“Pimpinan lembaga pendidikan Muhammadiyah perlu paham bahwa kursi pimpinan itu bukanlah kursi empuk yang dapat membuat pimpinan terlena, tertidur nyenyak di kursi kepemimpinannya, sehingga lupa berdiri dan tidak melakukan aktivitas apa pun dalam kepemimpinannya,” papar Irwan.
TAJDID.ID || Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Irwan Akib mengatakan, aktivitas di lembaga pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian integral dari perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dimana hal tersebut bukanlah sekadar ladang pencarian nafkah belaka, melainkan medan jihad yang memerlukan ketulusan niat, semangat mengabdi dan komitmen untuk memajukan lembaga sebagai wujud pengabdian untuk meraih ridha Allah SWT.
Menurut Irwan Akib, hal tersebut telah termaktub pada putusan Muktamar Muhammadiyah ke-45 tahun 2010 di Yogyakarta tentang revitalisasi pendidikan Muhammadiyah yang menegaskan bahwa ruh keikhlasan menjadi dasar utama dalam mendirikan dan menjalankan amal usaha di bidang Pendidikan.
“Ruhul ikhlas untuk mencari ridha Allah menjadi dasar dan inspirasi dalam mendirikan dan menjalankan amal usaha pendidikan”. Ikhlas artinya bersih dari segala sifat riya’ dalam menjalankan ketaatan pada Allah. Ikhlas merupakan perbuatan dimana kita menjalankan segala sesuatu dalam hidup semata-mata karena Allah,” jelas Irwan dikutip dari laman muhammadiyah.or.id.
Keikhlasan dan ketulusan disebutkan oleh Irwan Akib sebagai modal berharga untuk terhindar dari sifat riya’ dan sakit hati dalam segala perbuatan disaat beraktivitas.
“Maka ketulusan ini juga akan membuat diri tidak mengejar posisi dan jabatan, sebab yakin bahwa ridha Allah terhadap aktivitas di lembaga pendidikan Muhammadiyah tidak berdasarkan posisi dan jabatan yang dimiliki, namun keikhlasan bekerja dengan sungguh-sungguh, melakukan yang terbaik atas pekerjaan yang telah ditugaskan kepada kita,” terang Irwan.
Karena itu, Irwan menghimbau para pimpinan lembaga pendidikan Muhammadiyah untuk memahami arti dalam menjalani roda kepemimpinan atas dasar ridha Allah SWT. Dikatakannya pimpinan perlu memahami bahwa tidak ada yang abadi dalam sebuah roda kepemimpinan.
“Pimpinan lembaga pendidikan Muhammadiyah perlu paham bahwa kursi pimpinan itu bukanlah kursi empuk yang dapat membuat pimpinan terlena, tertidur nyenyak di kursi kepemimpinannya, sehingga lupa berdiri dan tidak melakukan aktivitas apa pun dalam kepemimpinannya,” papar Irwan.
“Namun, kursi pimpinan merupakan kursi panas yang harusnya tidak membuat Pimpinan duduk enak dan tidur pulas, justru malah membuat Anda untuk terus bangkit bergerak, memikirkan, dan menjalankan apa yang perlu dilakukan untuk kemajuan lembaga yang sedang dipimpinnya hingga pada saatnya kursi tersebut harus diserahkan kepada pemiliknya karena amanah yang diberikan telah usai,” tambahnya.
Lebih lanjut ditegaskannya, bahwa sekolah dan perguruan Muhammadiyah adalah bagian penting dari dakwah persyarikatan dimana kehadirannya harus memberikan manfaat bagi persyarikatan dan pengelolaannya harus dilakukan dengan amanah, penuh tanggung jawab, dan dikelola secara profesional dan melakukan efisiensi.
Terakhir ia berpesan, pimpinan, staf dan para pengelola harus menghadirkan diri secara ikhlas mengabdi kepada Allah melalui sekolah dan perguruan tinggi sehingga setiap gerak dan aktivitas di sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah bernilai ibadah, yang pada akhirnya tujuan keberadaan kita di persyarikatan yaitu untuk mencari rida Allah benar dapat tercapai dan lembaga pendidikan Muhammadiyah (sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah) tetap eksis, maju, dan memberi manfaat bagi umat serta kemajuan persyarikatan.(*)