TAJDID.ID~Tapanuli Selatan || Wilayah Sumatera Utara kembali berduka setelah banjir bandang dan tanah longsor melanda kawasan itu pada akhir November hingga awal Desember 2025. Bencana yang dipicu oleh Siklon Tropis Senyar tersebut disebut warga sebagai salah satu peristiwa paling parah dalam beberapa tahun terakhir. Fenomena cuaca langka yang terbentuk di Selat Malaka itu memicu curah hujan ekstrem dan anomali cuaca yang berlangsung hampir bersamaan di sejumlah daerah. Hujan deras tanpa jeda mengguyur Tapanuli Selatan dan Sibolga, menyebabkan debit sungai melonjak serta membuat tanah di area perbukitan kian labil.
Dalam hitungan jam, longsor pertama dilaporkan terjadi di Batang Toru, Tapanuli Selatan. Sejumlah titik lain kemudian menyusul, terutama di sepanjang jalur lintas Tarutung–Sibolga. Kondisi tersebut memutus akses transportasi dan menghambat upaya evakuasi di hari-hari awal bencana. Banyak warga mengaku terkejut karena intensitas hujan meningkat sangat cepat. Mereka tidak menduga kawasan yang selama ini dianggap aman justru mengalami kerusakan paling besar.
Di tengah situasi darurat itu, Muhammadiyah mengirim Emergency Medical Team (EMT) untuk memberikan layanan kesehatan kepada para penyintas. Tim medis tersebut tiba pada Jumat (5/12) dan langsung membuka layanan di Pos Layanan MDA Batang Toru, Tapanuli Selatan. Kedatangan mereka disambut warga yang sejak awal membutuhkan pemeriksaan kesehatan, obat-obatan, serta dukungan medis dasar lainnya.
EMT Muhammadiyah Jateng yang diterjunkan berjumlah lima orang. Tim itu terdiri dari Rendra Perwira Aditama sebagai dokter dari RS PKU Muhammadiyah Delanggu; Kirnawan Fadholi dan Dian Firmansyah sebagai perawat yang berasal dari RS PKU Muhammadiyah Temanggung dan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan; serta Nur Adi Wibowo yang bertugas sebagai apoteker dari RS PKU Muhammadiyah Gombong. Mereka bekerja sama dengan relawan Muhammadiyah setempat untuk memastikan penyintas memperoleh layanan yang memadai.
Dukungan tim medis ini menjadi penting karena sejumlah fasilitas kesehatan di sekitar lokasi bencana ikut terdampak. Beberapa titik jalan yang rusak membuat akses menuju puskesmas dan rumah sakit terdekat menjadi sulit. Kondisi tersebut membuat pemeriksaan kesehatan langsung di pos layanan menjadi alternatif yang paling mungkin dilakukan dalam waktu cepat.
Sementara itu, berdasarkan data asesmen Poskor PDB Muhammadiyah Tapanuli Selatan, dampak bencana hingga saat ini masih cukup besar. Dilaporkan sebanyak 179.835 jiwa terdampak, sementara 69 warga mengalami luka-luka. Laporan lain menyebut 39 warga belum ditemukan. Selain itu, 85 jiwa meninggal dunia, 402 rumah hilang, serta 1.488 rumah rusak akibat sapuan banjir bandang maupun longsor.
Data asesmen itu juga menjelaskan bahwa 54 fasilitas umum turut terdampak, termasuk sekolah dan bangunan layanan publik. Area pertanian tidak luput dari kerusakan. Sekitar 577 hektare sawah rusak, sehingga banyak petani kehilangan sumber penghidupan. Tercatat pula 89 titik jalan rusak dan 10 amal usaha Muhammadiyah mengalami kerusakan.
Sejumlah relawan menyebut bahwa kondisi di 13 kecamatan masih membutuhkan perhatian serius, terutama terkait kebutuhan medis, sanitasi, serta dukungan logistik harian. Mereka menyatakan bahwa banyak penyintas kesulitan mendapatkan air bersih dan tempat tinggal sementara yang layak.
Meski demikian, upaya penanganan terus berjalan. EMT Muhammadiyah Jateng memastikan layanan kesehatan tetap diberikan selama warga membutuhkan. Mereka juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memperluas jangkauan pelayanan.
Hingga hari ini, warga Batang Toru dan sekitarnya masih berupaya bangkit. Mereka berharap proses pemulihan berlangsung cepat dan dukungan dari berbagai pihak terus mengalir agar kehidupan bisa kembali normal. (*)
✒️ Uli Nuha

