebanyak dan selengkap Muhammadiyah,” ujar Atika Ketika menyampaikan Kuliah Uum pada acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) Pascasarjana UMSU di Aula Kampus PPs UMSU, Jl Denai 217 Medan, Sabtu (7/10/2023).
Berita terkait: Sambut Mahasiswa Baru, Pascasarjana UMSU Laksanakan Kuliah Umum dan Bazar UMKM
“Kadang di suatu desa itu belum tentu memiliki masjid, tapi ada masjid Taqwa Muhammadiyah. Saya tidak memuji-muji di sini dan inilah yang selalu saya sampaikan di forum-forum Muhammadiyah ketika saya berkesempatan hadir,” imbuh Wakil Bupati termuda seluruh Indonesia ini.
Menurutnya, Muhammadiyah itu besar dan kuat dikarenakan persatuan dan soliditasnya. “Persatuan Muhammadiyah inilah yang perlu kita cemburui dan kita contoh. Saya melihat di dalam Muhammadiyah itu tumbuh tradisi persaingan yang sehat sehingga menumbuhkembangkan daya saing (competitiveness) yang menciptakan kemajuan,” sebutnya.
Sebagai contoh, Atikah mengungkapkan, bahwa di Kabupaten Mandailing Natal ada beberapa desa dimana pemerintah belum bisa membangun sekolah, tapi sekolah Muhammadiyah sudah ada.
“Sudah sepentasnya kita berterimakasih kepada Muhammadiyah. Kadang di desa itu pemerintah belum bisa membangun TK, tapi sudah hadir TK Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah dan SMA Muhammadiyah. Mudah-mudahan ke depan Muhammadiyah juga tergerak mendirikan Universitas di Mandailing Natal,” kata Atikah.
Tiga Pesan untuk Maba Pascasarjana UMSU
Kemudian, khusus kepada para mahasiswa baru Pascasarjana UMSU Atikah Azmi menyampaikan 3 poin penting. Pertama, pentingnya komitmen pada diri sendiri. Menurutnya, mustahil seseorang bisa berkomitmen kepada orang lain jika komitmen kepada dirinya sendiri tak bisa ia buktikan.
Terkait berkomitmen pada diri sendiri ini, Atikah menuturkan kisah pengalamannya selama kuliah di Sydney Australia.
“Setamat SMA di Kota Nopan, saya sempat 3 kali ikut tes masuk Perguruan Tinggi Negeri, tapi saya tidak pernah berhasil lulus. Karena kegagalan ini, lalu sementara saya berpikir untuk nganggur saja. Tapi apa yang terjadi kemudian, ayah mendiamkan saya sampai 3 bulan. Karena saking geramnya melihat anaknya tidak sekolah, kemudian ia menyuruh kami ke sawah saja,” kata Atikah.
“Lantas, tak lama kemudian karena sikap ayah itu saya memutuskan untuk memberanikan diri mengutarakan keinginan saya, yakni ingin kuliah di luar negeri. Setelah saya mencoba meyakinkan dengan argumen yang cukup Panjang, akhirnya orang tua mengabulkan keinginan saya itu,” tuturnya.
“Begitulah. Saya memutuskan untuk kuliah S1 dan S2 di luar negeri. Karena ini adalah keinginan dan pilihan saya, maka selama menempuh studi di sana saya belajar untuk berkomitmen dan tidak menyerah,”
Atikah mengaku meraih gelar S1 selama 6 semester (3 tahun). Dikarenakan jauh dari keluarga, mau tak mau atikah belajar untuk bertanggungjawab. Dia pun kuliah sampai bekerja.
“Jadi teman-teman yang lagi menimpa ilmu di Pascasarjana UMSU harus bisa membagi waktu antara bekerja dan kuliah. Tidak ada alasan untuk tidak serius, kalau sudah berkomitmen pada diri sendiri insha Allah semua cita-cita kita akan tercapai,” ujarnya.
Kedua, berusaha jadi manusia yang lebih baik, bukan yang terbaik. Dikatakannya, jika sudah berkomitmen pada diri sendiri, maka keinginan untuk jadi lebih baik akan muncul.
“Ingat selalulah berusaha menjadi lebih baik, bukan menjadi yang terbaik. Loh, pasti ada yang protes, kenapa bukan yang terbaik?. Begini. Jika keinginan kita adalah menjadi yang terbaik, manusia itu memiliki kecenderungan yang tidak pernah merasa puas. Akibatnya, karena terlalu memikirkan jadi terbaik, maka kita jadi stres, karena itu tidak akan pernah selesai, sebab yang lebih terbaik lagi pasti ada,”
“Sekali lagi saya tekankan, jadilah orang berusaha lebih baik setiap harinya, bukan jadi yang terbaik,” tegasnya.
Ketiga, Atikah berpesan agar jangat terlalu fanatik. Menurutnya, jika sesorang terlalu fanatik, maka lama-lama sikap itu akan merugikannya dan membuatnya terkucil.
“Bersikap terlalu fanatik itu tidak baik, itu mengakibatkan seseorang akan menjadi over reaktif.Sebagai contoh, ketika ada sebuah ide, baru wacana sudah ditanggapi dengan sikap penolakan dan antipati.Pada hal idealnya, jika kita ingin maju kita harus bisa lebih bijak dalam bersikap dengan lebih membuka diri tanpa harus buru-buru melakukan penolakan,” kata Atikah
Di akhir pemaparannya, Atika memberkan bahwa sekarang ini Pemkab Mandailing Natal selain membangun infrastruktur juga fokus membenahi pembangunan Sumber Daya Manusia.
“Jika kita terlalu menggenjot pembangunan fisik, dan abai dengan pembangunan SDM, maka itu adalah sesuatu yang keliru. Karena jika kita tidak menyiapkan SDM putra daerah, semua infrastruktur itu justru akan diisi oleh orang lain,” sebutnya.
Karena itu, Atika berpesan kepada anak-anak muda Mandailing Natal jika sudah menyelesaikan studi di UMSU agar segera pulang kampung untuk turut berkontribusi mengabdi dalam membangun daerahnya. Menurutnya, yang paling tepat membangun suatu daerah itu adalah putra daerahnya sendiri yang tentunya memiliki lebih ikatan emosional dan kultural.
“Kalau bukan kita siapa lagi yang akan membangun daerah kita,” pungkasnya. (*)