Syahdan. Ada seorang raja yang memutuskan untuk melakukan perjalanan mengelilingi wilayah kerajaannya yang sangat luas. Ketika dia melewati sejumlah tempat, semua orang bergegas untuk melihatnya dan mengelu-elukannya.
Namun, ketika melewati sebuah wilayah, ia memperhatikan seorang lelaki tua miskin yang samasekali tidak memperhatikan kedatangan raja. Laki-laki tua yang kumuh itu cuek dan sibuk dengan kegiatannya sendiri.
Merasa tersinggung dan tidak dihormati, lantas Raja menghampiri laki-laki tua itu.
“Hai orang tua, mengapa kau tidak bergabung dengan orang-orang untuk melihat dan menyambut kedatangan Rajamu,” ujar Sang Raja dengan nada gusar.
Dengan enteng lelaki tua itu menjawab: “Tuanku, ketahuilah, dulu ada raja lain yang pernah melewati tempat ini. Semua orang berkumpul untuk melihatnya juga. Tetapi, beberapa hari kemudian dia meninggal dan dimakamkan di suatu tempat,”.
“Pada waktu yang bersamaan, seorang lelaki miskin seperti saya juga meninggal dan dimakamkan di dekat makam raja. Namun setelah beberapa waktu, banjir besar melanda daerah itu hingga menyebabkan kuburan-kuburan itu terbalik. Akibatnya, tulangbelulang orang miskin itu bercampur dengan tulang-tulang raja, hingga kami tidak bisa lagi membedakannya. Setelah melihat kejadian itu, tidak masalah bagi saya lagi siapa yang menjadi raja dan siapa yang pengemis. Pada akhirnya, rumah kami sama,” tutur lelaki tua.
Mendengar cerita lelaki tua itu, sang raja pun tertunduk dan terdiam seribu bahasa. (*)