TAJDID.ID-Medan || Delapan belas tahun adalah perjalanan yang panjang, Festival Teater Mahasiswa Nasional atau biasa disebut dengan Festamasio sebuah kegiatan dari mahasiswa dengan bumbu kompetisi yang bertujuan sebagai ajang silaturahmi antar pegiat Seni Kampus Se-Indonesia, tentu bukan suatu hal yang dapat diaggap sepele dalam menjalankan rutinitas. Sekali dalam dua tahun acara yang digagas oleh mahasiswa untuk memberikan edukasi kepada khalayak ramai melalui teater sebagai media yang nyata dan harus tetap dijalankan.
Festamasio pertama kali di gagas oleh teman-teman Teater Yupa Universitas Mulawarman Samarinda, berangkat dari kegelisahan dengan membaca persoalan yang terjadi pada masa itu, sempitnya ruang public untuk menerima dikembangfkannya teater di kampus-kampus serta minimnya kegiatan-kegiatan berkesenian yang sejatinya untuk membuka ruang diskusi,silaturahmi dan bertukar metode teater kampus itu sendiri.
Dalam perjalanan yang panjang Festamasio sudah bergulir ke berbagai daerah, di usung pula dengan tema yang berbeda, untuk pertama kalinya Festamasio di adakan tahun 2001 di Samarinda oleh Teater Yupa Uniuversitas Mulawarman, pada tahun 2003 Teater Kampus Unversitas Hasanuddin makasar, tahun 2005 digelar di Yogyakarta dengan tuan rumah Teater Gadjah Mada.
Kemudian bergulir keibukota dengan tuan rumah Teater Syahid Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Teater Gabi’91 Universitas Sriwijaya Palembang diamanahkan menjadi tuan rumah kelima.
Sesudah itu, Festamasio keenam di jalankan oleh Teater Tiyang Alit Institut Sepuluh November Surabaya, pada tahun 2015 Teater Lakon Universitas Pendidikan Indonesia juga tidak ketinggalan mengambil amanah sebagai tuan rumah dan digelar dikota kembang Bandung. kemudian pada tahun 2017 Festamasio di gelar di daerah Indonesia bagian tengah dengan tuan rumah UKM Seni Universitas Negeri Makasar.
Festamasio 9 Medan
Dan kemudian untuk pertama kalinya Festamasio diambil dan digelar di Sumatera Utara tepatnya kota Medan dengan kepanitiaan UKM Teater sisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Kota Medan sebagai kota multikultural kondisi masyarakatnya sangat plural baik dari aspek suku, ras, agama serta status sosial. Realitas ini memberikan sebuah perkembangan dalam dinamika masyarakat itu sendiri, serta keberagaman yang ada merupakan tubuh yang sekarang menjadi sebuah pilihan yang harus dan terus di bongkar, sehingga akan melahirkan sebuah proses penelitian yang menarik kemudian diangkat menjadi karya.
Ketua Panitia Aminullah dalam paparannya menjelaskan, berdasarkan tema yang diusung, yakni “Teater Multikultur Sinergi Berbudaya” Festamasio kali ini menginginkan beragam kemasan pertunjukan yang akan di tampilkan berdasarkan perbedaan yang berawal dari tubuh, lalu lahir kata-kata dan akhirnya juga akan berakhir pada tubuh sendiri.
“Sementara tubuh adalah sumber dari keberagaman yang yang tercipta dan jika seluruh masyarakat paham akan perbedaan yang ada maka tidak akan ada kesalah pahaman yang terjadi diantara perbedaan yang ada,” ujarnya.
Festamasio 9 Medan dilaksanakan di gedung utama Taman Budaya Sumatera Utara dimulai pada 16-23 November 2019 yang diikuti oleh 12 peserta. Setiap kontingen delegasi telah memalui proses kurasi oleh dewan juri yang telah ditentukan panitia, diantaranya Iman Soleh (seorang pengajar,seniman dan budayawan asal Bandung), Haris Priadi B,ah dari Jakarta dan Yondik Tanto (seniman dan teaterawan lokal Sumatera Utara).
