Selanjutnya, pada tahun 1998 bangsa ini memasuki era reformasi yang ditandai dengan runtuhnya rezim pemerintahan otoriterian Orba di bawah kepemimpinan Soeharto yang berkuasa selam 32 tahun . Semua keran ‘kebebasan’ terbuka luas. Gerakan reformasi merupakan sebuah gerakan perubahan yang dimotori oleh sejumlah tokoh Islam, seperti Amien Rais yang dikenal dengan bapak reformasi. Dengan demikian gerakan reformasi ini tentunya juga bermakna sebagai momentumkebangkitan bagi ummat Islam negeri ini.
Maka sebagai implikasinya, ternyata bukan cuma kalangan ummat Islam saja yang memanfaatkan gerakan reformasi sebagai wadah untuk aktualisasi diri. Kelompok-kelompok anti Islam pun juga ikut menyelinap dan menyusup ke dalam gerbong gerakan reformasi. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, ada indikasi justru mereka telah berhasil membajak dan mensabotase gerakan reformasi dan menjadikannya sebagai instrumen untuk melancarkan agenda kebencian mereka terhadap Islam.
Parahnya, ada indikasi gerakan Islamophobia di republik ini dalam perkembangan terakhir justru dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari internal Islam sendiri. Di Indonesia, tokoh-tokoh “bayaran” yang melakukan propaganda yang berlawanan dengan Islam tersebut tergabung dalam sejumlah lembaga dan organisai yang berideologi liberal. Mereka bertugas untuk menyebarkan opini-opini berlawanan dan negatif terhadap Islam. Tak jarang opini ini pun kemudian berputar-putar dan selaludiulang-ulang. Seperti pelecehan terhadap al-Qur’an, netral agama, kesetaraangender, LGBT (Lesbian, Gay, Bisksual & Transgender), nikah beda agama, pemisahan agama dengan kegiatan sosial-politik, pembusukan citra gerakan Islam dan lain sebagainya. Isu-isu itu sampai saat ini masih terus mereka “goreng” dan propagandakan. Mereka juga tidak segan-segan mendukung agenda musuh-musuh Islam serta menjelek-jelekkan Islam dan umat Islam.
Bukan cuma itu, ada indikasi gerakan Islamophobia juga mendapat dukungan dari sejumlah oknum rezim penguasa negeri ini. Hal itu dapat dilihat dari sikap memihak dan ketidakadilan pemerintah terkait perbagai kasus yang menyangkut ummat Islam. Dan semua itu sepertinya cukup menegaskan betapa rezim penguasa negeri ini juga sudah terjangkit virus Islamophobia. Lihatlah, bagaimana sikap mereka yang memandang sinis Gerakan Bela Islam I (411), Gerakan Bela Islam II (121) beberapa tahun lalu dan menudingnya sebagai gerakan anti kebhinekaan, anti toleransi dan anti NKRI.
Penutup
Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya pernah mengingatkan kita semua, bahwa Islam muncul dari keterasingan dan akan kembali kepada kondisi keterasingan. Tentunya peringatan ini patut menjadi perenungan bagi kita umat Islam untuk terus memantabkan aqidah dan menjaga ukhuah Islamiyah guna selalu mewaspadai dan menyiasati gerakan Islamophobia yang pastinya tidak akan pernah hilang dan terus mengancam eksistensi Islam hingga akhir zaman nanti. (*)