• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Rabu, Desember 3, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Ketika Mantra Pejabat Tak Cukup Sakti Jinakkan Ular Antrian Panjang di SPBU

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2025/12/03
in Daerah, Nasional, Opini, Tilikan
0
Ketika Mantra Pejabat Tak Cukup Sakti Jinakkan Ular Antrian Panjang di SPBU

Foto ilustratif antrian BBM di SPBU. (by AI)

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

Oleh M. Risfan Sihaloho

 

“Jangan panik, stok mencukupi!”

 

Begitulah mantra himbauan yang keluar dari bibir pejabat dengan nada seolah-olah rakyat ini sekumpulan anak TK yang mudah ditenangkan dengan permen ucapan.

Sayangnya, rakyat bukan balita. Dan antrian BBM yang mengular di hampir seluruh SPBU di tiga provinsi terdampak banjir bukan pula mainan ular-ularan. Sudah hampir seminggu fenomena panic buying berlangsung dan belum ada tanda-tanda akan berhenti.

Mantra pejabat tak cukup sakti. Sepertinya tidak satu pun rakyat yang berhasil tersihir. Atau mungkin manusianya saja yang bukan pandai “bersilat lidah”, tapi sebenarnya sekedar pandai “nyari aman”.

Tapi hebat juga kemampuan pejabat kita. BBM di lapangan habis, tapi stok di keterangan pers selalu tersedia.
Apa mungkin rakyat antre di SPBU yang salah? Atau mungkin BBM itu wujudnya gas astral, hanya bisa dirasakan pemerintah, tak bisa disentuh masyarakat?

Sebenarnya yang jadi masalah bukan stok BBM—katanya stok aman, cukup sampai berhari-hari. Kalau benar begitu, mengapa masyarakat sampai berkelahi di SPBU hanya untuk setetes bensin? Ini bukan soal stok, ini soal “distribusi”.

Dan lucunya lagi, kalau soal distribusi fee proyek, mereka amat sangat cekatan. Nggak ada cerita bahan telat, semuanya cair tepat waktu seperti debit air banjir. Tapi soal distribusi BBM ketika rakyat sedang kesusahan? Tiba-tiba mereka lupa cara bekerja. Tiba-tiba jadi amatir. Seakan-akan logistik hanya bisa berjalan kalau ada tender dan kick-back. Selebihnya? Langsung pasang pengumuman: “Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.”

 

Ketika Kemanusiaan Tenggelam, Bisnis Mengapung

Dan yang lebih miris lagi, di tengah banjir muncul “wirausahawan dadakan”, oknum masyarakat yang insting dagangnya melonjak seperti harga Pertalit dalam botol eceran di pinggir jalan. Dengan penuh keahlian, mereka ikut antri berkali-kali untuk membeli BBM, lalu menjualnya secara eceran dengan harga naik tiga sampai lima kali lipat. Modal empati nol rupiah, margin keuntungan setinggi langit.

Sungguh miris. Di satu sisi, rakyat antre di SPBU sampai gelap. Di sisi lain, muncul pelaku ekonomi kreatif: penimbun berbasis bencana. Inovasinya luar biasa — dua jam antre, lima menit jual. Harganya? Naik seperti inflasi moral pejabat.

Hebat betul. Anehnya, para oknum ini bergerak jauh lebih cepat daripada bantuan pemerintah. Dan orang bisa bertanya: kok bisa? Kok ada ruang untuk itu?

Jawabannya sederhana: pemerintah lambat, pengawasan longgar, rakyat panik dan momen ideal untuk oportunis masuk.

Di titik ini, bencana bukan lagi sekadar banjir. Tetapi juga cermin betapa tipisnya selimut moral sosial—bahkan sebelum kering, sudah disobek jadi peluang. Ketika air naik, harga naik. Dan yang tenggelam justru kemanusiaan.

***

Kalau mau jujur, penyebabnya bukan sekadar bencana alam. Ini bencana sistemik yang disebabkan:

Pertama, koordinasi pemerintah berantakan. Semua jago konferensi pers, payah di lapangan.

Kedua, rantai distribusi kaku. Ketika situasi dinamis, sistem tetap birokratis.

Ketiga, data dan kewaspadaan rendah. Sudah tahu curah hujan ekstrem, tapi tetap santuy sampai pompa-pompa mati.

Keempat, pengawasan minim. Oportunis liar berkembang biak seperti bakteri di air keruh.

Kelima, komunikasi publik buruk. Menyuruh rakyat “jangan panik” sembari tak ada solusi konkret. Ya sama saja menyuruh “jangan lapar” tanpa memberi makan.

 

Apa Solusinya?

Solusinya bukan menambah suara himbauan. Mulut pejabat bukan truk tangki. Yang dibutuhkan rakyat:

  • Distribusi BBM berbasis prioritas dan operasi darurat.
  • Mobilisasi tanker portable, suplai ke daerah terisolasi, bukan hanya ke SPBU besar.
    Pelibatan TNI–Polri untuk stabilisasi pasokan.
  • Rawat rakyat dulu, bukan pidato dulu.
  • Sanksi super cepat untuk penimbun dan scalper.
  • Kalau memungkinkan dirikan SPBU darurat / SPBU mobile di titik pengungsian dan pusat ekonomi. Argumentasinya, ekonomi mikro bisa collapse kalau mobilitas mati.
  • Komunikasi publik berbasis data, bukan mantra. Bukan pernyataan normatif “stok aman”, tapi: “Berapa, di mana, kapan tiba, rutenya apa.”
  • Dan yang paling penting: Pemerintah harus bekerja lebih cepat daripada kepanikan rakyat — bukan sebaliknya.

 

Penutup

Selama negara masih lebih jago mengatur tender daripada mengatur distribusi bantuan.  Selama konferensi pers lebih gesit daripada mobil tangki. Dan selama suara pejabat lebih cepat sampai daripada BBM… maka panic buying akan terus terjadi. Karena rakyat hanya panik ketika negara gagap dan gagal hadir.

Dan ketika rakyat harus menyelamatkan diri sendiri, pejabat seharusnya berhenti menyuruh mereka “jangan panik.”. Sebab bukan rakyat yang bikin masalah. Justru yang bikin rakyat panik adalah pemerintah yang tak becus bekerja. (*)

Tags: BanjirBBM LangkaTulisan M. Risfan Sihaloho
Previous Post

HMI Medan Sindir Viral Evakuasi di Kompleks Elite: "Banjir Sama, Prioritas Pejabat Berbeda Kelas”

Next Post

Temanku

Related Posts

Ketika Sumber Daya jadi Sumber Bencana

Ketika Sumber Daya jadi Sumber Bencana

28 November 2025
130
Banjir Kembali Rendam Medan: Dari “Kota Tanpa Genangan” Era Kolonial Menjadi “Kota Bergenang” di Masa Modern

Banjir Kembali Rendam Medan: Dari “Kota Tanpa Genangan” Era Kolonial Menjadi “Kota Bergenang” di Masa Modern

28 November 2025
131
Ukurannya Sudah Pas

Ukurannya Sudah Pas

28 November 2025
113
Muhammadiyah Sumatera Utara Bentuk Pos Koordinasi Bencana

Muhammadiyah Sumatera Utara Bentuk Pos Koordinasi Bencana

28 November 2025
133
Jalan Tanpa Ujung Para Pencari Kebenaran dan Keadilan

Jalan Tanpa Ujung Para Pencari Kebenaran dan Keadilan

24 November 2025
142
Kaum Abu-abu

Kaum Abu-abu

19 November 2025
142
Next Post
Temanku

Temanku

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In