TAJDID.ID-Padang Panjang || Hidup merupakan sebuah pilihan. Begitu juga halnya cita-cita, semua orang bebas untuk bercita-cita apapun. Akan tetapi, sebuah cita-cita akan tercapai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Hidup tanpa cita-cita bagaikan kapal berlayar tanpa tujuan.
Maulana Ainul Yaqin, nama anak muda yang lahir di Sinatang, Semeleu, Aceh, pada 5 September 2001 lalu. Anak bungsu dari 6 bersaudara tersebut, dititipkan orang tuanya semenjak dua tahun lalu. artinya, sekarang Maulana sudah menduduki kelas 3 SMA di Kauman Muhammadiyah Padangpanjang.
Awal mula dititipkan orang tuanya, kepada kepala sekolah ayahnya berpesan agar anaknya dijadikan layaknya anak kandung.
“Umi Der, aku titipkan Maulana, didiklah Maulana layaknya anak kandung umi sendiri,” kisah Derliana ketika mengigat kembali kalimat yang terlontar dari sosok almarhum ayahnya.
Derliana, Kepala sekolah yang kerap dipanggil umi Der itu, menjaga baik amanah ayah Maulana.
“Kami di Kauman mencarikan donatur untuk Maulana, di Jakarta oleh Alumni. Sampai sekarang Umi tidak tau siapa donaturnya, tapi selalu dikirimkan tiap bulan,” kata Kepsek MA KMM tersebut.
Tak terasa, sebentar saja rasanya amanah itu baru dititipkan. Tepat ketika Maulana menduduki kelas 2 MA, Sang ayah dipanggil menghadap kuasa Tuhan. Berjarak tak begitu lama, Nursidah sang ibu juga berpulang ke Rahmatullah.
Beruntun sekaligus cobaan menimpa Maulana. ibarat kata, tempat bersandar hidup telah hilang. Tempat bercerita semua keluh kesahnya juga telah tiada. Sedih memang, namun semua tak berarti akan membuat Maulana surut untuk mengejar cita-citanya.
Dibuktikannya, dengan menghafal 30 juz isi Al-quran, memenangkan berbagai ajang lomba tahfidz tingkat madrasah, kota, bahkan tingkat provinsi.
“Dia anak yang santun, berprestasi, suaranya juga merdu, tak jarang jika Maulana ngaji di madrasah, kami para guru berlinang airmata. Makanya dia sempat diminta menjadi garim masjid,” tutur umi Derliana.
Berkat suara bagusnya, Maulana diminta menjadi garim di Masjid Nur Illahi, Pincuran Tinggi, Kabupaten Tanah Datar. Sejak kelas XI lalu, anak yatim itu berstatus sebagai garim masjid. Tak jarang, bantuan dari masyarakat sekitar banyak berdatangan, juga dari donatur di Jakarta lancar setiap bulannya.
Rupanya, diam-diam Maulana menyampaikan niatnya kepada umi Derliana. Bermodalkan hapalan Alquran dan segudang prestasi yang ia miliki, tekadnya sudah bulat untuk kuliah di Universitas Al Azhar Khairo, Mesir.
“Saya ingin kuliah ke Mesir, kelak dengan gelar dan ijazah yang saya terima, semoga amanah ayah dan ibu dahulu sudah saya tunaikan,” kata anak yatim piatu tersebut.
Niat dan kemampuannya sebagai hafidz Alquran dirasa sudah lengkap untuk modal ke jazirah Arab sana. Hanya saja uang yang diberikan donatur kepadanya, ditabungkan oleh pihak sekolah guna persiapan ia berangkat ke Mesir kelak.
“Kami simpan di tabungan khusus milik Maulana, baru 13 juta sampai saat sekarang ini, semuanya untuk Maulana berangkat ke Mesir,” tutup Kepala Sekolah yang pernah meraih status terbaik Nasional itu.
Semoga Maulana berhasil untuk kuliah ke Mesir nantinya. Segenap pihak sekolah berharap para donatur bersedia mendukung Maulana secara materi maupun immateri.
Karena di luar sana, di seluruh pelosok penjuru negri ini, masih banyak yang benasib sama seperti Maulana, namun luput dari perhatian kita. (*)
Liputan: Luzian Pratama