• Setup menu at Appearance » Menus and assign menu to Top Bar Navigation
Jumat, Agustus 1, 2025
TAJDID.ID
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto
No Result
View All Result
tajdid.id
No Result
View All Result

Ethics of Care: Trotoar Medan, Simbol Peradaban yang Terlupakan

M. Risfan Sihaloho by M. Risfan Sihaloho
2025/07/27
in Daerah
0
Ethics of Care: Trotoar Medan, Simbol Peradaban yang Terlupakan

Foto ilustrasi

Bagikan di FacebookBagikan di TwitterBagikan di Whatsapp

TAJDID.ID~Medan || Founder Ethics of Care, Farid Wajdi mengungkapkan, di tengah riuhnya lalu lintas Kota Medan, pejalan kaki seperti menjadi warga kelas dua. Ruang yang seharusnya menjadi hak mereka—trotoar—tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Jalur pedestrian yang idealnya aman, nyaman, dan ramah, kini justru menjelma menjadi ranjau berlubang, tempat parkir liar, hingga lapak dagangan yang menutup akses.

“Kota ini tampak sibuk mengejar predikat metropolitan, tetapi ironisnya, lupa bahwa peradaban modern selalu dimulai dari pijakan paling dasar: ruang bagi kaki warganya,” ujar Farid, Ahad (27/7).

Menurut Farid, kondisi trotoar di Medan, faktanya, memang berada pada titik nadir. Di berbagai ruas jalan utama, mulai dari kawasan pusat kota hingga jalan sekitar pasar tradisional, trotoar banyak yang tidak rata, penuh lubang, atau bahkan hilang sama sekali karena pembangunan infrastruktur yang tidak disertai perencanaan matang. Vandalisme dan minimnya perawatan membuat jalur ini semakin jauh dari kata layak. Akibatnya, kata Farid, pejalan kaki terpaksa berjalan di badan jalan, berbagi ruang dengan kendaraan bermotor yang melaju kencang. Menurutnya, situasi ini bukan hanya tidak nyaman, tetapi juga berbahaya.

“Bukankah hal ini merupakan bukti nyata bahwa hak publik benar-benar diabaikan?,” katanya

Lebih parah lagi, lanjut Farid, trotoar di banyak titik justru beralih fungsi. Parkir liar mendominasi sepanjang bahu jalan dan jalur pedestrian, terutama di kawasan komersial dan sekitar pasar. Di area permukiman pun, banyak kendaraan roda empat parkir sembarangan hingga menghalangi jalan masuk warga. Pedagang kaki lima (PKL) menumpuk dagangan di jalur pejalan kaki, bahkan ada trotoar yang dijadikan tempat penumpukan material konstruksi.

Menurut Farid, fenomena ini menggambarkan dua masalah mendasar: yakni lemahnya pengawasan pemerintah dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya ruang publik.

Padahal, kata Farid, undang-undang sudah jelas menegaskan bahwa trotoar adalah hak eksklusif pejalan kaki—bukan untuk kendaraan, apalagi sebagai gudang sementara.
“Tak hanya melanggar hukum, kondisi semrawut ini juga mencoreng citra kota. Medan terlihat kumuh, tidak teratur, dan jauh dari wajah kota modern yang diidamkan. Jalan-jalan yang penuh parkir liar, PKL, dan material proyek menciptakan kesan bahwa ruang publik adalah wilayah tanpa aturan,” tegas Farid.

“Padahal, kota yang benar-benar layak huni adalah kota yang ramah terhadap pejalan kaki. Trotoar yang baik bukan hanya fasilitas pendukung, melainkan cerminan peradaban urban yang sehat,” imbuhnya.

Farid menyebut, ancaman keselamatan menjadi dampak paling serius. Tanpa trotoar yang layak, pejalan kaki dipaksa beradu nyali di tengah arus kendaraan. Ia pun membeberkan, bahwa data kecelakaan di banyak kota besar menunjukkan bahwa pejalan kaki adalah kelompok paling rentan menjadi korban.

Di Medan, kata Farid, situasi ini ibarat bom waktu yang setiap saat siap meledak jika tidak segera diatasi. “Apakah pemerintah kota akan terus membiarkan situasi ini berlangsung tanpa solusi?,” ujar Farid.

Farid mengingatkan, sudah saatnya Pemerintah Kota Medan menjadikan trotoar sebagai prioritas pembangunan kota. Revitalisasi jalur pedestrian dengan desain yang aman, rata, estetis, dan ramah disabilitas adalah langkah mendesak. Dikatakannya, trotoar yang terawat akan mengundang warga untuk lebih banyak berjalan kaki, mengurangi ketergantungan pada kendaraan bermotor, mengurai kemacetan, sekaligus meningkatkan kualitas udara.

Penertiban fungsi trotoar juga tidak bisa ditunda lagi. Parkir liar dan pedagang kaki lima perlu ditangani dengan pendekatan persuasif, bukan sekadar digusur, melainkan ditata dan dipindahkan ke lokasi yang lebih tepat.

