Semakin meningkatnya jumlah lokasi hunian di pinggiran sungai di Kota Medan, seperti hotel, perkantoran, perumahan juga apartemen sampai saat ini belum ada yang memanfaatkan air permukaan/air sungai sebagai cadangan air selain pasokan dari PDAM Tirtanadi. Sumber air bersih dengan memanfaatkan air permukaan bisa dimanfaatkan sebagai pasokan sumber air bersih untuk lokasi hunian yang berada di pinggir sungai itu daripada membuang air limbah mereka ke sungai.
Saat ini, air bersih yang dipasok PDAM Tirtanadi tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air diberbagai tempat hunian, jadi sumber air bersih cadangan dimanfaatkan dari sumur bor atau air tanah. Sumur bor, juga tak bisa senantiasa memenuhi kebutuhan, karena debit air yang keluar dari sumur bor berangsur menurun.
Hasil diskusi dengan salah seorang pemangku kebijakan di PDAM Tirtanadi mengemukakan. Debit air yang dihasilkan jika memanfaatkan air permukaan sekira 20-30 liter per detik dengan keluaran debit air yang stabil, sementara sumur bor hanya 10 liter per detik tanpa kestabilan.
Keinginan banyak pihak, lokasi hunian di pinggiran sungai beralih memanfaatkan air permukaan, karena dengan memanfaatkan air permukaan dapat mengurangi pasokan air yang bersumber dari air tanah, risiko yang terjadi jka memanfaatkan air tanah dapat mengakibatkan kerusakan alam. Berisiko membuat tanah menjadi berongga dan berdampak kepada amblasnya tanah. Kemudian, penggunaan air tanah juga dapat mengakibatkan dominasi air laut ke dalam air, sehingga air menjadi rasa payau seperti yang telah terjadi di Jakarta.
Tempat hunian dan hotel merupakan penambah Pendapatan Asli Daerah, namun untuk pembuangan limbahnya harus dipikirkan juga, kekecewaan terdapat oleh warga sekitar Sungai Deli misalnya menganggap limbah domestik hunian dan hotel membuat mereka tak bisa memanfaatkan Sungai Deli untuk mandi karena airnya berwarna keruh dan bau.
Saya pernah bermukim di sekitar hilir Sungai Deli, tepatnya di Jalan Sei Deli Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Barat pada tahun 1989 sampai dengan tahun 1995. Kala itu, mandi di Sungai Deli sungguh menyegarkan. Pulang mandi dari Sungai Deli membawa ikan Sepat atau Mujahir karena ikan air tawar tersebut mudah didapatkan hanya dengan menggunakan baju sebagai tangguk. Kini, semua kenikmatan sungai tinggal kenangan, untuk menikmati suasana sungai warga Medan mengeluarkan ongkos yang tak sedikit untuk menuju ke arah hulu Sungai Deli
Satu diantara bangunan pencakar langit di Medan seperti Podomoro City Deli dibangun setinggi 50 lantai, diperkirakan menjadi penyumbang limbah domestik terbesar atau setara dengan penduduk di suatu kelurahan di Kota Medan. Terdapat Podomoro City Deli Premium Apartement I 40 lantai. Podomoro City Deli Apartement II 40 lantai. Podomoro City Deli Condomonium I 30 lantai. Podomoro City Deli Condomonium II 30 lantai. Podomoro City Deli Apartement Liberty 30 lantai. Podomoro City Deli Lincoln 30 lantai. Podomoro City Deli Apartement Lexington 30 lantai.
Jika satu unit apartemen Podomoro City Deli terdapat 25 kamar kemudian dihuni oleh empat orang dalam satu kamar maka jumlah keseluruhan penghuni di dalam Premium City Deli berjumlah 4000 orang dengan rumus (25 kamar x jumlah penghuni x 40 lantai). Begitu seterusnya, maka total penghuni apartemen Podomoro City adalah 19.000 penghuni. Jika saja, satu penghuni menghabiskan 5 liter air setiap hari untuk mandi dengan menggunakan sabun dan shampo, maka muntahan limbah domestik (19.000 penghuni x 5 liter air) yang keluar saluran limbah Podomoro City Deli sebanyak 95.000 liter per hari.
Bukan hanya Podomoro City, hotel, apartemen, mal, perkantoran, rumah, kedai dan sebagainya agar tak membuang limbah domestik ke sungai/air permukaan. Jika menjadi solusi proyek Optimalisasi Jaringan Pipa Air Limbah (OJPAL) dapat mengatasi limbah domestik.
Sebagai warga Kota Medan saya sendiri masih belum mengetahui apakah proyek OJPAL yang sedang dikerjakan oleh PT NINDYA KARYA (Persero) saat ini terkait kepada pengurangan limbah domestik. Menurut ungkapan Plt Direktur Utama NINDYA KARYA Haedar A Karim ketika meninjau pelaksana proyek OJPAL diharapkan OJPAL dapat mengatasi pencemaran air tanah dan air permukaan di kawasan Kota Medan.
Melalui ungkapan beliau menambah gairah harapan sungai tak lagi menjadi saluran limbah domestik. Maka dari itu, tentu kita tak hanya berharap kepada penanggulangan penyebaran limbah yang dilakukan oleh pemerintah, namun kesadaran agar tak membuang sampah di sungai sudah dapat ditinggalkan juga. (*)
Roni Jambak, Kontributor Koran Cerdas UMSU