TAJID.ID~Bima || Ribuan Mahasiswa Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAM) Bima melakukan kegiatan fashion show perkenalkan budaya Mbojo, Selasa (20/6/2020).
Titin Arianingsih sebagai pembina menjelaskan dalam kegiatan ini mahasiswa IAIM Bima dan UM Bima menampilkan fashion show dengan tema Budaya Bima yang lebih memperkenalkan pakaian adat.
“Ya, dalam kegiatan ini kita ingin memperkenalkan budaya Bima melalui fashion show yang menampilkan pakaian adat,” ujar Immawati Titin yang juga merupakan mahasiswa IAIM Bima ini kepada tajdid.id.
Dijelaskannya, mahasiswa yang di bimbing ada 12 orang, 1 pembaca naskah dan 11 sebagai modeling dan mereka semua merupakan Mahasiswa IAIM Bima dan UM Bima.
“Yang pakaian adat Bima memiliki berbagai macam salah satunya rimpu, pakaian wanita dan pakaian laki laki,” jelasnya.
Immawati Titin menceritakan tentang Rimpu yang merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima.
Dituturkannya, budaya rimpu telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima menerima Islam yang dibawa oleh orang-orang Sulawesi melalu hubungan antara kerajaan Bima dengan Goa.
“Secara umum, Rimpu ada dua jenis yaitu Rimpu Biasa dan Rimpu Mpida. Rimpu biasa dipakai oleh wanita yang sudah berkeluarga sedangkan Rimpu Mpida biasanya dipakai oleh perempuan yang masih gadis,” jelasnya.
Lebih lanjut diterangkannya, sedangkan pakaian adat laki laki yaitu Pasangi terdiri dari baju yang bersulam benang emas dan perak berwarna merah atau coklat dan ada yang berwarna hitam. Warna hijau dan warna kuning hanya untuk putra sultan.
Kemudian, sarowa dondo (celana panjang) dihiasi dengan sulaman benang emas dan perak, warna celana disesuakan dengan warna baju. Tembe siki (sarung siki), sejenis sarung yang panjangnya sampai lutut. Berwarna merah atau coklat berhiaskan sulaman benang emas dan perak.
Adapun pakaian perempuan yaitu baju poro atau baju bodo, berwarna merah yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan perak. Tembe songke (sarung songket), berwarna merah hati atau coklat dengan motif bunga samobo, bunga satako dan kakando, dihiasi dengan sulaman benang emas dan perak. Salepe (ikat pinggang) dari emas atau perak. Pasapu monca (sapu tangan kuning). Samu’u tu’u (sanggul tegak) lambang keteguhan hati sang penganten.
“Tujuan penampilan fashion show ini untuk memperkenalkan pakaian adat Bima pada publik, dan harapan terbesar adalah mudahan semua pemuda pemudi lebih mengembangkan dan mempertahankan kebudayaan di setiap daerah masing-masing, baik Bima maupun Dompu,” pungkas Immawati Titin. (*)
Masyaallah. Jaya Mbojo Bima, semoga pemuda pemudi Bima selalu eksistensi. Dan selalu aktif didalam mengekspresikan kelebihan serta potensi yg mereka miliki.