Selain itu, pemerintah juga harus melibatkan komunitas warga, aktivis kota, dan kelompok pecinta lingkungan untuk mengawal kebijakan ini agar trotoar tidak kembali dikuasai kepentingan komersial jangka pendek.
“Trotoar adalah hak publik paling mendasar. Jika Medan benar-benar ingin menampilkan wajah kota modern, langkah awalnya bukan membangun jalan layang atau pusat perbelanjaan megah, melainkan menata jalur sederhana tempat warganya melangkah,” tegasnya.

“Trotoar bukan sekadar jalur pejalan kaki; ia adalah simbol penghormatan pada martabat manusia, cermin kepedulian pemerintah pada warganya, dan fondasi dari sebuah kota yang beradab,” pungkas Farid. (*)

 

Tags: Buku Karya Farid WajdiEthics of CareTrotoar di Medan
Previous Post

Menulis untuk Mengabadi, Bukan Sekadar Meng-viral: Bukti Nyata Kader Muhammadiyah di Era Digital Bising

Next Post

Menjadi Fasilitator Perubahan: Muhammadiyah Bali Siap Kawal Pembelajaran Mendalam, Coding AI, dan Pendidikan Karakter dari Papua hingga Aceh

Related Posts

Ethics of Care: Parkir Liar, Kota yang Kehilangan Wibawa

Ethics of Care: Parkir Liar, Kota yang Kehilangan Wibawa

31 Juli 2025
109
Ethics of Care Soal Rekening Rakyat Diblokir: Salah Kaprah, Sesat Nalar!

Ethics of Care Soal Rekening Rakyat Diblokir: Salah Kaprah, Sesat Nalar!

29 Juli 2025
133
Ethics of Care: Kebijakan Soal “Tanah Terlantar” Perlu Dicermati secara Kritis

Ethics of Care: Kebijakan Soal “Tanah Terlantar” Perlu Dicermati secara Kritis

23 Juli 2025
124
Tom Lembong Dihukum Tanpa Niat Jahat, Ethics of Care: Preseden Hukum yang Mengusik Nalar

Tom Lembong Dihukum Tanpa Niat Jahat, Ethics of Care: Preseden Hukum yang Mengusik Nalar

21 Juli 2025
125
KY Dorong Hakim Gunakan Yurisprudensi Sebagai Sumber Hukum

Ethics of Care Soroti 1,46 Triliun Megaproyek Medan: Terang di Baliho, Gelap di Realita!

20 Juli 2025
135
Buku Baru Farid Wajdi: Cara Damai Atasi Konflik Usaha

Buku Baru Farid Wajdi: Cara Damai Atasi Konflik Usaha

15 Juli 2025
108
Next Post
Menjadi Fasilitator Perubahan: Muhammadiyah Bali Siap Kawal Pembelajaran Mendalam, Coding AI, dan Pendidikan Karakter dari Papua hingga Aceh

Menjadi Fasilitator Perubahan: Muhammadiyah Bali Siap Kawal Pembelajaran Mendalam, Coding AI, dan Pendidikan Karakter dari Papua hingga Aceh

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TERDEPAN

  • Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    Tiga Puisi Tentang Nabi Muhammad SAW Karya Taufiq Ismail

    50 shares
    Share 20 Tweet 13
  • Said Didu Ingin Belajar kepada Risma Bagaimana Cara Melapor ke Polisi Biar Cepat Ditindaklanjuti

    42 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Din Syamsuddin: Kita Sedang Berhadapan dengan Kemungkaran yang Terorganisir

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Putuskan Sendiri Pembatalan Haji 2020, DPR Sebut Menag Tidak Tahu Undang-undang

    36 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Kisah Dokter Ali Mohamed Zaki, Dipecat Usai Temukan Virus Corona

    36 shares
    Share 14 Tweet 9

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Anjungan

  • Profil
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Kirim Tulisan
  • Pasang Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • Liputan
    • Internasional
    • Nasional
    • Daerah
      • Pemko Binjai
    • Pemilu
      • Pilkada
    • Teknologi
    • Olah Raga
    • Sains
  • Gagasan
    • Opini
    • Esai
    • Resensi
  • Gerakan
    • Muhammadiyah
      • PTM/A
      • AUM
      • LazisMu
      • MDMC
      • MCCC
      • LabMu
    • ‘Aisyiyah
    • Ortom
      • IPM
      • IMM
      • Pemuda Muhammadiyah
      • KOKAM
      • Nasyiatul ‘Aisyiyah
      • Hizbul Wathan
      • Tapak Suci
    • Muktamar 49
  • Kajian
    • Keislaman
    • Kebangsaan
    • Kemuhammadiyahan
  • Jambangan
    • Puisi
    • Cerpen
  • Tulisan
    • Pedoman
    • Tilikan
    • Ulasan
    • Percikan
    • Catatan Hukum
    • MahasiswaMu Menulis
  • Syahdan
  • Ringan
    • Nukilan
    • Kiat
    • Celotehan
  • Jepretan
    • Foto

© 2019 TAJDID.ID ~ Media Pembaruan & Pencerahan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In