Setelah menempuh dari daerahnya masing-masing dengan melaui berbagai jalur transportasi sampailah kontingen terjauh yang berasal dari bagian tengah Indonesia yaitu Teater Yupa UNMUL Samarinda.
Teater Yupa UNMUL Samarinda menampilkan pertunjukan PRISHA, Teater Titik Dua Universitas Negeri Makasar dengan pertunjukan Rakang, Teater Kampus Universitas Hasanuddin Makasar dengan pertunjukan Orang-Orang Pendek, Teater Gadjah Mada Yogyakarta dengan Lajur Sangka,Teater Gabi’91 Universitas Srwijaya Palembang dengan Opname, Teater Syahid UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul pertunjukan Kamu Dengan Perasaanku Yang Aduh, GSSTF Universitas Padjajaran Bandung dengan judul pertunjukan Pasung, Teater GBB Banten dengan judul Pertunjukan Dulu dan Kini Karangantu,Teater Kafe Ide Banten dengan judul pertunjukan Resiprokal Teater Tyang Alit Surabaya dengan judul pertunjukan Normal, Teater Institut Surabaya dengan judul Aku Ingin Jadi Walikota, Teater Batra Universitas Negeri Riau dengan Tongkat Batak dan satu perwakilan delegasi dari Studio Merah PKM Fakultas Hukum Universitas Andalas Sumatera Barat.
Lebih lanjut Aminullah menjelaskan, pada dasarnya tamu adalah raja. Itulah yang menjadi pertimbangan panitia dalam menjamu para peserta meskipun dengan keterbatasan, tapi tetap maksimal dalam menyambut teman-teman dari luar daerah.
“Dan jika bercerita tentang kendala-kendala yang terjadi dilapangan pasti sangat banyak terjadi, misalkan sarana prasarana yang secara khusus menjadi permasalahan yang dialami panitia, mulai dari kurang mendukungnya gedung pertunjukan dan penginapan peserta tapi dengan kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak kita dapat mengupayakan Festamasion 9 Medan berlangsung secara tertib,aman dan lancar “sambung Amik, sapaan ketua pelaksana.
Acara di mulai tanggal 16 November dengan rangkaian kegiatan pembukaan secara resmi oleh Dr.H.Mhd Arifin Gultom,SH,MHum selaku WR I Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) di gedung Auditorium UMSU, Jalan Kapten Mukhtar Basri, Medan.
Dalam sambutannya Arifin mengatakan, tidak terasa ternyata sudah 20 tahun Teater Sisi Umsu berdiri yang digagas Oleh Budi Ardya Utama, Jauhar Abdillah, dan Muhayat.
Menurut Arifin, kedepan harus ditambahkan lagi pengembangannya, karena Teater Sisi merupakan salah satu pioneer lahirnya Unit Kegiatan Teater di kampus-kampus Muhammadiyah di Indonesia.
“Kami selaku pihak rektorat tetap mendukung upaya pelestarian seni dan budaya khususnya dikampus UMSU,” ujar Arifin dalam acara pembukaan yang ditandai dengan pemukulan PakPong.
Kemudian acara dilanjutkan dengan karnaval budaya, wokshop keaktoran, workshop penulisan lakon dan workshop penyutradaraan serta kompetisi hunting foto panggung, panggung apresiasi dan stand bazar UMKM.
Malam Penganugerahan
Malam penganugrahan adalah acara penutupan pada FESTAMASIO 9 Medan dengan agenda pengumuman nominasi-nominasi hasil dari pertunjukan yang ditampilkan peserta selama kegiatan berlangsung.
