Seminar ‘Pelestarian Lingkungan dalam Bingkai Keberagaman’
Adapun acara Seminar dihadiri oleh para tokoh lintas-iman dan pegiat lingkungan yang berdiskusi secara panel dengan tema: Pelestarian Lingkungan dalam Bingkai Keberagaman. Azrul Tanjung selaku Ketua Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah mengajak peserta agar turut berupaya mencegah kerusakan lingkungan dimulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan sehari-hari.
“Hal-hal yang kecil harus mulai kita lakukan dan kita tularkan. Karena satu langkah kecil inilah yang akan menyelamatkan bumi ini. Misalnya kita harus mulai memilah sampah di rumah kita sendiri, membawa tumbler ke mana pun kita pergi, menggunakan barang yang bisa kita gunakan berulang-ulang,” ajaknya.
Azrul menjelaskan bahwa ada aspek-aspek lingkungan yang bisa dimanfaatkan untuk ekonomi, di antaranya fokus mengenai sampah. “Muhammadiyah punya sekian banyak rumah sakit. Bagaimana limbah medis atau sampah medis menjadi komoditi bisnis, itu bisa jadi kita gerakkan,” ucapnya.
Ia berharap agar ke depan bisa berkolaborasi membuat kantor-kantor Muhammadiyah, gereja-gereja, maupun tempat ibadah lainnya, agar penggunaan listriknya bisa menggunakan energi surya atau solar panel.
Direktur Program Eco Bhinneka sekaligus Koordinator GreenFaith Indonesia Hening Parlan, mengungkapkan bahwa kondisi lingkungan dan perubahan iklim tidak bisa dibiarkan.
“Kita bisa membangun peace building dengan pendekatan lingkungan. Mari kita setting agar bumi kita adem, termasuk orang-orangnya juga kita ademkan.” ucapnya.
Sedangkan menurut Pendeta dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Binsar Jonathan Pakpahan, umat beragama bisa menyuarakan untuk membela mereka yang terpinggirkan, termasuk masyarakat adat, kaum perempuan dan masyarakat yang tinggal di kawasan yang lingkungannya telah rusak.
“Kita bisa belajar kebijaksanaan masyarakat lokal bagaimana mereka merawat sikap-sikap yang dibangun oleh nenek moyang kita untuk menghormati alam. Mari kita bangun kesadaran bahwa saya adalah bagian dari kamu (alam), dan kamu (alam) adalah bagian dari saya.” ajaknya.
Mengenai bagaimana agar umat beragama sebaiknya menjawab tantangan perubahan iklim, Romo Ignatius Ismartono mengajak agar peserta mempelajari kembali ‘Laudato Si’ dan Deklarasi Islam tentang Perubahan Iklim Global.
“Kami menyeru semua pihak bekerjasama, bersaing sehat dalam gerakan ini, dan menyambut baik sumbangsih-sumbangsih penting dari kelompok-kelompok keagamaan lain. Bila setiap kita menawarkan yang terbaik, maka kita bisa melihat jalan keluar dari kesulitan-kesulitan ini ,” ungkapnya yang kini masih aktif sebagai seorang Pastor di organisasi Sahabat Insan.
“Seringkali kita mendengar kabar buruk soal kemajemukan di Indonesia, baik itu pandangan islamophobia maupun isu rasialitas. Karena itu, sebagai ummat dan anggota di Republik ini, penting bagi kita membangun energi kolektif untuk mendorong perubahan.” ungkap Ismail Hasani dari SETARA Institute.
“Gerakan Eco Bhinneka menjadi ide yang baik, dan menjadi pendekatan alternatif dalam merawat kemajemukan,” imbuhnya.