Kebodohan
Tidak diragukan lagi, kebodohan merupakan salah satu perkara yang amat dibenci dalam Islam. Kebodohan adalah termasuk jenis penyakit hati yang amat disukai setan. Karena disaat seseorang mengumbar kebodohan, maka serdadu setan akan leluasa menerobos gerbang benteng hatinya.
Namun harus dipahami, bahwa ada perbedaan antara ketidaktahuan dan kebodohan. Kebodohan biasanya senantiasa bersama dengan orang yang malas, sedangkan ketidaktahuan disebabkan karena memang belum belajar dan tidak mengerti mengenai perkara tersebut.
Secara tegas Nabi Muhammad SAW mengatakan: “Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat. (HR Al-Bukhari dari Abi Hurairah).
Rasulullah SAW telah memperediksi bahwa kelak akan datang masa dimana orang-orang yang bodoh yang lebih banyak berbicara. Sehingga ia berbicara mengenai ilmu yang tidak ada dasarnya, orang bodoh akan selalu ingin terlihat pintar sehingga ia akan berbicara tanpa paham betul.apa maknanya. Sebagaimana hal tersebut telah diperingatkan dalam hadits:
Sesungguhnya di depan Dajjal ada tahun-tahun banyak tipuan –di mana saat itu– orang jujur didustakan, pembohong dibenarkan, orang yang amanah dianggap khianat, orang yang khianat dianggap amanah, dan di sana berbicaralah Ruwaibidhoh.
Nabi SAW ditanya, apa itu Ruwaibidhoh? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Orang yang bodoh (tetapi) berbicara mengenai urusan orang banyak/ umum. (Hadits dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Ya’la, dan Al-Bazzar, sanadnya jayyid/ bagus. Dan juga riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Lihat Kitab Fathul Bari, juz 13 halaman 84 ).
Islam sendiri mengartikan kebodohan sebagaimana zaman Jahilliyah, ketika itu banyak orang yang tersesat karena kebodohannya. Sehingga kemudian Allah menurunkan wahyu pertamanya yakni surat Al-Alaq ayat 1-5. Dalam ayat pertamanya bermakna “Bacalah”, artinya bahwa manusia harus selalu belajar agar tidak terjerumus dalam kebodohan. Sebagaimana firman Allah SWT berikut :
“Sesungguhnya sejelek-jeleknya binatang di sisi Allah SWT adalah orang-orang yang tuli dan bisu (dalam menerima kebenaran), yaitu orang-orang yang tidak berakal.” (QS. Al-Anfal : 22)
Kebodohan memiliki bahaya yang sebenarnya bahkan tidak anda sadari. Namun, akan sangat rugi jika kita terperangkap dalam kebodohan tanpa mau berusaha untuk keluar.
Pada suatu ketika Rasulullah SAW pernah ditanya, “Siapa manusia yang paling cerdas ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Manusia yang paling cerdas adalah yang mengendalikan hawa nafsunya, dan beramal untuk akhiratnya.” (HR. Muslim).
Hadits di atas memberikan petunjuk bahwa, seorang Muslim seluruhnya cerdas. Dengan catatan, ia tidak memperturutkan hawa nafsunya.Artinya, pakai akal, teliti, mau bekerja keras, sabar dalam usaha, tekun dalam do’a dan tawakkal terhadap keputusan Allah. Kemudian, semua itu dilakukan demi untuk kebaikan kehidupan akhiratnya. Bukan untuk mencari kekayaan, kedudukan, apalagi sekedar kebanggaan.
Di dalam al-Qur’an, insan yang cerdas disebut Ulul Albab. Menurut beberapa ayat, seperti pada Surah Ali Imran ayat 190-191. Ulul Albab adalah orang yang memadukan dzikir dan fikir sampai mampu mengungkap fakta paling inti dari kehidupan ini, hingga sampailah ia pada satu kesimpulan bahwa Allah Maha Kuasa yang segala ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia.