TAJDID.ID~Magelang || Di balik tarikan busur dan melesatnya anak panah, tersimpan semangat dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan pemuda. Itulah yang dibawa oleh PanahMu, singkatan dari Panahan Muhammadiyah, sebuah gerakan olahraga yang lahir dari komunitas dan kini berkembang menjadi ruang pembinaan spiritual dan prestasi di kalangan kader muda Muhammadiyah.
Abdu Robbir Rosoul Kariim, pengurus PanahMu, menyebut PanahMu sebagai gerakan pemuda Muhammadiyah yang tidak hanya mendorong semangat beribadah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai tangguh dalam mental dan fisik. “PanahMu dimulai dari komunitas kecil. Di Magelang, kami resmi berdiri sejak tahun 2002, dan terus berkembang menjadi wadah pembinaan yang terbuka bagi semua kalangan,” ungkap Kariim, pada Kamis (⅞).
PanahMu dikoordinasikan secara struktural bersama Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) PP Muhammadiyah di level daerah, dengan kegiatan yang menyasar sekolah-sekolah Muhammadiyah hingga komunitas masyarakat umum. Salah satu bentuk pengembangannya terlihat di SMK Muhammadiyah Bandongan, Magelang, yang rutin mengadakan latihan panahan dua kali seminggu. “Sekolahnya sangat suportif. Izin latihan mudah diberikan dan respon siswa pun sangat positif,” jelasnya.
Tak hanya di tingkat sekolah menengah, gerakan ini juga menjangkau SD Muhammadiyah, bahkan berhasil mengantarkan murid-muridnya ke ajang kejuaraan tingkat provinsi. Wilayah Jawa Tengah menjadi salah satu basis terkuat PanahMu. Pada ajang Kejuaraan Panahan Muhammadiyah se-Jawa Tengah yang digelar di Pekalongan, PanahMu dari berbagai daerah turut berpartisipasi, memperlihatkan besarnya antusiasme dan potensi yang dimiliki gerakan ini.
PanahMu terbuka untuk berbagai kalangan, tanpa memandang latar belakang. Bahkan, komunitas ini juga membuka kelas khusus untuk ibu-ibu Aisyiyah yang ingin menekuni panahan sebagai sarana ibadah dan olahraga rekreatif. “Latihan untuk ibu-ibu ini bukan hanya ajang olahraga, tapi juga bagian dari pemberdayaan perempuan Muhammadiyah,” kata Robbir.
Namun, perjalanan PanahMu tidak selalu mulus. Hambatan tetap ada, mulai dari keterbatasan anggaran hingga tantangan dari sebagian orang tua yang terlalu fokus pada pencapaian akademik anak. “Masih ada anggapan bahwa prestasi itu hanya soal nilai sekolah. Padahal, panahan juga mengajarkan disiplin, fokus, dan karakter yang tidak kalah pentingnya,” tambahnya.
Di tengah tantangan tersebut, Kariim tetap optimis. Ia percaya bahwa kader-kader Muhammadiyah bisa berprestasi tidak hanya secara akademik, tetapi juga di bidang non-akademik, termasuk olahraga. Panahan menjadi wadah yang ideal untuk menyeimbangkan keduanya. Nilai ibadah, semangat kompetisi, dan pembinaan mental, semuanya menyatu dalam satu tarikan busur.
Dengan terus berkembangnya komunitas PanahMu, harapan untuk menjadikan panahan sebagai gerakan kultural dan spiritual dalam tubuh Muhammadiyah bukanlah sesuatu yang mustahil. PanahMu hadir bukan hanya untuk mencetak juara, tapi juga membentuk pribadi yang kuat, sabar, dan fokus, nilai-nilai yang sangat penting dalam kehidupan, baik di dalam maupun di luar lapangan. (NP)