Oleh: Jufri
(Ketua PD Muhammadiyah Kota Tebing Tinggi)
“Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di Bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 18)
Ketika bencana terjadi kita dianjurkan untuk berdoa dan bersabar, itu adalah hal yang memang perlu kita lakukan dan sesuatu yang niscaya.
Manusia adalah Khalifah dipermukaan bumi ini , artinya kepada manusialah bumi ini diserahkan pengelolaannya. Manusia diberi kemampuan untuk mengambil manfaat dari apa yang ada di bumi. Karena itu pulalah manusia yang harus bisa menjaga keseimbangannya. Manusia pula yang bisa membuat regulasi agar bumi ini tetap terjaga .
Allah SWT telah menyiapkan segala kebutuhan manusia dibumi ini , dan selagi manusia memanfaatkannya dengan takaran sesuai kebutuhan dan bukan nafsu manusia , selama itu pula alam akan memberikannya dengan damai, karena alam itu tugasnya melayani kebutuhan manusia itu.
Baca juga: Antara Takdir dan Ulah Manusia
Hutan yang dipelihara akan menghasilkan banyak manfaat, hutan menyediakan kebutuhan oksigen untuk manusia, satwa yang ada di dalamnya selalu mampu menjaga keseimbangannya, ada ekosistem yang terpelihara dan rantai makanan yang berjalan baik.
Namun jika hutan di eksploitasi, maka hutan akan kehilangan keseimbangannya. Air yang turun tidak dapat lagi diserap dengan baik, akibatnya hujan akan menyebabkan banjir dan kerusakan sebab alirannya berupa sungai tidak lagi mampu menampung debit air, apalagi jika diseputaran sungai manusia merusaknya dan bermukim di aliran dimana air seharusnya mengalir .
Hutan dan sungai menjadi dua hal yang sangat penting untuk dijaga keseimbangannya, sayangnya itu pula yang acap kali tidak dilakukan . Manusia justru merusaknya dengan penebangan pohon yang berlebihan, penambangan yang seenaknya. Akibatnya adalah bencana yang akan selalu mengintai, satwa yang kehilangan habitat dan tempatnya akan lari ke pemukiman manusia, dan itu murni kesalahan manusia.
Hujan itu takaran dan ukurannya dari dulu sudah jelas, dan selagi dia turun dan mengalir dimana manusia tidak mengganggunya, maka selama itu pula hujan akan menjadi Rahmat.
Tapi jika daerah serapan dan resapannya terganggu, maka diapun pasti akan menggangu manusia, itulah sunatullahnya .
Dalam banyak ayat, Al Qur’an menjelaskan Surga dengan tempat dimana sungai-sungai mengalir dibawahnya. Harusnya ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjadikan sungai terpelihara sehingga tetap mengalir dibawah, bukan malah mengalir diatas tempat kita bermukim. Tapi manusia menggunduli hutan, mencemari sungai, menjadikan alirannya pemukiman. Akibatnya sungai itu ketika musim panas mengering, dan ketika musim hujan dia meluap. Itulah sunatullahnya yang manusia ciptakan sebagai Khalifah .
Ketika bencana itu datang, kita berdoa kepada Allah, tapi Allah sudah serahkan pengelolaannya kepada manusia. Doa hanya akan membantu menenangkan pikiran dan memberikan kesabaran, tapi tak akan bisa menjadi solusi berkelanjutan selagi manusia tidak mampu menjaga regulasi dengan baik dan semua bisa diatur, serta penegakan hukum bisa kompromi untuk perusak alam dan hutan, maka selamanya kita akan seperti ini. Apalagi ditambah pula pembangunan pemukiman dan infrastruktur sering kali mengabaikan dampak lingkungan. Maka kedepan air yang diturunkan ke bumi dengan takaran yang sudah pas itu bukan lagi menjadi Rahmat tapi menjadi laknat bagi manusia itu sendiri.
Karena itu pentingnya menjaga keseimbangan alam, serta mematuhi regulasi dalam pemanfaatannya, dan penegakan hukum yang adil bagi perusak alam untuk memastikan terjaganya keseimbangan alam itu. Saya sendiri pesimis dengan hal ini ,tapi tetap berharap semua pihak menyadarinya .
Parahnya sebagian yang berbuat dan mendapat keuntungan besar karena itu, namun akibatnya ditanggung oleh begitu banyak orang yang tidak tau apa-apa. Lalu kita bilang ini sudah takdir dari sang Maha Kuasa, padahal Dia sudah siapkan semua dengan secukupnya sesuai kebutuhan manusia. Untuk mengobati hati orang-orang yang kena dampak itu pula yang disuruh bertobat, sebaliknya mereka yang punya nafsu besar dan merasa berkuasa tetap berbuat sesukanya tanpa merasa bersalah dan bertanggung jawab. (*)
Silaturahmi Kolaborasi Sinergi Harmoni








