TAJDID.ID~Malang || Dalam rangka memperingati hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni lalu, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Malang Raya menyelenggarakan Dialog Hijau pada Minggu (15/6/2025) di Kebun Rojo Camp, Dau, Kabupaten Malang. Dialog Hijau ini merupakan bentuk komitmen IMM Malang Raya terhadap permasalahan lingkungan hidup, terkhusus permasalahan sampah.
Dengan mengangkat tema “Plastik Kita Hari Ini, Bencana Kita Esok Hari?”, kegiatan ini diikuti oleh puluhan kader komisariat se Malang-Raya. Adapun yang didapuk sebagai pemantik dalam sesi dialog interaktif adalah perwakilan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Batu Dr. Ir. Machmudi, M.Si., dan Ketua Chapter Trash Hero Tumapel Coqi Basil.
Dr. Ir. Machmudi, M.Si., memulai sesi paparannya dengan bernostalgia dengan suasana Kebun Rojo Camp. Ia mengaku puluhan tahun yang lalu pernah tracking dan membuka jalur ke daerah Gading Kulon, termasuk ke area Coban Parangtejo. Ia cukup terpukau dengan perkembangan yang begitu pesat dengan dibukanya Kebu Rojo Camp.
“Kalo di Malang Raya terkenal dengan istilah Hash. Hampir seluruh bukit di Kota Batu, ketika hari Jum’at, kami jelajahi. Nah makanya, jadi saya bernostalgia lagi kesini,” katanya.
Ia lantas menjabarkan bagaimana kondisi sampah di Malang Raya. Dalam sehari, jumlah sampah di Malang bisa mencapai bobot lima ratus ton. Dari ratusan ton sampah tersebut tidak semuanya bisa dikelola dengan baik, mengingat besarnya volume sampah yang tidak sebanding dengan fasilitas pengelolaan yang tersedia.
“Kalau kita bisa mengurangi jumlah sampah sebanyak 20%, itu sudah cukup bagus. Ambil contoh di Batu, sampah paling banyak bukanlah berasal dari masyarakat Batu, melainkan dari pendatang. Maka harus ada protokol yang ketat bagi para wisatawan yang berkunjung ke Batu agar bisa menekan jumlah sampah” ucapnya.
Terakhir, ia memberikan pesan kepada kader-kader IMM Malang Raya untuk senantiasa menjaga dan memperhatikan lingkungan hidup. Hal ini karena sejatinya manusia memiliki fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Dan agama Islam juga mengajarkan supaya menjadi rahmatan lil alamin.
“Ingat ya, jangan suka memakai cup. Dan jangan suka memakai tisu. Itu hal-hal kecil yang bisa kita lakukan dan insya-Allah akan dicatat oleh Allah Swt.,” ucapnya.
Sementara itu, Coqi Basil memulai sesinya dengan menjelaskan tentang gerakan Trash Zero. Trash Zero merupakan non-governmental organizations (NGO) yang berbasis di Swiss serta berfokus di isu lingkungan hidup, terkhusus sampah. N
“Basis kami adalah relawan lingkungan. Kami memiliki visi untuk membebaskan bumi dari penggunaan plastik sekali pakai. Terkesan utopis memang, tapi jika tidak diusahakan sama sekali, kita sama saja sedang membiarkan kehidupan manusia menuju kepunahan secara perlahan,” terangnya.
Ia juga menyoroti realitas akan minimnya kesadaran pengelolaan sampah di masyarakat. Sebagian besar masyarakat mungkin telah mendengar istilah 3R, yakni reduce (kurangi), reuse (gunakan kembali) dan recycle (daur ulang). Padahal kini, konsep tersebut telah disempurnakan menjadi 5R, yakni ditambah dengan replace (mengganti) dan replant (menanam kembali).
Kegiatan Dialog Hijau diakhiri dengan aksi simbolis penanaman pohon di lingkungan Kebun Rojo Camp. Selain itu, peserta juga diajak makan bersama menggunakan alas daun pisang sebagai bentuk komitmen untuk mengurangi penggunaan bahan plastik.(*)
Kontributor: Masaqin