• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Minggu, Juli 27, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Sosiolog: Pertanian Indonesia Mati Karena Obsesi Istilah yang Tak Jelas

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2025/07/24
in Uncategorized
0
Sosiolog: Pertanian Indonesia Mati Karena Obsesi Istilah yang Tak Jelas
Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

 

Dosen FISIP UMSU kritik wacana “Petani Milenial” hingga “ Smart Farming Era 5.0” sebagai bentuk pembiusan ideologis dan ungkap ketakberdayaan Negara wujudkan swasembada pangan

TAJDID.ID~Medan || Retorika pembangunan pertanian di Indonesia semakin jauh dari kenyataan yang dihadapi petani di lapangan. Istilah-istilah seperti petani milenial, era Smart Farming 5.0, teknologi tepat guna, dan kearifan lokal justru dianggap sebagai bentuk obsesi semu yang menutupi kegagalan negara dalam mewujudkan swasembada dan kedaulatan pangan.

Hal itu disampaikan oleh Shohibul Anshor Siregar, dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), dalam wawancara khusus dengan tajdid.id, Kamis (24/7).

“Di balik istilah-istilah futuristik yang digunakan dalam wacana pertanian, kita menyaksikan paradoks yang menyakitkan: petani tak beroleh lahan, pupuk menjadi arena kebanditan, dan negara tak berdaya mengamankan kedaulatan pangannya sendiri,” ujar Siregar dengan nada prihatin.

 

Bahasa Bombastis, Realitas Tragis

Menurut Siregar, istilah “petani milenial” bukanlah solusi, melainkan bentuk interpelasi ideologis terhadap generasi muda agar ikut masuk ke dalam sistem pertanian yang rapuh dan timpang. “Mereka dijadikan objek dari wacana transformasi, bukan subjek perjuangan agraria. Padahal tanpa akses tanah, mereka hanya menjadi buruh tani digital,” jelasnya, mengacu pada teori Louis Althusser mengenai ideologi dan aparatus negara.

Ia menyebut, “Smart Farming Era 5.0” dalam konteks pertanian Indonesia hanya menjadi hiasan proyek-proyek teknologi yang tak menjawab problem struktural. “Apa gunanya drone pemantau kelembaban jika lahan milik sendiri pun tak ada? Ini seperti menjual mimpi di atas tanah yang tak dimiliki,” tegasnya.

Ketidakberdayaan Negara: Swasembada atau Sekadar Mimpi?

Lebih jauh, Siregar menekankan bahwa kegagalan mewujudkan swasembada pangan bukan semata karena inefisiensi teknis, melainkan karena kegagalan politik dan struktural.

“Swasembada pangan adalah soal kedaulatan, bukan sekadar soal produksi. Negara gagal menciptakan sistem pangan yang membebaskan petani dari ketergantungan dan penindasan,” ujarnya.

Salah satu bukti paling telanjang, menurut Siregar, adalah ketiadaan akses lahan bagi sebagian besar petani kecil. Reforma agraria yang seharusnya menjadi agenda pokok justru digantikan oleh program sertifikasi tanah yang tidak menyentuh ketimpangan penguasaan.

“Petani hari ini tidak lebih dari penyewa di atas tanah yang seharusnya menjadi hak hidupnya. Mereka tidak punya posisi tawar. Dalam situasi ini, bicara tentang swasembada hanyalah pengulangan propaganda,” katanya.

Pupuk dan Kartel Kebanditan

Selain soal tanah, Siregar juga menyoroti persoalan pupuk bersubsidi yang tak kunjung terselesaikan. “Pupuk bukan lagi alat produksi, tetapi ladang pemburuan rente. Ada kartel, ada mafia, ada permainan sistemik yang tidak disentuh oleh hukum. Petani hanya menjadi korban kebijakan yang tak berpihak,” paparnya.

Ia menyebutkan bahwa pupuk bersubsidi sering tidak tersedia di musim tanam, dijual lebih mahal dari harga eceran tertinggi, atau bahkan ‘dipetik’ terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang memiliki koneksi. “Di banyak tempat, distribusi pupuk adalah cerminan bagaimana negara kehilangan kendali atas salah satu komponen paling vital dalam produksi pangan,” katanya.

