• Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan
Senin, Juni 16, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
        • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Cerita Haedar Nashir tentang Sosok Kahar Muzakkir

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2019/10/25
in Muhammadiyah, Tokoh Nasional
0
Cerita Haedar Nashir tentang Sosok Kahar Muzakkir

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

TAJDID.ID-Bantul || Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, tidak banyak orang yang banyak mengenal sosok Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir, lebih-lebih generasi milenial, mungkin yang tahu hanya generasi kolonial saja.

Haedar mengungkapkan hal itu  pada Seminar Kemuhammadiyahan dan Kebangsaan ‘Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir, Ulama dan Pejuang Muslim’ bertempat di Ampitheater Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (23/10).

Abdul Kahar Muzakkir.

Menurut Haedar, ada dua sisi yang kita pelajari dari beliau (Kahar Muzakkir-red), dalam usia muda, secara relawan sudah menjadi diplomat Indonesia di luar negeri, ketika Indonesia sedang berjuang untuk kemerdekaan pada tahun 1930-an.

Pada usia masih muda, setelah bermukim di Makkah, kemudian ambil studi di Al-Azhar dan di Darul Ulum Kairo selama 12 tahun di sana. Jadi ini satu sisi dari perjalanan beliau,” kata Haedar.

Yang kedua, lanjut Haedar, dalam konteks Indonesia, Pak Kahar adalah anggota Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), kemudian dia juga masuk di dalam panitia 9 dalam rumusan pembukaan UUD 45 sekaligus Piagam Jakarta.

Menurut Haedar, tiga segmen ini menjadi sangat penting. Pertama pada konsep Internasional, orang selalu mengenal K.H. Agus Salim, Ali Sastro Wijoyo, sebagai diplomat-diplomat ulung Indonesia, dan memang sosok ini sangat menonjol, lagi-lagi K.H Agus Salim menjadi orator yang sangat luar biasa, tetapi orang jarang tau siapa K.H Kahar Muzakir.

Padahal sebelum keduanya berperan, kata Haedar, justru Kahar muda ini pada usia 24 tahun, di Mesir bahkan juga di Palestina Ia pernah tampil untuk menjadi sekretariat dalam forum kongres Internasional, dan juga memperoleh mandat dari Indonesia.

“Saat itu orang studi di timur tengah itu tidak banyak, berarti ketika dia diangkat menjadi sekretaris dalam forum internasional, untuk seorang Indonesia di Jazirah Arab, itu mesti bahasa Arabnya bagus dan juga rektualitasnya juga melampaui. Dan disitulah Ia memperkenalkan Indonesia yang sedang berjuang untuk kemerdekaan, dan itu sangat luar biasa,” kata Haedar.

Lanjut Haedar, sejarah itu terkait dengan kontruksi juga sering tidak bisa semua diangkat dari semua sosok atau aktor pelakunya.

“Kadang sosok-sosok yang menonjol yang lahir dipanggung sejarah, orang-orang yang tidak menonjol itu, tetapi punya kekuatan perang, intelektualitas dan integritas tinggi, mungkin karena pembawaannya yang dingin, dan bersahaja,” sebut Haedar.

Pak Kahar dihadirkan kembali agar Indonesia mengenal beliau yang mempunyai tinta emas dan kepeloporan dalam sejarah pergerakan, perjuangan kemerdekaan di forum internasional, dan saat itu pengakuan internasional sangat diperlukan.

“Bahkan di saat setelah kita merdeka beberapa hari dan beberapa bulan, beliau masih terus menggalang hubungan internasional dari Dunia Arab, itu sungguh luar biasa. Karena itu kita ingin sampaikan sinyal kuat dari kampus UMY untuk Indonesia ada seorang Kahar Muzakir yang berperan besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia di forum internasional untuk pengakuan Indonesia sebagai negara merdeka,” terangnya.

Sementara dalam konteks Sekolah Tinggi Islam, Haedar mengisahkan Pak Kahar sebagai sosok yang berkarakter pemikir Islam, yang ingin menghadirkan intelaktualisme itu dalam bentuk Institusi.

