Berdasarkan temuan lain, konsumsi minuman berpemanis, termasuk minuman berkarbonasi, teh manis, dan minuman energi, telah mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Buwana menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi di Asia Tenggara dalam hal konsumsi minuman berpemanis, dengan rata-rata konsumsi mencapai 20,23 liter per orang per tahun.
Sementara itu, 62% anak-anak, 72% remaja, dan 61% dewasa dilaporkan mengonsumsi minuman berpemanis setidaknya sekali dalam seminggu Buwana (2023). Selanjutnya, penelitian Veronica et al. mengungkapkan bahwa konsumsi salah satu jenis minuman manis, yaitu teh susu, meningkat secara signifikan hingga 8500% sejak tahun 2018. Veronica et al. (2022). Peningkatan ini tidak hanya mencerminkan perubahan preferensi konsumen, tetapi juga menunjukkan dampak dari pemasaran yang agresif dan tren sosial yang mempengaruhi kebiasaan konsumsi. Penelitian ini menunjukkan bahwa minuman manis telah menjadi bagian integral dari pola makan sehari-hari, terutama di kalangan remaja yang lebih rentan terhadap pengaruh media sosial dan iklan.
Sementara itu, studi yang dilakukan oleh Azizah menganalisis hubungan antara konsumsi minuman manis dengan obesitas di kalangan dewasa di Jawa Timur Azizah (2022). Data dari Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi minuman manis berkontribusi terhadap masalah kesehatan yang lebih besar, termasuk obesitas dan diabetes.
Penelitian ilmiah mengungkapkan bahwa konsumsi minuman berpemanis, yang sering kali tinggi dalam kalori namun rendah dalam kandungan nutrisi, memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko obesitas dan diabetes mellitus tipe II. Kajian literatur terdahulu menunjukkan bahwa asupan minuman berpemanis yang kaya akan gula, seperti minuman boba, terkait secara positif dengan kejadian obesitas dan komplikasi metabolik, termasuk diabetes mellitus tipe II (Veronica et al., 2022).
Penelitian lain juga membuktikan bahwa minuman berpemanis kemasan, yang merupakan sumber kalori tinggi, dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular, seperti obesitas dan diabetes (Sari et al., 2021). Di kalangan remaja, asupan gula yang berlebihan dari minuman ini telah terbukti meningkatkan prevalensi obesitas. Dalam sebuah penelitian, 25% siswa melaporkan asupan gula yang melebihi rekomendasi (Luwito & Santoso, 2022).
Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan di Jakarta Barat menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara asupan gula dalam minuman dengan kejadian obesitas pada remaja, dengan hasil analisis menunjukkan p<0,05 (Luwito & Santoso, 2022). Studi lainnya menunjukkan bahwa pemahaman mengenai konsumsi minuman berpemanis berkaitan dengan status gizi remaja, di mana asupan yang tinggi minuman manis berkontribusi terhadap risiko obesitas. (Rahmawati et al., 2023).
Selain itu, perilaku konsumsi minuman berpemanis di kalangan dewasa juga menunjukkan keterkaitan yang signifikan dengan kadar glukosa darah, yang dapat menjadi penanda awal terjadinya diabetes (Hifayah et al., 2018). (*)
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara