TAJDID.ID~Jakarta || Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. H. Anwar Abbas, menegaskan bahwa persoalan lalu lintas di Indonesia tidak cukup diatasi hanya dengan aturan maupun penegakan hukum. Menurutnya, akar dari berbagai kekacauan di jalan raya justru terletak pada minimnya etika para pengguna jalan.
Pernyataan ini disampaikan Buya Anwar dalam sebuah acara di Universitas Muhammadiyah Jakarta, ketika memberikan tanggapan atas buku Etika di Jalan Raya karya akademisi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Dr. Robie Fanreza, M.Pd. Ia menyebut buku tersebut penting karena mengingatkan masyarakat bahwa jalan raya adalah ruang publik bersama yang menuntut sikap saling menghormati dan kesadaran kolektif.
Menurut Buya Anwar, ketika etika hadir dalam diri setiap pengendara, maka ketertiban dan keindahan dalam berlalu lintas akan tumbuh dengan sendirinya. Pandangan ini sejalan dengan visi MUI yang menempatkan akhlak mulia sebagai fondasi kehidupan publik. “Jika etika ditegakkan, aturan akan berjalan lebih ringan, dan kehidupan bermasyarakat akan terasa lebih indah,” ujarnya.
Ia juga mendorong agar pembinaan etika berlalu lintas menjadi bagian dari pendidikan masyarakat, baik melalui lembaga formal maupun kampanye sosial. Kehadiran buku tersebut, menurutnya, dapat menjadi salah satu rujukan untuk memperkuat upaya perubahan perilaku berkendara, terutama di tengah meningkatnya kritik publik terhadap budaya berlalu lintas yang sering kali mengabaikan keselamatan.
Dengan penekanan pada dimensi etika, Buya Anwar berharap diskursus mengenai lalu lintas di Indonesia tidak lagi semata-mata berkutat pada sanksi, tetapi bergerak menuju pembentukan karakter dan kesadaran yang lebih mendalam di kalangan pengguna jalan. (*)