“Orang banyak bergeruk dan berpikir dalam dunia pemikiran lebih pada pergumulan-pergumulan yang sifatnya akademik, dan dalam sejarah, baik sejarah Islam dan sejarah barat itu lahir embrio-embrio komunitas-komunitas pemikir ini,” kata Haedar.

Di Indonesia lahirnya Perguruan tinggi itu sejak Muhamamdiyah lahir tahun 1912.

“Yang saat itu sidang tahunan pertama telah ada keputusan Muhammadiyah ingin melahirkan Universitas yang megah, saat itu ketika gagasan itu muncul ditertawain orang karna itu sesuatu yang terlalu ambisius. Boleh jadi benih itu muncul pada Abdul Kahar yang juga anak Kota Gede dan anak Muhammadiyah yang kemudian bersenyawa dengan tokoh-tokoh lain termasuk Bung Hatta. Ini menjadi satu jejak sejarah yang penting sehingga UII itu bukan hanya milik tertentu tetapi milik bangsa Indonesia dan juga umat Islam yang perintisnya adalah seorang Kahar Muzakir dan menjadi Rektor yang pertama sejak tahun 45 sampai tahun 63,” kisah Haedar.

Haedar tegas mengatakan bahwa jejak ini adalah bentuk kemajuan lahirnya institusi, dalam konteks Muhammadiyah ini adalah bentuk pranata modern.

“Muhammadiyah ini melopori banyak hal yang disebut sebagai pembaharuan karena ingin mewujudkan gagasan-gagasan pembaruan itu pada institusi yang modern. Tapi baru Muhamamdiyah melahirkan Perguruan Tinggi pada tahun 56 di Padang Panjang, di Jakarta, ini menjadi embrio yang melahirkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang sekarang jumlahnya 166,” jelas Haedar. (Syifa).


Sumber: muhammadiyah.or.id

Tags: Abdul Kahar MuzakkirBerita MuhammadiyahHaedar NashirMuhammadiyah
Previous Post

Jawab Tantangan Era Industri 4.0, UMSU dan Polda Sumut Gelar Pelatihan Jurnalistik Digital

Next Post

Muhammadiyah Wacanakan Buka Rumah Sakit Nuklir di Masa Depan

Related Posts

Prof Irwan Akib: Ruh Keikhlasan Jadi Dasar Muhammadiyah Jalankan Amal Usaha

Prof Irwan Akib: Ruh Keikhlasan Jadi Dasar Muhammadiyah Jalankan Amal Usaha

16 Juni 2025
105
Gaungkan Ketahanan Iklim Dimulai dari Desa, Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Luncurkan Program “Karang Tangguh” di NTB

Gaungkan Ketahanan Iklim Dimulai dari Desa, Muhammadiyah & ‘Aisyiyah Luncurkan Program “Karang Tangguh” di NTB

11 Juni 2025
105
Haedar Nasir Tanggapi Putusan MK Soal SD Swasta Gratis

Haedar Nasir Tanggapi Putusan MK Soal SD Swasta Gratis

4 Juni 2025
121
Fordek FH PTMA Dukung Otokritik dan Usulan Busyro Muqaddas

Fordek FH PTMA Dukung Otokritik dan Usulan Busyro Muqaddas

24 Mei 2025
129
Busyro Muqoddas Ungkap 3 Sektor Kelemahan Muhammadiyah: Harus Segera Direspon dengan Langkah Konkrit

Busyro Muqoddas Ungkap 3 Sektor Kelemahan Muhammadiyah: Harus Segera Direspon dengan Langkah Konkrit

23 Mei 2025
165
Ketum PP Muhammadiyah: Jadikan Ajaran Islam Motor untuk Majukan Negara Serumpun

Ketum PP Muhammadiyah: Jadikan Ajaran Islam Motor untuk Majukan Negara Serumpun

7 Mei 2025
116
Next Post

Muhammadiyah Wacanakan Buka Rumah Sakit Nuklir di Masa Depan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In