TAJDID.ID~Tapsel || Lembaga Resiliensi Bencana atau Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB-MDMC) Jawa Tengah kembali menunjukkan komitmennya terhadap nilai kemanusiaan universal. Prinsip untuk membantu siapa pun tanpa melihat latar belakang suku, agama, maupun kelompok sosial terus menjadi pegangan para relawan ketika terjun ke lapangan. Sikap tersebut juga terlihat dalam respons darurat bencana banjir dan longsor yang melanda wilayah Tapanuli Selatan dalam beberapa hari terakhir.
Pada Rabu, (10/12), rombongan Relawan Muhammadiyah Jawa Tengah bergerak menuju Gereja HKBP Wek II Batang Toru, lokasi yang kini menjadi tempat mengungsi sejumlah warga terdampak bencana. Dalam kesempatan itu, tim memberikan dua layanan utama, yaitu dukungan psikososial serta pelayanan medis dasar. Tim psikososial berasal dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto, sementara layanan kesehatan diberikan oleh Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah yang terdiri atas tenaga medis dari beberapa rumah sakit Muhammadiyah Jawa Tengah.
Sesampainya di gereja, para relawan langsung disambut hangat oleh pendeta dan jemaat yang telah beberapa hari bertahan di tempat pengungsian tersebut. Salah satu jemaat mengaku merasa lebih tenang setelah melihat tim medis dan psikososial dari Muhammadiyah datang. Ia menyampaikan rasa terima kasihnya karena merasa tidak dibiarkan menghadapi situasi sulit ini seorang diri.
Kegiatan pelayanan berlangsung sepanjang hari. Tim medis memeriksa kondisi para penyintas yang mengeluhkan berbagai keluhan, mulai dari gangguan pernapasan ringan, luka-luka, hingga penyakit kronis yang kambuh akibat kondisi darurat. Dalam proses itu, para tenaga kesehatan memberikan konsultasi, obat-obatan, serta saran penanganan lanjutan jika diperlukan. Sementara itu, tim psikososial berinteraksi dengan kelompok anak-anak, remaja, hingga orang dewasa untuk membantu meredakan kecemasan dan tekanan emosional yang muncul setelah bencana.
Hingga kegiatan selesai, tercatat sebanyak 64 orang mendapatkan layanan medis dan 32 orang menerima dukungan psikososial. Relawan menggambarkan bahwa sebagian besar warga masih berada dalam kondisi khawatir karena belum mengetahui kapan bisa kembali ke rumah masing-masing. Namun, sesi konseling yang dilakukan membantu mereka merasa lebih tenang dan punya ruang untuk bercerita tentang pengalaman yang mereka alami.
Selain memberikan layanan, relawan juga melakukan koordinasi lanjutan dengan pihak gereja dan tenaga kesehatan setempat. Koordinasi ini dilakukan agar penanganan penyintas dapat berlangsung lebih efektif, terutama apabila terjadi penambahan jumlah warga yang memerlukan bantuan. Relawan EMT menyampaikan bahwa mereka akan tetap bersiaga untuk tindak lanjut apabila Puskesmas Batang Toru atau pihak desa membutuhkan dukungan tambahan.
Pendeta gereja mengungkapkan bahwa kedatangan relawan Muhammadiyah menjadi energi positif bagi para jemaat yang tengah mengalami masa sulit. Ia mengatakan bahwa bantuan tersebut bukan hanya berupa layanan kesehatan, tetapi juga dukungan moral yang sangat dibutuhkan oleh para penyintas. (*)
✒️ Uli Nuha







