Oleh: Ilhamsyah
Siapa yang tak suka ketika kulit bundar menjadi bahan bicaraan, tua muda, miskin kaya, pria wanita. Bicara bola adalah satu hal yang selalu menarik dan akan terus menarik.
Masyarakat kota Medan demikian halnya, menjadi kebanggaan tersendiri ketika ngomongin bola, dan bila dikaitkan dengan PSMS gimana?
Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya ini tepat berdiri pada tanggal 21 April 1950. Meski demikian sejak tahun 1930 telah berdiri klub Medansche Voetbal Club (MSV) yang diyakini merupakan embrio PSMS, seperti yang tertulis pada www.id.wikipedia.org
Jangankan masyarakat Medan, orang se Indonesia punya kenangan tersendiri akan PSMS. Siapa yang tak ingat dengan klub yang tipe permainan khasnya rap-rap berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih menjunjung sportivitas. Inilah yang kerap ditunjukkan oleh tim berjuluk “Ayam Kinantan” ini.
Buahnya adalah kemenangan yang tak dapat dipungkiri dalam sejarah persepak bolaan negeri ini dari masa kemasa. Tercatat pada perjalanan kompetisi bola di Indonesia, PSMS dapat mewarnai nya sebagai sang juara dan runner up. Dari tahun 1967 sampai 1985, PSMS tak pernah tak kebagian tempat sang juara.
Itu dulu, lain lagi sekarang, PSMS semakin parah, ini ditunjukkan dengan hanya main pada kasta kedua kompetisi negeri ini. Kenapa begitu?.
Dari pada ngomongin PSMS sekarang, sepertinya lebih enak ngomongin PSMS zaman dulu. Iya, zaman dulu.
Ada Iwan Karo karo, lebih lama lagi ada Nobon, Anjas Asmara yang bukan pemain sinetron, ada Ricky Yacob, Tum Sila, dan banyak lagi yang lain, yang dapat membuat kaum hawa terengah engah melihat kepiawaian mereka memainkan kulit bundar di lapangan. pokoknya nyenengin lah ngomongin PSMS kala itu.
Selain pemainnya, ada satu lagi yang tak kalah menariknya dari PSMS. Iya, logo PSMS. Sejak dahulu kota Medan dikenal dengan tembakau Delinya. logo PSMS pun berupa “daun” dan “bunga tembakau Deli”, kenapa?
Ya, bisa jadi kemegahan PSMS dan kota Medan yang mulai meluntur, seiring dengan lunturnya ingatan kita pada catatan catatan masa lalu. Bagaimana kota Medan dibangun dengan hasil tembakau yang termashur diseluruh planet ini, dan kontribusinya terhadap prestasi Pemain PSMS.
Dahulu, ada 22 afdeling yang aktif disirami pesawat capung daun tembakaunya, suburnya juga terasa sampai pada kaki kaki pemain PSMS, sekira tahun 80 an, kebun kebun tembakau yang masih aktif itu, seolah memberi semangat tak putus putus pada PSMS.
Terakhir, 2007, PSMS mendapat gelar Runner Up pada kompetisi negeri ini, di tahun yang sama pula, pesawat capung PTPN 2, kebun Hamparan Perak, saat menjalankan tugas menyirami Pestisida untuk Tembakau, ini pesawat terakhir yang terbang aktif menyirami tembakau yang masyur itu. Setelah itu, tak pernah lagi ada tampak pesawat capung mengudara, seiring, dengan prestasi PSMS yang terus menurun, tak pernah lagi mengudara.
Kini, kebun tembakau yang tinggal dirawat pada kebun Klambir dan Klumpang saja, mudah mudahan, dua kebun terakhir dapat tetap menyemangati PSMS, sehingga dapat mengudara kembali. (*)