TAJDID.ID || Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Hening Parlan berkesempatan menyampaikan peran ‘Aisyiyah sebagai umat beragama dalam mengatasi kerusakan lingkungan, pada rangkaian acara Green Faith Campaign 2021.
Ia menjadi salah satu narasumber talkshow bertajuk ‘UmatSuci, Bumi Suci (Sacred People, Sacred Earth): Kampanye Lingkungan Iman Hijau’, yang diselenggarakan secara daring pada Kamis 11 Maret 2021 oleh Dompet Dhuafa.
Acara ini berkolaborasi dengan lintas organisasi dan entitas, baik itu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, serta para tokoh aktifis penggerak lingkungan, termasuk Hening Parlan mewakili LLHPB ‘Aisyiyah.
Ancaman Pandemi, Bencana Alam, Ketahanan Pangan, dan Kualitas Kesehatan
Pada awal paparannya, Hening Parlan menjelaskan data-data dampak kerusakan lingkungan, mulai dari pandemik hingga bencana alam.
“Terkait dengan Pandemi Covid-19, merujuk pada laporan UNEP (Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa), pada 2016 disebutkan bahwa 60% penyakit menular yang ada saat ini adalah penyakit zoonosis yang disebabkan kerusakan ekologi, sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem dan kesehatan masyarakat.” ungkap Hening.
“Selain itu, kerusakan ekologi juga menyebabkan 90% pemusnahan keanekaragaman hayati, berkurangnya ketersediaan air bersih, dan menimbulkan 50% emisi gas rumah kaca global.” imbuhnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa kerusakan lingkungan memicu, yang berdampak pada peningkatkan ancaman bencana hidrometeorologi di Indonesia,
“Bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, kekeringan, selalu di atas 90% di Indonesia, artinya menurut data tersebut maka bencana terbesar di Indonesia disebabkan oleh perubahan iklim.”
Hening juga menyampaikan keresahannya bahwa ternyata perubahan iklim dapat mengancam pasokan pangan dan kualitas kesehatan.
“Krisis iklim menyebabkan pasokan pangan rusak karena banjir, kekeringan, penyakit, hama. Sedangkan cuaca ekstrem, polusiudara, menurunnya ketersediaan air bersih, menimbulkan penyakit menular yang pada akhirnya juga mengancam kesehatan kita.“ .
Ia menegaskan, hal ini menunjukkan bahwa wajib bagi kita semua untuk membangun dan mengantisipasi perubahan iklim agar masalah pangan, kesehatan, maupun dampak negative lainnya bisa kita antisipasi.
Peran Umat Beragama dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan
Kaitannya dengan peran umat beragama dalam menjaga kesucian bumi, Hening mengungkapkan praktik baik dan pengalaman yang telah dilakukan oleh ‘Aisyiyah.
Organisasi ‘Aisyiyah yang tahun ini sudah berusia 107 tahun, selama ini telah berkontribusi dalam peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial bagi kaum dhuafa.
“Meski Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) baru terbentuk 6 tahun yang lalu pada saat Muktamar 2015 di Makassar, namun upaya menjaga kelestarian lingkungan sudah diupayakan sejak ‘Aisyiyah terbentuk lebih dari 100 tahun yang lalu. Pasti akan sulit melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial kalau tidak diikuti dengan menjaga lingkungan yang baik.“ungkapnya.
Kemudian ia menyampaikan firman Allah dalam al-Qur’an Surat ArRuum Ayat 41, “Telahtampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
“Firman Allah pada QS Ar Ruum 41 tersebut adalah sebuah peringatan agar kita instrospeksi dan kembali kejalan yang benar, karena kerusakan sudah nyata dan kita sudah diperingatkan oleh banyak fakta. Oleh karena itu kita mesti meneguhkan hati untuk kembali kejalan yang benar.” kataHening.
“Ajaran agama menjadi ‘Guardian of Values’ bagi kita, yang menjadi nilai moral dan etika yang menyemangati kita dalam membangun upaya-upaya pencegahan kerusakan lingkungan. Manusia sebagai khalifah menempati posisi terpenting dalam lingkungan hidup untuk melindungi lingkungan dari kerusakan.” imbuhnya.
Langkah-Langkah ‘Aisyiyah dalam Upaya Pencegahan Kerusakan Lingkungan
“Langkah-langkah ‘Aisyiya hdalam mencegah kerusakan lingkungan diawali dari tahap membangun awareness atau kesadaran, kemudian inovasi, lalu dilanjutkan dengan aksi.” Ungkap Hening.
Melalui LLHPB, ‘Aisyiyah mengorganisir beragam inovasi kegiatan, baik itu melalui program Green ‘Aisyiyah maupun program Resiliensi/ Kelentingan Keluarga. Green ‘Aisyiyah berupaya mengajakkeluarga ‘Aisyiyah untuk berkomitmen melakukan gaya hidup ramah lingkungan yang bisa dilakukan dari rumah bersama keluarga. Sedangkan program resiliensi atau kelentingan berupaya membangun kelentingan keluarga dan komunitas ‘Aisyiyah dalam masa pandemi Covid-19 melalui sosialisasi dan edukasi pencegahan penyebaran Covid-19 dan penguatan ketahanan pangan bagi keluarga melalui ternak, komposting, serta budi daya tanaman sayuran.
“LLHPB ‘Aisyiyah saat ini sudah terbentuk di 31 wilayah/ propinsi, dan program Kelentingan sudah dilaksanakan di 16 wilayah/propinsi.” Terang Hening.
Aksi pencegahan kerusakan lingkungan juga dilaksanakan di berbagai wilayah, misalnya di LLHPB ‘Aisyiyah Jawa Tengah dengan Gerakan Menanam Pohon secara serentak, dengan tetap menerapkan pola asuh terhadap pohon. Hening menuturkan bahwa di ‘Aisyiyah terdapat platform diskusi daring tentang kajian lingkungan yang dilaksanakan setiap 2 minggu sekali melaluia cara ‘NgajiLingkungan’, dengan temaa ntara lain: Sampah Bernilai Ekonomi, Green School, dan lain sebagainya.
“Sehingga agama bisa menjadi Guardian of Values untukmengingatkan kita terus menerus bahwa kerusakan lingkungan ini permasalahan yang sangat penting. Dengan nilai agama, inovasi,umat beragama bisa turut bergerak dengan aksi.” pungkasnya.(*)
Kontributor: Dzikrina Farah Adiba (Relawan LLHPB ‘Aisyiyah)