TAJDID.ID~Samarinda || Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Timur resmi membuka Mainstreaming Gerakan 1000 Cahaya Muhammadiyah di Samarinda, Jumat (5/12/2025). Kegiatan yang diikuti lima puluh peserta ini menjadi tonggak penting, karena untuk pertama kalinya program nasional tersebut digelar di luar Pulau Jawa.
Ketua Majelis Lingkungan Hidup PWM Kaltim, Taufan Tirkaamiana, menjelaskan bahwa Gerakan 1000 Cahaya merupakan inisiatif lingkungan yang menitikberatkan empat isu utama.
“Empat isu prioritas itu mencakup konservasi air, penghijauan, pengelolaan sampah, dan energi. Semuanya diselaraskan dengan program Majelis Lingkungan Hidup,” ujar Taufan.
Ia menekankan pentingnya perencanaan matang dalam program penghijauan. MLH, katanya, pernah menanam pohon di kawasan ringroad Samarinda, namun lahannya kemudian berubah fungsi untuk pembangunan sekolah. “Koordinasi dan kepastian status lahan harus menjadi perhatian sebelum menanam,” tegasnya.
Perwakilan dari Program 1000 Cahaya PP Muhammadiyah, Ahid Mudayana, memaparkan latar global dari program ini. Gerakan tersebut berawal dari Global Forum for Climate Movement pada 2023 dan terus diperluas sebagai respons atas tantangan krisis iklim.
“Kaltim menjadi titik ketiga pelaksanaan tahun ini, dan ini pertama kalinya berlangsung di luar Jawa,” katanya.
Ahid menegaskan bahwa transisi energi adalah salah satu fokus program, sejalan dengan komitmen pemerintah. “Indonesia sudah menetapkan target Net Zero Emission pada 2060, sebagaimana dimandatkan dalam forum G20 di Bali,” ujarnya.
Ia juga merujuk bencana ekologis di Sumatera sebagai peringatan keras. “Kerusakan lingkungan sudah menunjukkan akibatnya. Harapan kami, tidak ada lagi wilayah lain yang mengalami nasib serupa.”
Ketua PWM Kaltim, Siswanto, membuka acara dengan refleksi mengenai rentetan bencana di Indonesia.
“Bencana yang datang silih berganti seperti piala bergilir dari satu daerah ke daerah lain. Kita harus bertanya: ada apa dengan negeri ini?” ujarnya.
Ia mengingatkan bahwa dalam Islam, manusia bukan hanya hamba, melainkan juga khalifah yang memikul amanah menjaga bumi. Merujuk QS Al-Baqarah ayat 30, Siswanto menegaskan tiga mandat utama manusia: menjaga, melestarikan, dan mengelola bumi secara bertanggung jawab.
“Muhammadiyah selalu menekankan bahwa beragama tak berhenti pada ibadah ritual. Ada tanggung jawab sosial dan ekologis yang harus ditunaikan,” jelasnya.
Rangkaian program 1000 Cahaya di Kaltim mencakup sejumlah agenda strategis. Salah satunya audit lingkungan mandiri, yang diprioritaskan bagi sekolah dan amal usaha Muhammadiyah. Peserta juga akan mendapatkan materi Fiqih Lingkungan dari Majelis Tarjih dan pembekalan isu energi dari tim pusat.
Pada 2026, program dijadwalkan bergeser ke Sumatera pada awal tahun, serta diusulkan berlangsung di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ini menjadi penanda komitmen Muhammadiyah memperluas edukasi lingkungan di seluruh Indonesia.
Acara pembukaan ditutup dengan sesi foto bersama peserta dan tamu undangan, menandai dimulainya gerakan yang diharapkan membawa dampak nyata bagi pelestarian lingkungan di Kalimantan Timur dan kawasan lainnya. (*)
Tentang 1000 Cahaya
Program 1000 Cahaya adalah program inisiatif dari Majelis Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang berfokus pada gerakan penyelamatan lingkungan dan transisi menuju energi bersih dengan target aksi di ranting, sekolah, pesantren, dan masjid dan green hero (‘Aisyiyah)
Penulis: Dinul





