Oleh: Klaudia Khan
Ramadan adalah bulan yang dilimpahi banyak berkah. Ramadan adalah waktu puasa dan latihan spiritual yang ekstensif. Ramadan adalah waktu ketika kita mengubah rutinitas sehari-hari dan menetapkan yang baru: dimana lebih banyak berputar di sekitar kewajiban agama kita daripada di sekitar urusan duniawi.
Selama bulan Ramadhan, umat Islam melakukan upaya khusus untuk menemukan waktu untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, untuk sholat sunnah, seperti Tarawih, dan amal amal lainnya.
Pahala di akhirat untuk perbuatan baik yang dilakukan di bulan Ramadhan berlipat ganda, tetapi ada juga manfaat ibadah Ramadhan yang lebih langsung.
Diketahui secara luas bahwa orang yang berpuasa menikmati kesejahteraan spiritual dan psikologis dan puasa sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik. Tapi bukan hanya puasa yang bermanfaat bagi pikiran dan jiwa kita selama Ramadhan.
Tarawih, sholat malam tambahan yang dilakukan oleh orang-orang beriman biasanya setelah Isya (sholat malam) dan berlangsung dari delapan hingga dua puluh rakaat, membawa kenyamanan spiritual dan psikologis yang besar, terlepas dari upaya fisik dan mental yang diperlukan untuk melakukannya.
Ibrahim B. Syed, dokter kedokteran dan presiden Islamic Research Foundation International, dalam esainya ‘Manfaat Medis dari Sholat Tarawih’ yang dipublikasikan di situs web IRFI, menyebutkan berbagai manfaat tarawih bagi kesehatan fisik, emosional, dan mental.
Suasana Hati & Kondisi Mental
Menurut Syed, shalat tarawih, seperti halnya shalat yang dilakukan oleh umat Islam, memiliki efek yang sama pada tubuh dan pikiran seperti olah raga ringan.
Oleh karena itu tarawih meningkatkan suasana hati, pikiran dan perilaku dengan cara yang sama seperti olahraga.
Selain itu, latihan tarawih “menimbulkan rasa kesejahteraan dan energi yang lebih besar, mengurangi kecemasan dan depresi, memengaruhi suasana hati dengan baik dan berkontribusi pada harga diri dan aura kepercayaan diri; meningkatkan daya ingat pada orang tua terutama dengan pengulangan ayat yang konstan”.
Kondisi pikiran yang rileks yang dicapai melalui tarawih mungkin sebagian disebabkan oleh respons kimiawi otak terhadap kombinasi aktivitas otot yang berulang dengan pengulangan kata-kata yang diucapkan selama periode waktu tertentu.
Latihan fisik, tetapi juga aktivitas lain seperti meditasi dan doa, mengarah pada sekresi neurotransmiter seperti Endorfin dan Ensefalin yang secara positif memengaruhi otak.
Pelepasan encephalin dan Beta-endorphins (Endogenous Morphines) bekerja pada sistem saraf pusat dan perifer untuk mengurangi rasa sakit dan memiliki efek menenangkan pada pikiran. Ensefalin adalah salah satu zat mirip opiat paling kuat yang terjadi secara alami di dalam tubuh.
Endorfin juga memiliki efek analgesik, tetapi juga mengurangi efek negatif dari stres, membawa perasaan euforia dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.