TAJDID.ID~Medan || Senior Alumni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sumatera Utara, Shohibul Anshor Siregar menyampaiakan dua hal penting yang sebaiknya menjadi perhatian utama dalam Musycab VII IMM Kota Binjai yang akan berlangsung beberapa hari ini.
Pertama, kata Shohib, revitalisasi khittah IMM sebagai kader umat dan kader bangsa yang meprasyaratkan aqidah yang kuat dan intelektualitas yang tajam.
“IMM organisasi kader sepi pamrih dalam loyalitas amal yang sejatinya dengan karakter itu memosisikan gerakannya otomatis tak terlalu pragmatis dan tak begitu mencemburui kalangan yang giat dalam orientasi jangka pendek,” ujar Ketum DPD IMM Periode 1986-1988 ini, Sabtu (18/12/2021).
Kedua, lanjut Shohib, berusaha menemukan, setidaknya dalam pemikiran rekomendatif, akar masalah yang menerpa umat dan bangsa saat ini.
Shohib menuturkan, saat Orde Baru memulai agenda bertendensi kuat developmentalisme tempohari, tokoh IMM yang saat itu (1980-an) di bawah kepemimpinan Djazman Alkindi, perasaan cemas mereka nendorong kajian intensif sehingga planned social change tidak boleh tak memosisikan raktat sebagi subjek.
“Malah waktu itu DPP IMM menyurati Presiden dan Lembaga2 Negara termasuk MPR agar melakukan referendum untuk menguji pendapat rakyat tentang hala tuju pembangunan. Kita tahu UU referendum sendiri baru terbit tahun 1985,” ungkapnya.
“IMM saat itu hanya mengedepankan obligasi moral sebagai intelektual organik yang memiliki tanggung jawab untuk bangsa,” imbuhnya.
Selain itu, lanjut Shohib, saat Zulkabir memimpin DPP IMM yang mengkritisi tajam arah pembangunan kepemudaan yang betorientasi pengedepanan command culture. Juga dinyatakan kekhawatiran kualitas generasi penerus bangsa jika pola pembinaan pemuda terlalu pragmatis sesuai kepentingan kelanggengan kekuasaan rezim saat itu.
“Dari Binjai saya berharap bukan popularitas sebuah nama yang memenangi permusyawaratan untuk jabatan Ketua Umum PC IMM. Saya harap mereka memberi sumbangsih pemikiran untuk solusi masalah bangsa,” tegasnya. (*)