• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Rabu, Oktober 8, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Akademisi Soroti Fenomena Migrasi Politisi: Cermin Politik Pragmatis Indonesia

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2025/10/06
in Nasional
0
Akademisi Soroti Fenomena Migrasi Politisi: Cermin Politik Pragmatis Indonesia

Foto ilustratif by AI.

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

TAJDID.ID~Medan || Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FISIP UMSU), Shohibul Anshor Siregar, menilai perpindahan sejumlah kader dan politisi senior Partai Nasdem ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bukan peristiwa luar biasa dalam tradisi dan budaya politik Indonesia.

Menurut Siregar, fenomena tersebut hanyalah sebuah cermin dari karakter politik Indonesia yang cenderung pragmatis, yang di dalamnya partai politik lebih sering diposisikan sebagai alat bertahan ketimbang wadah perjuangan ideologis.

“Fenomena perpindahan partai itu bukan hal baru. Dalam politik Indonesia, perjuangan sering dimaknai sebagai seni bertahan dan wadah aktualisasi diri, bukan perjuangan nilai,” ujar Siregar di Medan, Senin (6/10/2025).

Ia menegaskan bahwa pola seperti ini telah berlangsung lama, meniru langkah sejumlah tokoh politik besar.

“Surya Paloh sendiri dulu keluar dari Golkar dan mendirikan Nasdem. Prabowo Subianto meninggalkan Golkar untuk membangun Gerindra, dan Wiranto mendirikan Hanura. Semua ini contoh bagaimana politisi Indonesia menafsirkan perjuangan politik sebagai seni bertahan dan ruang aktualisasi diri,” jelasnya.

 

Partai Keluarga vs Partai Demokratis

Siregar menguraikan bahwa fenomena perpindahan partai erat kaitannya dengan karakter struktural partai politik di Indonesia, yang secara umum terbagi dua: partai keluarga dan partai demokratis.

“Partai keluarga biasanya memitoskan satu figur sentral yang dianggap suci dan tak tergantikan, sementara partai demokratis memberi ruang bagi kaderisasi dan sirkulasi kepemimpinan yang sehat,” paparnya.

Sebagai contoh, ia menyebut Golkar dan PKS sebagai dua partai yang berupaya menjaga praktik demokrasi internal.

“Sudah berapa kali Golkar berganti ketua umum, atau PKS berganti presiden partai? Bandingkan dengan partai keluarga yang terus meneguhkan kesakralan satu tokoh yang diglorifikasi dalam pengabadian hegemoninya,” ujarnya.

PSI dan Realitas Politik Baru

Dalam konteks perpindahan kader dari Nasdem ke PSI, Siregar menilai langkah itu lebih banyak dipengaruhi oleh perhitungan peluang dan kebutuhan untuk tetap eksis secara politik, bukan pilihan ideologis.

“PSI kini tampil sebagai ladang kompetisi politik alternatif bagi politisi yang ingin tetap survive setelah menghadapi dinamika internal Nasdem dan perubahan peta kekuasaan nasional,” ungkapnya.

Namun, Siregar menekankan bahwa harapan para politisi bermigrasi itu bisa saja kandas karena realitas internal PSI yang tidak jauh berbeda.

“PSI bukan partai modern. Citra partai muda dan progresif yang dulu mereka bangun kini telah berubah menjadi partai loyalis Jokowi. Ketika Kaesang Pangarep, yang sama sekali tidak berpengalaman, bisa langsung menjadi Ketua Umum, itu indikator buruk dalam tata kelola partai,” tegasnya.

“Jika segalanya normal dan sehat secara politik, mustahil seorang kader pindah ke partai lain. Pindahnya mereka hanyalah pilihan untuk keluar dari kesulitan yang tak bisa diselesaikan di partai lama, sambil menghitung peluang di partai tujuan. Namun, mereka bisa kecewa bila ternyata partai baru itu sama saja,” lanjutnya.

 

Masalah Struktural: Demokrasi yang Dikooptasi

Lebih jauh, Siregar menilai akar dari gejala migrasi partai ini tidak dapat dilepaskan dari literasi politik masyarakat yang rendah serta buruknya tata kelola pemilu oleh KPU dan Bawaslu.

“Selama rakyat belum cukup dewasa secara politik, fenomena anomali seperti ini akan terus terjadi. Pemilih kita belum terbiasa menilai partai berdasarkan nilai dan sistem, tetapi masih terjebak pada figur dan popularitas,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kelemahan integritas dan independensi KPU serta Bawaslu justru memperkuat sistem politik yang transaksional.

“KPU dan Bawaslu membiarkan pengaruh eksternal merancang budaya politik transaksional yang kini menjadi determinan utama demokrasi prosedural Indonesia. Akibatnya, politik uang, kooptasi kekuasaan, dan kompromi elektoral menjadi warna dominan dalam proses demokrasi,” jelasnya.

Menurutnya, kondisi ini menyebabkan demokrasi Indonesia berjalan tanpa substansi.

“Kita memang melaksanakan pemilu secara rutin, tetapi tanpa pembenahan sistem dan kelembagaan yang independen, demokrasi hanya menjadi ritual prosedural yang dikendalikan oleh transaksi dan kepentingan eksternal,” pungkasnya. (*)

 

Previous Post

Bangun Sinergi Pendidikan dan Dakwah, MBS Bumiayu Jalin Silaturrahmi dengan Bupati Brebes

Next Post

Ethics of Care Desak Moratorium Nasional MBG

Related Posts

Siaran di Radio Mentari, Dwi Jatmiko Jelaskan Perkembangan SD Muhammadiyah 1 Solo yang Sudah Berusia 90 Tahun

Siaran di Radio Mentari, Dwi Jatmiko Jelaskan Perkembangan SD Muhammadiyah 1 Solo yang Sudah Berusia 90 Tahun

8 Oktober 2025
101
Kebodohan Buatan

Kebodohan Buatan

8 Oktober 2025
137
PDM Serdang Bedagai Pantau MBG Perguruan Muhammadiyah Sei Rampah

PDM Serdang Bedagai Pantau MBG Perguruan Muhammadiyah Sei Rampah

8 Oktober 2025
154
Warga Keluhkan Kebisingan Live Music ‘Coju Coffee’, Ethics of Care: Pemerintah Seolah Tak Mau Mendengar

Warga Keluhkan Kebisingan Live Music ‘Coju Coffee’, Ethics of Care: Pemerintah Seolah Tak Mau Mendengar

8 Oktober 2025
115
Atase Kerja Sama Pendidikan Kedutaan Besar Prancis Sosialisasi Beasiswa LPDP di UMSU

Atase Kerja Sama Pendidikan Kedutaan Besar Prancis Sosialisasi Beasiswa LPDP di UMSU

8 Oktober 2025
105
Kakanwil BPN Sumut Serahkan 400 Sertifikat Tanah di Padanglawas Utara: Wujud Kepastian Hukum Bagi Warga

Kakanwil BPN Sumut Serahkan 400 Sertifikat Tanah di Padanglawas Utara: Wujud Kepastian Hukum Bagi Warga

8 Oktober 2025
117
Next Post
Ethics of Care Desak Moratorium Nasional MBG

Ethics of Care Desak Moratorium Nasional MBG

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In