TAJDID.ID~Berastagi || Pemerintah Indonesia saat ini tengah fokus dalam melakukan transisi energy bahan bakar fosil yang memiliki kadar emisi yang tinggi menuju sumber energi yang memiliki emisi rendah. Hal ini merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah Indonesia dalam memenuhi tuntutan National Determined Contribution (NDC) Paris Agreement.
Demikian diungkapkan oleh Tenaga Ahli Utama Kedeputian I Kantor Staf Presiden, Didi Setiarto dalam acara seminar Energi Baru dan Terbarukan (EBT) mengangkat tema “Potensi dan Tantangan Pengembangan Sumber Energi Baru Terbarukan di Sumatera Utara”.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara daring melalui zoom meeting dan luring di Hotel Grand Orry, Berastagi, Sabtu (20 Nopember 2021). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian dari acara Rapat Pimpinan Wilayah (Rapimwil) 1 Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara yang digelar 19-21 November 2021.
“Dalam menuju energy net zero emission, kita fokus dalam pengembangan energi baru dan terbarukan, melakukan efisiensi energi dan sebagainya. Bahkan di tahun 2020, penurunan gas emisi melebihi target. Target kita sekitar 58 juta ton dan realisasinya mencapai 64,4 juta ton,” tegas Didi.
Diamenjelaskan, penurunan angka produksi emisi berasal dari pengembangan energy baru dan terbarukan sebesar 34.291.037 ton, efisiensi energi sebesar 12.698.198 ton, bahan bakar rendah karbon (8.398.804 ton), penggunaan teknologi pembangkit bersih (5.908.694 ton), dan kegiatan lainnya sebesar 2.790.370 ton.
“Ini menegaskan bahwa Bapak Presiden yang juga selaku Ketua Dewan Energi Nasional, memiliki komitmen yang tinggi dalam menjaga lingkungan dan mengantisipasi perubahan iklim,” tegas Didi sembari menjelaskan pemerintah memprioritaskan pada percepatan pemanfaatan pembangkit EBT sebesar 38 GW pada tahun 2035.
Sejak 2004, lanjut Didi, Pemerintah Indonesia menjadi salah satu importer minyak mentah dan jumlah kebutuhannya daritahun ketahun terus meningkat sedangkan produksi minyakmentah dalam negeri terus menurun.
“Ini menjadikan GAP antara kebutuhan dan produksi terus melebar. Kita harus keluar dari masalahini. Salah satu caranya adalah pengembangan EBT,” kata Didi.
Untuk itu, lanjutnya, pihaknya berharap Pemuda Muhammadiyah harus mampu melakukan inovasi dalam pengembangan EBT, minimal mampu melakukan menajeman terhadap penggunaan energi di rumah masing-masing.
“Jika ada sumber-sumber energi yang potensial misalnya air terjun di daerah masing-masing, silahkan sampaikan ke kita. Agar dilakukan kajian-kajian pengembangannya,” pinta Didi.
Selain Didi Setiarto, juga hadir sebagai pembicara lainnya yakni Haris Yahya Direktur Panas Bumi, Kementerian ESDM, Deny WaskhitoVP HidroDivebt PT PLN (Persero) dan Chandra A. Siregar akademisi dari Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara/wakil Ketua Bidang Energi PWPM Sumut.
Kegiatan seminar EBT merupakan kegiatan pendamping dalam pelaksanaan Rapimwil 1 Pemuda Muhamadiyah Sumatera Utara yang terlaksana atas kerjasama bidang kemaritiman Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah.
Kegiatan diikuti oleh 300 peserta dari berbagai kalangan seperti praktisi energi, kader Pemuda Muhammadiyah, Dosen, mahasiswa dan lainnya. Kegiatan dibuka oleh ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dedi Irawan (*)