TAJDID.ID~Semarang || Ribuan warga dari berbagai daerah sekitar Kota Semarang mengikuti salat Iduladha di Halaman Masjid At-Taqwa Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Rabu (28/6/2023).
Bertindak sebagai imam shalat Rektor Unimus, Prof Dr Masrukhi. Sedangkan yang menjadi khatib Ketua PWM Jawa Tengah, Dr KH Tafsir.
Dalam khutbahnya KH Tafsir menjelaskan perbedaan terjadi dalam menetapkan 10 Dzulhijjah. Ada 48 titik di Kota Semarang atau 2.400 titik lokasi di Jawa Tengah
“Ada peningkatan dibanding Idul Adha tahun lalu se Jawa Tengah 2.222 titik lokasi. Mungkin karena keputusannya sama Arab, sehingga banyak jemaahnya banyak,” jelasnya.
Kendati demikian, bukan karena Arab, hasil hisab majlis tarjih Muhammadiyah menunjukkan hari ini (28/6) sudah memasuki 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah.
“Maka, mari kita hayati peristiwa dari Nabi Ibrahim AS bersama putra tercintanya Nabi Ismail AS,” katanya.
Lebih lanjut KH Tafsir berpesan khutbah Arafah untuk tidak diskriminatif, tidak rasis, dan tidak membedakan bangsa lain.
“Semuanya sama, sederajat. Kecuali takwanya. Pesan ini sudah disampaikan oleh Rasulullah 15 abad lalu, karena tetap menjadi persoalan universal. HAM ini pondasinya sudah dikatakan oleh Nabi,” tuturnya
Rektor Unimus, Prof Dr Masrukhi, mengungkapkan ribuan jamaah mengikuti Salat Id yang sebagian besar dari wilayah sekitar Semarang, tidak hanya dari keluarga Unimus saja.
“Pesan khatib ini luar biasa, umat manusia ini sama di hadapan Allah, kemuliaan kita adalah Takwa,” jelasnya.
Ia menambahkan, perbedaan penetapan awal Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha merupakan ijtihad atau pemikiran. Jika ijtihad benar akan mendapatkan pahala dua, jika salah akan mendapatkan satu pahala.
“Artinya jika ikhlas karena Allah, semuanya benar pada 28 Juni 2023 maupun 29 Juni 2023. Kita tidak masalah adanya perbedaan ini,” jelasnya. (*)