TAJDID.ID~Banda Aceh II Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Aceh, Rudi Ismawan mendesak Gerakan Anti Radikalisme-Alumni ITB untuk segera meminta maaf kepada Prof. Din Syamsuddin dan mencabut laporannya di KASN. Tuduhan yang dilayangkan kepada Prof. Din sebagai figur yang radikal menurutnya dianggap suatu hal yang aneh.
“Sepatutnya mereka tahu bahwa Prof. Din adalah Guru Besar studi politik dan pluralisme,” ujar Rudi Ismawan, Ahad (14/2).
Rudi Ismawan menegaskan, bahwa membicarakan persoalan politik, menanggapi permasalahan politik, atau memberikan pandangan politik adalah bagian dari bentuk pengabdian akademik Prof Din Syamsuddin sebagai civitas akademika. Dan perlu dipahami pula, sikap kritis adalah hal yang wajib bagi setiap civitas akademika.
“Kalau tidak, maka tidak pantas disebut civitas akademika. Hal ini pula yang membedakan antara Prof. Din yang merupakan ASN akademisi, bukan ASN birokrasi. Ketika ASN birokrasi bekerja sesuai dengan aturan yang lebih kaku, sedangkan ASN akademisi cenderung lebih luwes. ASN akademisi dituntut untuk mampu mencari, menemukan dan mengajarkan kebenaran; memberikan penilaian secara adil dan objektif, dan; memiliki kapasitas untuk memberikan arahan dan masukan bukan hanya pada lingkungan civitas akademika saja, tapi juga bagi masyarakat, Negara, hingga ke tingkat global.” jelas Rudi.
Pembelaan terhadap Prof. Din ini juga lahir dari pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Prof. Mahfud MD yang diunggah di Media Online Kumparan.com (13/02/2021).
Menurutnya, Pemerintah tidak pernah menganggap Prof. Din Syamsuddin sebagai figur yang radikal. Ia menekankan bahwa “Din adalah pengusung moderasi beragama atau Islam washatiyah yang juga sepaham dengan Pemerintah.”
Alasan ini bukan tanpa dasar. Terbukti beberapa jabatan mentereng terkait moderasi dan perdamaian di level internasional diemban oleh Prof. Din hingga saat ini, seperti mendapatkan kehormatan sebagai Honorary President pada World Conference on Religions for Peace/WCRP, Vice Secretary General pada World Islamic People’s Leadership, President of Asian Committee on Religions for Peace/ACRP, Chairman pada World Peace Forum, serta sederet posisi terhormat lainnya.
“Perlu dipahami bahwa Prof. Din adalah kader Muhammadiyah, sekaligus kader NU. Menyatakan beliau figur radikal artinya mencederai Muhammadiyah dan NU, sekaligus yang telah mewarnai pemikirannya hingga saat ini. Oleh karena itu, PW Pemuda Muhammadiyah Aceh siap mengadvokasi permasalahan ini, bahkan hingga ke meja hijau bila diperlukan.” tutup Rudi. (*)
Kontributor: Agusnaidi B