 

Narasi Kosong dan Hegemoni Wacana

Dalam pandangannya, istilah-istilah seperti “kearifan lokal” pun telah dikooptasi dan direduksi menjadi jargon yang kosong makna. “Kita melihat bagaimana nilai-nilai kearifan agraris hanya menjadi ornamen proyek CSR atau sekadar festival. Ia tak lagi menjadi kekuatan pengetahuan rakyat, melainkan eksotisme yang dijual kepada donor,” tambahnya, dengan merujuk pada analisis diskursus Michel Foucault.

Ia menggarisbawahi bahwa wacana pertanian yang kini mendominasi bukan berasal dari petani, tetapi dari institusi yang mengatur mereka. “Ini bukan wacana pembebasan, tapi penjinakan. Kita butuh bahasa baru, bukan hanya istilah baru,” tegasnya.

Mendesak Agenda Keadilan Agraria dan Kedaulatan Pangan

Menutup pernyataannya, Siregar menegaskan bahwa satu-satunya jalan menyelamatkan pertanian Indonesia adalah kembali kepada prinsip keadilan agraria dan kedaulatan pangan. “Reforma agraria sejati, perlindungan harga hasil tani, kedaulatan atas input produksi, dan kontrol rakyat terhadap tanah adalah prasyarat mutlak,” katanya.

Ia menyerukan agar negara tidak lagi menyembunyikan kegagalan melalui istilah-istilah palsu, dan mulai bicara jujur kepada rakyat.

“Pertanian tak akan hidup hanya dengan wacana dan label futuristik. Ia hanya akan hidup jika negara berpihak pada petani, mengembalikan tanahnya, dan melindungi kedaulatan pangannya dari cengkeraman korporasi dan spekulan.” pungkasnya. (*)

Tags: Pertanian IndonesiaPetani Milenialshohibul anshor siregarSmart Farming 5.0
Previous Post

Bupati Simalungun Dukung Agenda Muktamar 49 Muhammadiyah

Next Post

Komitmen Produksi Halal, Yayasan Matahari Aktifkan Pendamping di 34 Provinsi

Related Posts

Kekeringan dan Krisis Iklim, Akademisi Soroti Minimnya Teknologi dan Kesadaran Spiritual

Kekeringan dan Krisis Iklim, Akademisi Soroti Minimnya Teknologi dan Kesadaran Spiritual

26 Juli 2025
111
Sorotan Tajam atas Amicus Curiae untuk Hasto Kristiyanto: Ketika Kebingungan Moral Menguji Nalar Intelektual

Sorotan Tajam atas Amicus Curiae untuk Hasto Kristiyanto: Ketika Kebingungan Moral Menguji Nalar Intelektual

24 Juli 2025
129
Sosiolog: Tidak Ada Istilah ‘Anak Jalanan’ dalam Negara yang Beradab

Sosiolog: Tidak Ada Istilah ‘Anak Jalanan’ dalam Negara yang Beradab

22 Juli 2025
120
“Bank Syariah Matahari” Milik Muhammadiyah Resmi Peroleh Izin Beroperasi

Bank Syariah Matahari, Komitmen Strategis Muhammadiyah untuk Atasi Masalah Struktural Ekonomi Indonesia

16 Juli 2025
119
Laut Kita, Mutiara yang Terkikis: Refleksi atas Potensi Kelautan Indonesia

Laut Kita, Mutiara yang Terkikis: Refleksi atas Potensi Kelautan Indonesia

13 Juli 2025
108
Shohibul Anshor Siregar: Menggali Narasi Simalungun yang Terkubur oleh Debu Kolonial

Shohibul Anshor Siregar: Menggali Narasi Simalungun yang Terkubur oleh Debu Kolonial

13 Juli 2025
148
Next Post
Komitmen Produksi Halal, Yayasan Matahari Aktifkan Pendamping di 34 Provinsi

Komitmen Produksi Halal, Yayasan Matahari Aktifkan Pendamping di 34 Provinsi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In