TAJDID.ID~Medan || Calon Gubernur Sumatera Utara Nomor Urut 2, Edy Rahmayadi menuturkan dirinya sangat mengagumi sosok KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah. Menurutnya, kelahiran Muhammadiyah adalah sebuah karya besar KH Ahmad Dahlan, sehingga beliau layak disebut sebagai “Tauladan Nasional”.
“Sewaktu saya masih bertugas di Kostrad, saya beroleh data tentang Muhammadiyah yang besar ini. Aset dan kekayaannya diperkirakan paling sedikit mencapai di atas Rp 400 triliun yang terdiri dari tanah, bangunan, dan kendaraan,” ungkap Edy Rahmayadi, Jum’at (8/11/2024)
Edy memaparkan, organisasi Muhammadiyah memiliki lebih dari 21 juta meter persegi tanah dan 214.742.677 meter persegi tanah wakaf. Lebih dari 20 ribu masjid di dalam dan luar negeri.
Muhammadiyah juga juga mempunyai lebih dari 28 ribu lembaga pendidikan, termasuk pesantren dan perguruan tinggi. Selain itu Muhammadiyah juga memiliki lebih 400 rumah sakit dan banyak panti asuhan.
Muhammadiyah juga memiliki jaringan pengurus yang luas, baik di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri, pengurus tingkat ranting menjangkau belasan ribu daerah.
“Saya tidak tahu berapa pertambahan aset itu sekarang. Tetapi Negara amat bangga terhadap Muhammadiyah yang terus menunjukkan tekad dan komitmennya untuk kemajuan bangsa, baik lahir maupun batin,” kata Edy.
Lebih lanjut Edy Rahmayadi mengatakan, karya besar Muhammadiyah adalah hasil ijtihad pemikir bangsa sejak tahun 1912. Menurut sejarah kebangunan Umat Islam dunia, KHA Dahlan berhasil memberi contoh tajdidiyah dalam memperjuangkan bangsa jajahan menuju kemerdekaan.
Sistim dan spektrum kelembagaan Muhammadiyah menunjukkan sebuah cara menantang kolonial dengan menghadirkan fenomena yang dapat disebut sebagai “Perfect State in The Real State”.
“Konsep Perfect State in The Real State mengacu kepada keresahan atas kejumudan bangsa yang meminta kehadiran peran Negara. Muhammadiyahlah salah satu bentuk Negara dan pemerintahan di Indonesia pada masa penjajahan waktu itu,” kata Edy.
“Bahkan sejarah mencatat, Presiden Soekarno meminta agar jika meninggal jenazahnya diselimuti bendera Muhammadiyah. Pada Muktamar Aceh, Soeharto mengaku sebagai anak didik Muhammadiyah. TNI memiliki seorang jenderal besar yang tauladan. Panglima Soedirman adalah anak didik Muhammadiyah yang lama menjadi guru,” ujar Edy.
Muhammadiyah Tauladan Demokrasi
Edy Rahmayadi juga mengutip pandangan Prof Mitsuo Nakamura, seorang cendekiawan dunia dari Ciba University yang meneliti Muhammadiyah selama 40 tahun dan dikenal banyak paham tentang organisasi ini.
Prof Nakamura menyebut Muhammadiyah tauladan demokrasi, dimana sepanjang sejarah kiprahnya selalu mempromosikan penghargaan tinggi atas aspirasi warga.
Muhammadiyah juga memiliki cara terdepan dalam gerakan pemberdayaan sosial dengan kemampuannya mengarusutamakan kekuataan akar-rumput (grassroot)
Selain itu, Muhammadiyah juga sangat mampu menyaring dan menapis tren-tren globalisasi yang destruktif atas keluhuran nilai dan kemanusiaan.
“Yang lebih menakjubkan lagi, Muhammadiyah terbukti tidak tergoda kekuasaan, meski sangat mahir mempengaruhi kekuasaan,” sebut Edy.
“Karena itu, saya merasa beroleh manfaat budaya (cultural benefit) besar bergaul dengan para tokoh Muhammadiyah khususnya di Sumatera Utara,” tutur Edy.
Dukung Sukses Muktamar ke 49 Muhammadiyah
Muktamar ke-49 akan diselenggarakan di Sumatera Utara pada tahun 2027. Terkait hal tersebut, Edy berharap Muhammadiyah secara produktif melahirkan pemikiran besarnya untuk Indonesia abad 21.
Diketahui, Muktamar yang dulu disebut Kongres pernah diselenggarakan pada tahun 1939 di Medan justru usia Muhammadiyah Sumatera Utara yang berdiri tahun 1927 itu baru 12 tahun.
“Jadi butuh waktu menunggu selama 68 tahun untuk membawa kembali Muktamar ke daerah kita. Sama seperti PON III yang pernah diboyong ke Sumatera Utara tahun 1953 oleh Gubernur Abdul Hakim, PON XXI baru berhasil kita boyong ke daerah kita pada tahun 2024,” kata Edy.
“Saya bangga dan merasa ikut bertanggung jawab unuk menyukseskan Muktamar Muhammadiyah ke 49.,” pungkasnya. (*)