• Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan
Rabu, Mei 14, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Kita Hidup di Aceh: Sebagai Pemilik, Pengelola atau Gerombolan Pencuri?

Fauzan Azima by Fauzan Azima
2020/08/04
in Opini
1
Kita Hidup di Aceh: Sebagai Pemilik, Pengelola atau Gerombolan Pencuri?

Fauzan Azima. (Foto: FB Pang Ngopi)

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Esensi dari perjuangan GAM adalah mengembalikan kepemilikan dan pengelolaan tanah Aceh. Selama inti itu tidak terwujud, selama itu pula anak keturunannya akan bangkit bergerak menuntut sampai tujuan itu tercapai.

Sekarang patut dipertanyakan; kita hidup di Aceh ini sebagai apa dan siapa? Sebagai pemilik, pengelola atau kumpulan pencuri di tanah Aceh? Mari kita buktikan!

Kami lahir dan tumbuh dewasa di Tanah Gayo. Nenek moyang kami sudah berada di Negeri Malem Dewa itu ribuan tahun lalu. Buktinya kerangka pendahulu kami ada di Ceruk Ujung Karang dan Mendale (manusia lembah).

Pinus-pinus tumbuh subur sebelum Penjajah Belanda datang. Lalu Bob Hasan dengan gerombolannya datang dari Jakarta menebanginya. Masyarakat pribumi pada waktu itu tidak ada yang berani mengklaim bahwa itu warisan nenek moyangnya karena pasti akan berhadapan dengan penegak hukum.

Kemudian Presiden Soeharto lengser dan terjadi reformasi serta GAM bergerak ingin mengembalikan kepemilikan dan pengelolaan Sumber Daya Alamnya (SDA). Setelah damai RI-GAM dalam kesepakatannya peluang sangat besar SDA kembali kepada Aceh.

Sayangnya Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) sebagai turunan dari perjanjian Helsinky jauh melenceng dari semangat pengelolaan SDA-nya sendiri.

Padahal Negara Indonesia adalah pengelola SDA yang terbentuk dari kumpulan kerajaan dari Sabang sampai ke Merauke sebagai pemilik-nya.
Logikanya; kita punya tanah beserta rumah. Lalu kita minta orang mengelolanya. Posisi pemilik tentu lebih tinggi daripada pengelola. Kalau pengelola ingin merubah bentuk rumah atau ingin menanam pohon pada tanah itu, tentu mereka harus izin dahulu kepada pemiliknya.

Misalnya dalam masalah hutan Aceh. Jakarta sebagai pengelola tidak boleh menetapkan apapun terhadap hutan itu sebelum ada musyawarah di antara pemiliknya. Tidak boleh menetapkan peraturan perundangan apapun sebelum ada persetujuan pemiliknya.

Sayangnya banyak kasus masyarakat ditangkap dan dipenjara karena menebang pohon. padahal dia sebagai pemilik hutan tersebut.

Demikian juga dengan izin yang dikeluarkan Jakarta terhadap rencana menambang emas di Linge, sangat tidak pantas tanpa persetujuan pemiliknya, yakni rakyat Gayo. Kalau tidak ada penghormatan kepada pemilik, apalagi menggunakan kekerasan dalam memaksakan kehendaknya berarti tidak ada bedanya dengan penjajah Belanda dahulu.

Tugas orang-orang yang sudah terpilih hari ini maupun yang akan datang sebagai gubernur, bupati, walikota, anggota DPR RI, DPRA dan DPRK harus memperjuangkan kepemilikan atas SDA yang diwariskan nenek moyangnya.

Kalau dari sekarang tidak mau berjuang, maka akan sah kita hidup di Aceh dianggap sebagai kumpulan pencuri karena tidak berdaulat atas SDA-nya sendiri dan tidak pernah diajak diskusi atas tanah beserta isinya serta jangan pernah mengambilnya kalau tidak mau diteriaki; “maling.”

(Mendale, Senin, 3 Agustus 2020)


Sumber: Akun Fb Pang Ngopi

Tags: AcehFauzan AzimaGAMSDA Aceh
Previous Post

Sayembara Sociopreneur Cabang & Ranting Muhammadiyah 2020

Next Post

Kekuatan Sebuah Tulisan

Related Posts

Menghadirkan Industri Hospitality di Banda Aceh

Menghadirkan Industri Hospitality di Banda Aceh

15 Desember 2024
118
Taufik Abdul Rahim: Aceh Makin Tak Karuan karena Kesalahan Kebijakan

Taufik Abdul Rahim: Aceh Makin Tak Karuan karena Kesalahan Kebijakan

27 Juli 2021
254
Dayah Pesantren Baitul Arqam Wisuda 18 Santri

Dayah Pesantren Baitul Arqam Wisuda 18 Santri

8 April 2021
271

Pemuda Muhammadiyah Prihatin Aceh Disebut Provinsi Termiskin di Sumatera

18 Februari 2021
232

Papan Bunga Bernada Satire Banjiri Kantor Gubernur Aceh

17 Februari 2021
321
Disebut Provinsi Termiskin di Sumatera, Ini Tanggapan Tokoh Muhammadiyah Aceh

Disebut Provinsi Termiskin di Sumatera, Ini Tanggapan Tokoh Muhammadiyah Aceh

17 Februari 2021
379
Next Post
Kekuatan Sebuah Tulisan

Kekuatan Sebuah Tulisan

Comments 1

  1. Ilhamsyah says:
    5 tahun ago

    Merdekaaaaa

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In