Oleh: M. Rizky Anshori Manurung, S.Pd
Merdeka belajar merupakan program unggulan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud ristek) Republik Indonesia yang memasuki episode kesebelas.
Salah satu episode dari merdeka belajar tersebut adalah “Program Guru Penggerak (PGP)” tepatnya pada episode kelima yang telah launching pada bulan Juli 2020.
Ide yang diusung sangat luar biasa yaitu guru sebagai pemimpin pembelajaran yang menerapkan merdeka belajar dan menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan, menjadi pelatih/mentor bagi guru lainnya untuk pembelajaran berpusat pada siswa, serta menjadi teladan dan agen tranformasi bagi ekosistem pendidikan.
Data resmi Kemendikbudristek, menyebutkan pelaksanaan Program Guru Penggerak (PGP) sudah menyelesaikan empat angkatan dengan peserta terjaring sekitar 16.400 orang guru.
Dari sekian banyak guru penggerak yang sudah mendapat pembekalan tentang merdeka belajar belum menampakkan riak gelombang aksi mereka di tengah masyarakat sebagai pemimpin pembelajaran dan penggerak ekosistem pendidikan.
Pertanyaan mendasar dan kritis yang patut dialamatkan kepada mereka adalah kapan bergeraknya?
Apakah operasi senyap merupakan model strategis yang di terapkan untuk menunjukkan diri sebagai teladan dan agen tranformasi bagi ekosistem pendidikan, sehingga sulit mendeteksi jejak-jejak pergerakan guru penggerak.
Aksi nyata bagi guru penggerak sangat di nantikan untuk mewujudkan mimpi merdeka belajar yang diproyeksikan bisa mengeliminasi masalah pendidikan yang krusial akibat pandemi covid-19.