TAJDID.ID || Perjuangan Muhammadiyah yang tak pernah berhenti dalam mendirikan Amal Usaha (AUM) adalah dalam upaya penguasaan ekonomi dan kemandirian. Oleh karenanya, penguasaan ekonomi dan dunia itu harus serius diikhtiarkan oleh umat muslim.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam acara peresmian 11 Gedung AUM di Kabupaten Kuningan, Jumat (21/1)
“Muhammadiyah merintis amal sosial, kesehatan, itu semuanya amal usaha yang memang tidak banyak kelebihan dan keuntungan, tapi mampu membangun kemandirian karena ini usaha sosial, bukan usaha bisnis. Tapi dengan ini saja kita mampu yadul ulya (tangan di atas) tidak yadus sufla (tangan di bawah) dan itu kekuatan Muhammadiyah tanpa harus tolak pinggang, sombong, adigung adiguna,” ungkapnya, dikutip dari laman muhammadiyah.or.id.
Haedar menyebut penguasaan ekonomi dan dunia itu harus serius diikhtiarkan oleh umat muslim. Sebab jika dua hal ini tidak dikuasai, maka umat muslim selamanya tidak mampu berbuat dan hanya menjadi objek dari para penguasa modal dan kepentingan.
“Maka kalau kita ingin maju, kuasai ekonomi. Kalau orang Islam anti ekonomi, anti wirausaha, anti dunia, kata Jalaluddin Rumi, tunggulah mereka orang-orang yang zalim dan kafir yang akan menguasai dunia,” tuturnya.
Haedar menilai Muhammadiyah telah berdiri di atas kemandirian hingga mampu mendirikan sekian AUM strategis di mancanegara. Akan tetapi, beliau tetap berpesan agar warga Muhammadiyah tetap rendah hati mawas diri.
“Tapi juga jangan jadi orang yang nyelondo, sub-ordinat. Maka bersikaplah tawasuth, bersikap wajar dan bersikap normal. Nah kekuatan Muhammadiyah di situ. Nah, era ini mari kita bangun dengan kekuatan ekonomi,” ajaknya.
Terakhir, Haedar berpesan agar di samping terus melakukan jerih payah dalam penguasaan dunia, Persyarikatan juga selalu mengedepankan kerjasama dengan pemerintah di manapun berada.
Ditegaskannya, yang diharapkan oleh Muhammadiyah pada pemerintah dari pusat sampai bawah, pemerintah mengayomi seluruh masyarakat tanpa diskriminasi.
“Negara ini tidak untuk satu golongan, satu kelompok, tapi semua untuk semua. Artinya semua yang memimpin negara ini, jadi bupati, jadi apapun dikhidmatkan untuk warga masyarakat dan kekuatan masyarakat tidak boleh untuk kelompok dan golongan sendiri,” kata Haedar.
“Saya pikir ke depan kita harus menciptakan sistem politik ekonomi yang seperti itu. Negara untuk semua sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa. Dan Insyaallah kalau itu semua kita lakukan bersama, maka Indonesia akan maju,” tutupnya. (*)