Oleh: Jufri
Ketua PD Muhammadiyah Kota Tebing Tinggi
Presiden Prabowo kabarnya sudah mengetahui penyebab bencana di Sumatera, dan seharusnya sudah tahu sejak lama—bukan hanya di Sumatera, tetapi juga di wilayah lainnya. Beliau juga memiliki lahan, pernah menjadi Ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), dan dikenal sebagai sosok yang peduli kepada petani serta nasib rakyat. Pengetahuan seorang presiden tentu berbeda dengan pengetahuan rakyat biasa.
Pengetahuan seorang presiden adalah pengetahuan yang mampu mengubah sesuatu. Kepala negara memiliki perangkat, data, dan kajian dari berbagai sumber terpercaya. Syaratnya hanya satu: berani dan mau bertindak. Jika berani dan mau, maka banyak hal yang diketahui buruknya dapat diubah menjadi lebih baik. Pak Prabowo tidak perlu masuk gorong-gorong atau ikut mengangkat jenazah; hal-hal seperti itu adalah tugas para petugas lapangan. Tugas presiden adalah membuat kebijakan dan mengambil keputusan, bukan mengangkat barang secara manual seperti presiden sebelumnya. Pak Prabowo diyakini berpikir dan bertindak lebih strategis serta cerdas, karena beliau tidak membutuhkan pencitraan semacam itu.
Karena beliau sudah mengetahui akar persoalan, dan tongkat komando negara kini berada di tangannya, tentu kita menantikan langkah konkret beliau untuk mengatasi dampak bencana dan menindak para pembalak hutan di seluruh Indonesia.
Kita juga tak boleh lupa bahwa hutan yang rusak tidak hanya di Sumatera, atau di tiga provinsi yang baru tertimpa bencana, melainkan di banyak tempat lain di Indonesia. Presiden pasti mengetahui hal ini, karena kini sangat mudah mendapatkan informasi tentang berbagai aspek termasuk kondisi hutan. Pak Prabowo juga pasti memahami bahwa bencana tidak semata-mata disebabkan curah hujan, tetapi juga oleh kejahatan ekologi dan penyalahgunaan kewenangan yang mungkin saja disertai “buah tangan”. Harus ada tindakan dan hukuman setimpal bagi para pelakunya, termasuk pejabat negara dan oknum penegak hukum. Jika tidak, hutan kita akan semakin luluh lantak. Menunggu mereka bertobat atau menggunakan hati nurani rasanya sulit, karena tidak semua orang memiliki kelapangan hati seperti Pak Prabowo.
Banyak orang berharap Presiden Prabowo—sang pejuang—akan membenahi banyak hal agar Indonesia menjadi lebih baik di masa depan. Beliau telah lama menunggu kesempatan untuk menentukan arah negeri ini. Sebagai presiden yang memegang mandat eksekutif, Prabowo kini menjadi tumpuan harapan seluruh rakyat Indonesia. Walaupun beliau pernah menyampaikan rencana memperluas perkebunan sawit, Prabowo bukan sosok yang egois atau tidak mau mengubah pandangannya, apalagi jika hal itu berkaitan dengan nasib rakyat dan keberlanjutan masa depan bangsa.
Presiden Prabowo diharapkan segera memanggil menteri terkait untuk meninjau kembali izin konsesi lahan. Disinyalir, bukan hanya izin ilegal yang bermasalah, tetapi juga izin legal yang sering kali terkontaminasi praktik kongkalikong sebagaimana lazim terjadi di negeri ini. Karena itu, pernyataan Presiden Prabowo harus dimaknai sebagai tekad untuk mencabut izin pertambangan dan perambahan hutan yang bermasalah, serta menghukum para pelanggar terkait pertambangan maupun penebangan hutan ilegal.
Presiden Prabowo juga perlu segera mengevaluasi orang-orang di sekelilingnya yang terlibat dalam penambangan dan perambahan hutan. Beliau harus mampu meminimalkan Paradoks Indonesia yang paling beliau pahami dibanding siapa pun, karena kini beliau-lah tumpuan harapan negeri ini. Dalam bahasa agama, beliaulah “khalifah” yang diberi amanah untuk menata dan membangun Indonesia yang lebih baik dan bermartabat, lahir dan batin.
Pemimpin suatu kaum adalah harapan tertinggi setelah berharap kepada Tuhan. Sehat-sehatlah, tetap semangat, dan panjang umur, Pak Presiden. Rakyat menunggu bakti dan bukti darimu. (*)
Silaturahmi, Kolaborasi, Sinergi, Harmoni.







