Seorang lelaki memiliki hewan peliharaan seekor gorila. Lelaki itu begitu menyayangi gorilanya. Begitu juga si gorila sangat menyayangi tuan yang memeliharanya.
Suatu ketika, lelaki pemilik gorila itu tidur dengan begitu nyenyaknya. Sedangkan si gorila berada di samping tuannya yang lagi tidur pulas itu.
Tiba-tiba ada sekor lalat hinggap persis di muka laki-laki itu. Lalat itu benar-benar mengusik, sebentar hinggap sebentar terbang.
Melihat aksi sang lalat, atas dasar kecintaannya kepada majikannya, si gorila pun jadi jengkel. Dia mencoba mengusir lalat dengan mengibaskan tangannya dengan pelan. Lalat pun terbang.
Tapi tak lama hinggap lagi. Begitulah terjadi berulang kali.
Si gorila jadi naik darah, dengan penuh emosi dipukulnya lalat yang lagi hinggap persis di atas hidung tuannya. Buuug !……..Apa yang terjadi ?
Laki-laki itu menjarit kesakitan menerima bogem dari gorila peliharaanya. Dia pun menggelepar dan akhirnya tewas. Sementara si lalat lagi-lagi berhasil terbang meloloskan diri. Dan tak lama kemudian lalat kembali hinggap di muka lelaki yang sudah terbujur kaku itu. (*)
Hikmah
Hikmah dari kisah ini adalah, bahwa loyalitas memang perlu, tapi harus bijak. Jangan sampai maksud ingin melakukan pembelaan dan proteksi, tapi justru mencelakai yang dibela. Jadi, mengekspresikan pembelaan tidak melulu harus mengandalkan kekuatan, melainkan dibutuhkan juga kecerdasan. (*)