CfMM menjelaskan laporan mereka tersebut menunjukkan beberapa perbaikan dalam perlakuan terhadap Muslim dengan menyoroti liputan positif dan adil terhadap Muslim di media. Dan itu sudah mulai ditunjukkan sejumlah media, diantaranya; pelaporan BBC tentang penganiayaan Muslim Uighur, The Sun menampilkan Asma Shuweikh sebagai “pahlawan minggu ini” dan keunggulannya. wanita Muslim bertepuk tangan untuk NHS di halaman depan Daily Telegraph.
Terkait penelitian mereka, CFMM menjelaskan, bahwa mereka telah memantau 34 outlet media melalui situs online mereka dan 38 saluran televisi (termasuk semua saluran regional) antara Oktober 2018 – September 2019.
Media Online
Untuk media online, CfMM dalam penelitian mereka menemukan fakta sebagai berikut:
- Hampir 60% artikel di semua publikasi diidentifikasi mengaitkan aspek dan perilaku negatif dengan Muslim atau Islam.
- Lebih dari 1 dari 5 artikel memiliki fokus utama pada Terorisme/Ekstrimisme.
- Publikasi yang berhaluan kanan dan religius memiliki persentase lebih besar dari artikel yang menunjukkan bias terhadap keyakinan atau perilaku Muslim atau yang menggeneralisasi atau salah menggambarkan keyakinan atau perilaku Muslim.
- Tema di mana artikel dikategorikan menunjukkan ada bias yang lebih besar terhadap Muslim dan Islam di bawah topik Agama, Terorisme/Ekstrimisme.
Televisi
Sedangkan untuk konten televisi CfMM menemukan:
- Penyiar nasional memiliki persentase Bias yang lebih tinggi terhadap Muslim dan/atau Islam dibandingkan dengan penyiar regional.
- 47% dari semua klip menunjukkan Muslim dan/atau Islam dengan cara yang menampilkan aspek dan/atau perilaku negatif.
- Pakar sayap kanan dalam banyak kesempatan tidak ditantang ketika membuat generalisasi terhadap Muslim termasuk mempromosikan kepalsuan.
Direktur CfMM, Rizwana Hamid mengatakan, laporan terbaru CfMM ini tidak berusaha untuk menyalahkan media, jurnalis, penyiar atau reporter manapun. Ditegaskaannya, CfMM tetap berkomitmen pada media bebas yang melaporkan tanpa rasa takut atau mendukung dan meminta pertanggungjawaban mereka yang memegang kekuasaan.
“Namun, sudah waktunya bagi industri untuk mengakui bahwa, kadang-kadang dan terlalu sering ketika menyangkut Muslim dan Islam, hal itu salah. Profesional media harus menyambut pengawasan ini, dan menerapkan rekomendasi ini untuk meningkatkan standar jurnalistik.” sebut Rizwan Hamid.
Sementara penulis laporan Faisal Hanif menyatakan, bahwa Muslim maupun Islam tentu tidak boleh kebal dari kritik atau penyelidikan reportase. Kendati demikian ia berharap dilakukan secara adil dan hati-hati, tanpa menggunakan kiasan dan generalisasi yang sudah usang.
“Studi ini berharga baik bagi komunitas akademik, dan terlebih lagi bagi ruang redaksi dan jurnalis, dan dalam beberapa hal akan meningkatkan pelaporan dan peliputan Muslim dan keyakinan mereka di tahun-tahun mendatang.” tegasnya.
***
The Centre for Media Monitoring
The Centre for Media Monitoring (CfMM) adalah proyek Dewan Muslim Inggris (a Muslim Council of Britain). Lembaga ini lahir sebagai respon dari temuan sejumlah akademisi dan spesialis di seluruh dunia yang menyebut bahwa pemberitaan media arus utama tentang Islam dan Muslim berkontribusi pada suasana meningkatnya permusuhan terhadap Muslim di Inggris.
Visi CfMM adalah untuk menyoroti tren negatif di media serta mempromosikan praktik yang baik. Untuk mengubah narasi seputar Islam dan Muslim, CfMM bertujuan untuk terlibat secara konstruktif dengan media dan memberdayakan komunitas dengan cara-cara berikut:
- Membuat basis bukti tentang bagaimana Islam dan Muslim diberitakan di media penyiaran dan cetak nasional.
- Mengembangkan wawasan tentang area potensial untuk perbaikan melalui analisis, laporan, dan pedoman berbasis bukti.
- Melakukan advokasi perubahan dan pengembangan melalui keterlibatan konstruktif dengan pemangku kepentingan utama.
- Mengembangkan kapasitas dan memberdayakan masyarakat untuk terlibat secara positif dengan media dan memberikan cerita potensial. (*)
Sumber: cfmm.org.uk