TAJDID.ID~Medan || Lebih dari enam bulan duet Wali Kota Medan, Rico Waas dan Wakil Wali Kota Zakiyudiddin Harahap, menakhodai pemerintahan Kota Medan. Hadir dengan jargon perubahan, keduanya sempat menebar janji kesejahteraan keluarga, penataan wajah kota, serta pemulihan rasa aman di tengah masyarakat. Namun, realitas di lapangan dinilai masih jauh dari harapan.
Founder Ethics of Care, Farid Wajdi, menilai kepemimpinan Rico-Zakiyudiddin masih terjebak dalam lingkaran masalah klasik. Menurutnya, publik wajar mempertanyakan sejauh mana janji perubahan itu benar-benar diwujudkan.
“Medan hingga kini masih berkutat pada problem lama: kesejahteraan keluarga yang tak kunjung meningkat, wajah kota yang kusam, dan keamanan sosial yang rapuh. Rakyat berhak menagih janji-janji yang pernah diucapkan pemimpinnya,” ujar Farid kepada wartawan, Ahad (25/8).
Di bidang ekonomi keluarga, Farid menyoroti masih tingginya harga kebutuhan pokok serta sulitnya akses pekerjaan layak. UMKM yang digadang menjadi tulang punggung perekonomian rakyat, kata dia, justru terseok karena minim dukungan pembiayaan dan pasar. “Program pemberdayaan ibu rumah tangga misalnya, masih sebatas pelatihan seremonial. Tidak ada keberlanjutan yang bisa mengubah dapur-dapur rakyat miskin menjadi lebih bergairah,” ungkap Anggota Komisi Yudisial RI 2015-2020 ini.
Penataan kota pun menjadi sorotan. Jalan rusak, trotoar terbengkalai, dan tumpukan sampah di berbagai sudut kota disebut mencoreng wajah Medan yang semestinya bergerak menuju metropolitan modern. “Yang terjadi hanya proyek mangkrak warisan rezim sebelumnya. Pemerintah baru belum menunjukkan keberanian menuntaskan atau setidaknya memberi kepastian,” tambah Farid.
Soal keamanan, ia menilai pemerintah kota gagal menyentuh akar persoalan. “Begal, narkoba, hingga tawuran antarwarga masih menghantui kehidupan masyarakat. Ini tidak bisa diatasi hanya dengan kehadiran aparat. Butuh kebijakan yang menyentuh akar masalah: pengangguran, kesenjangan sosial, dan minimnya ruang bagi anak muda untuk berpartisipasi,” jelasnya.
Meski demikian, Farid mengakui beberapa inisiatif perbaikan drainase dan penataan transportasi publik mulai dijalankan, meski hasilnya belum signifikan. “Upaya itu patut diapresiasi. Tapi publik tentu ingin lebih dari sekadar tambal sulam. Medan butuh terobosan, bukan hanya mengulang pola lama,” tegasnya.
Menurutnya, tahun pertama kepemimpinan Rico-Zakiyudiddin menjadi cermin. “Dan cermin itu saat ini masih memantulkan wajah kusam, penuh noda janji yang belum terpenuhi. Kalau arah kebijakan tidak segera dikoreksi, lima tahun ke depan hanya akan menjadi catatan kelam dalam sejarah kota,” tutup Farid. (*)