Ada beberapa nominasi yang di perebutkan. Di sela-sela kompetisi berlangsung Haris Priadi B.ah selaku dewan juri sempat menyampaikan tanggapanya terhadap keberlangsungan Festamasio 9 Medan. Menurutnya, di tengah-tengah berlangsung nya festamasio opini kita juga tengah tergiring pada kematian babi-babi dan seorang driver online yang meledakkan diri yang jaraknya kurang dari 2 km dari acara ini berlangsung. Karena itu, kata Haris, seharusnya peristiwa Festamasio juga dapat juga di maknai masyarakat sebagai peristiwa yang menjadi perhatian masyarakat Medan, terkhususnya masyarakat penggiat seni pertunjukan teater dan kesenian,
“Karena ada semacam indikasi bahwa ruang silaturahmi dan kreatifitas pekerja seni kampus belum mati dan tetap kreatif dengan keterbatasan waktu antara waktu kuliah dan berkesenian, terlalu banyak yang dikorbankan ruang waktu,tenaga dan perhatian yang tidak sedikit,” imbuhnya.
Lain lagi dengan salah satu juri yang di datangkan dari bandung yaitu Iman Soleh iya. Ia memberi pesan mengingatkan panitia agar jangan lupa kembali kepada kebiasaan yang sebelumnya.
“Karena sangat banyak terjadi kepada penggiat seni yang terbawa-bawa pada perannya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, ketua panitia tetap menganggap iya ketua yang punya tahta atas anggotanya meskipun acara telah selesai dilaksanakan, tak jarang juga kita lupa jalan kembali,” tandasnya.
Kemeriahaan malam penganugerahan dihibur dengan berbagai pertunjukan budaya lokal seperti pertunjukan tari 8 etnik, musik tradisi 8 etnik dan pertunjukan ronggeng melayu.
Kemudian dilanjutkan pengumuman nominasi pemenang. Tiga penyaji terbaik: GSSTF Universitas Padjajaran Bandung,Teater Yupa Samarinda,Teater GBB Banten, Naskah terbaik: GSSTF Universitas Padjajaran Bandung.
Sedangkan Sutradara terbaik diraih Teater Yupa Samarinda. Aktor terbaik direbut Hendra Setiawan dari Teater Yupa Samarinda. Aktris terbaik Reni Amalia dari GSSTF Universitas Padjajaran Bandung. Aktor pembantu terbaik: Peran Bapak dari Teater Tyang Alit Surabaya. Penata lampu terbaik: Teater Titik Dua Makassar. Penata musik terbaik: Teater GBB Banten, Penata rias terbaik: Teater GBB Banten. Dan Penata artistik terbaik: Teater Yupa Samarinda.
Dalam kesempatan itu juga, perwakilan dewan juri Yondik Tanto mengatakan, bahwa dunia itu sudah lebar, dimana orang dapat membaca dunia dari smartphone yang ada dalam genggaman dan berbagai media yang mendukungnya. Namun meskipun demikian, kata Yondik, dunia tidak boleh semakin kecil jika kita duduk dalam lingkaran kemudian terlalu asik sendiri selanjutnya berkomunikasi dianggap cukup memalui smartphone. Artinya kemajuan teknologi jangan menjadikan silaturahmi hanya di tebus lewat media, silaturahmi harus tetap dipertemukan dan dituntaskan secara tunai.
“Selamat kepada peraih nominasi sejatinya tubuh adalah sumber perbedaan dan perbedaan tidak akan melahirkan pertikaian jika kita menyadari begitu indahnya perbedaan yang kita sebut multikultural,” tambah yondik tanto.
Kemudian Ketua UKM Teater Sisi UMSU Dina Safira mengatakan, pihaknya sangat berterimakasih kepada seluruh sponshorship,media partner, rekan rekan pekerja seni, baik internal dan eksternal.
“Terlebihnya rekan-rekan yang jauh dari daerah masing-masing yang memberikan bantuan baik secara materil dan moril. Dan secara khusus pihak rektorat Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang masih memberikan dukungan penuh kepada Teater Sisi dan sdelamat kepada panitia pelaksana Festamasio 10 di Banten,” sebutnya. (*)