TAJDID.ID~Medan || Ribuan siswa dilaporkan mengalami keracunan massal akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Insiden yang menimpa lebih dari 4.000 anak ini memicu sorotan tajam terhadap pelaksanaan program pemerintah yang sejatinya dirancang untuk menyehatkan siswa dan menekan angka stunting.
Founder Ethics of Care, Farid Wajdi, menilai kasus ini bukan sekadar insiden kecil, melainkan tanda darurat nasional. “Program yang seharusnya membawa manfaat justru berbalik menjadi bencana. Ini menunjukkan adanya kegagalan sistemik mulai dari pengadaan, distribusi, hingga lemahnya pengawasan,” ujarnya kepada TAJDID.ID, Ahad (7/9).
Menurutnya, MBG lahir dari gagasan mulia negara yang ingin hadir langsung dalam kehidupan anak-anak sekolah dengan memastikan kebutuhan gizi mereka terpenuhi. Namun di lapangan, Farid menilai jurang besar terbentang antara idealisme dan praktik. “Setiap porsi makanan seharusnya melalui uji mutu dan pengawasan ketat. Fakta ribuan anak jatuh sakit berarti negara lalai menjalankan kewajiban paling dasar: menjamin keselamatan warganya,” tegasnya.
Farid juga menyoroti ketidakjelasan sasaran program. Ia mempertanyakan apakah MBG ditujukan untuk semua siswa atau hanya untuk kelompok rentan gizi di daerah miskin. “Tanpa definisi yang jelas, MBG bisa menjadi program politik yang menghabiskan anggaran besar tetapi tidak tepat sasaran,” katanya.
Ia menegaskan, solusi bukanlah menutup total program, melainkan melakukan evaluasi menyeluruh. “Pemerintah harus berani melakukan audit independen dengan melibatkan BPOM, akademisi gizi, lembaga kesehatan, hingga masyarakat sipil. Transparansi mutlak diperlukan, termasuk membuka data kontrak, penyebab keracunan, dan hasil pemeriksaan kualitas makanan,” jelasnya.
Farid menyarankan agar MBG diarahkan ulang pada daerah dengan prevalensi stunting tinggi, melibatkan koperasi lokal yang bisa menjaga standar kebersihan, memastikan pengawasan laboratorium rutin, serta membangun sistem pelaporan real time.
“Negara tidak boleh lagi bertanya berapa porsi yang bisa dibagikan, tapi seberapa aman dan efektif porsi itu untuk anak-anak kita. Kalau jawabannya masih ragu, evaluasi total harus segera dilakukan. Anak-anak tidak bisa menunggu,” pungkas Farid. (*)