TAJDID.ID~Medan || Penggunaan isu suku, ras, agama, dan antargolongan dalam Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah 2024 masih berpotensi muncul dalam kampanye. Kondisi ini dipicu sejumlah faktor, antara lain literasi digital masyarakat yang masih rendah, sekaligus juga persaingan ketat dalam kontestasi yang membuat setiap peserta pemilu ataupun kandidat melakukan segala cara untuk memenangi pemilihan.
Demikian disampaikan Wakil Dekan III Fakultas Hukum UMSU Dr. Zainuddin, S.H., M.H saat tampil sebagai narasumber pada kegiatan “Kelurahan Peduli Pemilu dan Pemilihan Kota Medan tahun 2021” yang diselenggaran oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan, di Kecamatan Medan Belawan, Selasa (23/11/2021),
Dalam penyampaiannya, Dr. Zainuddin menggarisbawahi perlunya pendidikan pemilih dan sosialisasi yang masif, baik kepada peserta pemilu maupun pemilih, untuk berhati-hati terhadap isu SARA dalam kampanye.
Dan yang yang tidak kalah penting, kata Zainuddin, penyelenggara pemilu, peserta pemilu, maupun masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya perlu diberikan pengetahuan yang komprehensif mengenai faktor-faktor penyebab kampanye dengan isu SARA.
“Pelaku poltisasi SARA sesungguhnya tidak hanya dilakukan oleh satu komunitas agama dan etnis saja, melainkan hampir semua komunitas etnis dan agama berpotensi melakukan kampanye yang menggunakan isu SARA,” ujar Zainuddin.
Terkait dengan modus operandi politik SARA, Dr. Zainuddin menyampaikan beragam cara yang berkaitan dengan modus operandi kampanye sara. Hal yang paling sering terjandi antara lain; membandingkan latar belakang suku dan RAS, serta dengan cara provokasi pemilih melalui rumah ibadah.
Lebih lanjut Zainuddin menjelaskan, keinginan masyarakat menjadikan golongannya menjadi pemimpin merupakan hal yang lumrah terjadi, namun dalam hal ini yang salah adalah cara penyampaian yang sifatnya provokasi dan menyudutkan calon lain melalui SARA.
“Kepentingan bersama jauh lebih di utamakan dari pada kepentingan kelompok, sehingga perlu penguatan dalam hal kampanye pasangan calon yang berkontestasi pada pemilihan umum. Dan yang paling penting adalah bagaimana calon yang di kampanyekan dapat mengakomodir kepentingan seluruh agama dan golongan dalam bingkai Pancasila,” sebutnya.
Zainuddin berharap kontestan politik yang bertarung dalam panggung politik idealnya berbicara progaram, ide dan gagasan, sehingga kekedepannya Indonesia secara keseluruhan di pimpim oleh pemimpin yang memiliki konsep kepemimpinan yang baik dan berkesesuaian dengan Pancasila(*).