TAJDID.ID~Medan || Masyarakat sipil mengambil peran aktif dalam mendukung percepatan pemulihan pasca banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera melalui inisiatif Charity Film Screening Pray for Sumatera. Gerakan ini lahir dari solidaritas publik dan kepedulian lintas komunitas budaya untuk merespons kebutuhan mendesak di tingkat warga, khususnya pada fase pemulihan sosial yang masih berlangsung pasca bencana.
Charity Film Screening PRAY FOR SUMATERA digagas secara kolektif oleh Aceh Film Festival, Medan Film Festival, West Sumatera Film Festival, dan Lake Toba Film Festival. Film diposisikan bukan semata sebagai hiburan, melainkan sebagai medium kesadaran sosial, penggalangan empati, serta ruang pertemuan warga untuk membangun solidaritas lintas wilayah dalam menghadapi krisis kemanusiaan dan ekologis.
Pada Tahap I, donasi masyarakat Indonesia dihimpun melalui rekening Yayasan Aceh Dokumenter dan dibagi secara proporsional ke tiga wilayah terdampak utama, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Penggalangan dana dilakukan melalui program pemutaran lima film pendek yang diproduksi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, kemudian diputar di berbagai daerah di Indonesia yang tidak terdampak bencana. Selain melalui pemutaran film, donasi juga datang dari partisipasi langsung masyarakat Indonesia yang menyalurkan bantuan secara empatik.
Untuk wilayah Sumatera Utara, Medan Film Festival dan Lake Toba Film Festival menyalurkan donasi kepada Sanggar Pelita, sebuah ruang belajar komunitas di kawasan bantaran Sungai Deli, tepatnya di Jalan Brigjend Katamso Jalan Pelita II Kota Medan. Banjir besar yang terjadi pada 26 November 2025 menyebabkan ruang belajar dan aktivitas sanggar mengalami kerusakan berat sehingga kegiatan anak-anak dan relawan sempat terhenti.
Sebagai bagian dari respons pemulihan awal, penyerahan donasi Tahap I kepada Sanggar Pelita dilakukan pada 20 Desember 2025 dalam rangkaian program Pray for Sumatera. Donasi yang disalurkan berupa barang-barang kebutuhan utama penunjang kegiatan sanggar dengan nilai total Rp 8.750.000, yang ditujukan untuk mengaktifkan kembali ruang belajar anak-anak serta mendukung keberlanjutan kerja para relawan.
Selain bantuan material, Medan Film Festival dan Lake Toba Film Festival juga menggelar pemutaran film dengan klasifikasi film anak di Sanggar Pelita. Film-film yang diputar bersifat menghibur dan sarat pesan pendidikan, sebagai bagian dari upaya pemulihan psikososial untuk menghadirkan kembali rasa aman, kegembiraan, dan semangat belajar anak-anak pasca bencana.
Perwakilan pendiri Sanggar Pelita, TM Taslim, menyampaikan apresiasi kepada masyarakat Indonesia atas dukungan yang diberikan. “Terima kasih kepada masyarakat Indonesia atas donasi dan kepeduliannya. Bantuan ini sangat membantu dan memberi semangat baru bagi kami sebagai relawan untuk kembali bangkit, merawat semangat anak-anak agar tumbuh menjadi orang-orang baik dan manusia yang tangguh, demi Indonesia yang sehat, sejahtera, adil, dan makmur,” ujarnya.
Melalui Pray for Sumatera, para penggerak kegiatan mengajak masyarakat Indonesia menjadikan banjir dan longsor di Pulau Sumatera sebagai pelajaran bersama tentang pentingnya kesiapsiagaan dan pendidikan kebencanaan sejak usia dini.
Pray for Sumatera menegaskan bahwa kolaborasi masyarakat sipil merupakan bagian penting dari ekosistem pemulihan bencana di Indonesia. Respons budaya melalui film, solidaritas publik, dan kerja kolektif menjadi bagian penting dalam mempercepat pemulihan serta membantu masyarakat terdampak bangkit dengan lebih tangguh. (*)



