Oleh: Shohibul Anshor Siregar
Mengawali tahun takwim baru rasanya eloklah memulai perhitungan tentang dinamika perebutan kekuasaan ke depan, khususnya untuk DKI dan Pilpres mendatang.
Bukankah masalah itu sudah mulai terlihat gelagatnya akhir tahun lalu dan diyakini akan segera makin menguat dalam hitungan bulan ke depan?
Tulisan berikut adalah uraian yang disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang mungkin belum lengkap. Pembaca mungkin bisa lebih leluasa menyempurnakan atau bahkan menjungkirbalikkan logika dan argumen di baliknya.
- Apakah sebuah kenaifan jika membayangkan Gibran yang baru saja dinyatakan unggul dalam Pilkada Solo pada waktunya nanti akan mengikuti jejak bapaknya meninggalkan jabatannya untuk naik ke kompetisi terbuka pada Pilkada DKI atau malah Pilpres 2024?
- Jika kedua kontestasi itu dilaksanakan pada jarak waktu amat singkat atau waktu bersamaan, Gibran akan didorong ke Pilkada DKI atau Pilpres?
- Kira-kira pilihan mana yang paling mungkin buatnya, Pilkada DKI atau Pilpres?
- Seberapa kuat dukungan atau resistensi dari partai yang paling mungkin sebagai leader dalam koalisi dukungan terhadapnya (PDIP)?
- Seberapa penting hambatan internal yang akan ia hadapi jika melihat keberadaan figur-figur andalan PDIP yang jauh lebih senior seperti Puan Maharani (lingkaran terdalam dari trah yang kini “dimagangkan” di Senayan, Ketua DPR), Risma (mantan Walikota Surabaya yang baru saja diangkat menjadi Mensos menggantikan Batubara yang ditangkap KPK atas tuduhan berat kasus pidana korupsi bansos) dan Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng)?
- Dalam asumsi bahwa ia akan mengulangi jejak bapaknya, bagaimana gerangan peluang keberhasilannya menggalang dukungan partai lain sekiranya PDIP tak memberi restu kepadanya?
- Di luar kubu itu dalam perebutan kekuasaan pada pilkada DKI dan Pilpres, figur-figur mana yang diperhitungkan akan menjadi pesaing berat atau malah dengan mudah akan mengalahkannya dan semua figur dari PDIP baik untuk scenario Pilkada DKI mau pun Pilpres?
- Seberapa signifikan potensi penurunan dukungan pemilih untuk figur non-PDIP dengan telah “dibubarkannya” Front Pembela Islan (silakan sambil menbayangkan vonis kepada figur besar HRS)?
- Jika saya sebut Anies Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto, Gatot Nurmantyo, Airlangga Hartarto, Sandiaga Salahuddin Uno dan Agus Hari Murti Yudhohono, apakah Anda akan menambah nama-nama lain dalam kaitan rivalitas ini untuk menggambarkan bahwa selain kemungkinan terulangnya rivalitas head to head hanya dua pasangan pilpres, juga dimungkinkan dengan 3 atau 4 pasangan?
- Menurut Anda akankah nanti masih diberlakukan rumus Presidential threshold yang banyak dikutuk oleh pihak di luar partai itu untuk Pilpres?
- Menurut prediksi Anda siapakah Gubernur DKI dan Presiden RI periode berikut?
- Curigakah Anda bahwa kekuatan yang behitu mudah dikendalilan olehh Jokowi dalam politik Indonesia mampu menghadiahi Jokowi tambahan masa jabatan dengan jalan mengamandemen UUD 1945?
****
Khusus untuk Sumatera Utara selentingan pun mulai marak bahwa jika Bobby Nasution (manantu Jokowi) berhasil memenangi Pilkada 2020, ia pun dibayangkan akan melejit ke kontestasi berikutnya, yakni Pilgubsu.
Anda tentu mempunyai pandangan tentang itu. (*)
Penulis adalah Dosen FISIP UMSU (Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)