TAJDID.ID~Medan || Orang Muhammadiyah tak mungkin tak cerdas menentukan pilihan di antara 3 (tiga) pasangan dalam pilpres 2024. Itu karena mereka rasional, dan sama sekali tak pernah mengabaikan proses politik dan perjalanan pemerintahan selama ini.
“Mereka sangat tahu apa yang dapat dikategorikan penyimpangan konstitusional, kegagalan kinerja dan pernak-pernik kamuflase berbasis packaging dan imaging, apalagi mekenisme buruk transaksional, yang terus-menerus menghindari substansi demokratisasi,” ujar Shohibul Anshor Siregar dalam ceramahnya pada Seminar bertajuk “Manifestasi Darma Pemuda Sebagai Agent of Change dan Kontrol Guna Menyongsong Generasi Emas 2030” yang diselenggarakan oleh Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, Jum’at 22 Desember 2023.
Dosen FISIP UMSU yang juga mantan Ketua Umum DPD IMM ini menambahkan, orang Muhammadiyah hanya ta’at pada regulasi dan tradisi kuat persyarikatan yang diwariskan oleh pendiri, KH A Dahlan, yakni memilih untuk “tidak menjadi bagian dari kekuatan politik praktis dan menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan politik yang ada”.
Sebab itu, lanjutnya, dalam perilaku di lapangan mereka mungkin akan sulit ditebak, karena selalu bersikap manis bahkan termasuk terhadap kalangan yang dikategorikannya sebagai bagian dari komunitas tertentu yang membebani proses menuju Indonesia berkemajuan sesuai cita-cita pendirian Indonesia dan yang secara spesifik dikenal dalam Muhammadiyah sebagai “baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”.
Pada bagian lain ceramahnya intelektual publik yang juga menjabat Ketua Lembaga Hikmah & Kebijakan Pubklik PW Muhammadiyah Sumatera Utara ini menunjukkan data kerisauan orang Muhammadiyah atas ancaman integritas pemilu.
“Muhammadiyah sangat resah dengan ancaman atas integritas pemilu, karena itu secara senyap terkoordinasi Muhammadiyah menjalankan fungsi pengawasan civil society yang meski tak selalu kentara”, pungkasnya. (*)