TAJDID.ID~Yogyakarta || Kesadaran mengenai perubahan iklim yang terjadi menjadi tanggung jawab bersama semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Hal ini penting supaya perubahan iklim bisa dikelola dengan baik dan tetap pada jalurnya.
“Kesadaran lingkungan menjadi persoalan dasar di negeri ini. Baik para pemangku kepentingan dan masyarakat secara faktual harus sadar bahwa perubahan iklim yang terjadi tidak terkelola secara logika saat ini,” jelas Ahmad Syauqi Soeratno, tokoh masyarakat Yogyakarta, dalam keynote speech-nya di Diskusi Perubahan Iklim DPD Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Jumat (2/2).
Menurut Syauqi, untuk bisa mengurangi dampak dari perubahan iklim bisa lewat edukasi untuk membangun kesadaran akan isu perubahan iklim dan ini harus dilakukan secara terus menerus atau berkelanjutan karena ini persoalan jangka panjang.
Sementara, beberapa masyarakat di Indonesia masih banyak yang berpikir jangka pendek. Di samping juga persoalan perubahan iklim juga berdampak ke aspek lainnya, macam sosial, pendidikan, dan masih banyak lagi.
“Kalau sudah bicara lingkungan, maka ini persoalan yang sustainable. Jadi, perlu dipikirkan bagaimana cara, setidaknya masyarakat bisa memulai untuk membangun kesadaran dan menyalurkan kesadaran. Karena kecepatan persoalan lingkungan yang kompleks lebih cepat dari kesiapan dan pemahaman masyarakat umumnya tentang ini,” kata Syauqi.
Syauqi menyampaikan isu terkait iklim menyangkut pada isu lainnya, terutama budaya, ekonomi, dan teknologi. Kalau bicara lingkungan, perspektif tiga ini tidak bisa dipisahkan.
Terutama, dari aspek budaya, peradaban akan berubah manakala lingkungan juga berubah. Lingkungan akan menanggung resiko dari perubahan ini. Contohnya, dulu kalau minum air bisa langsung dari sungai, sekarang ada inovasi dengan dibuat botol kemasan. Dari sini muncul isu lingkungan yang baru yaitu sampah plastik.
Begitu juga persoalan lainnya, yaitu cuaca panas berkepanjangan melanda di beberapa wilayah Indonesia akibat perubahan iklim serta fenomena lainnya. Dari sini, kesadaran terhadap perubahan iklim makin urgent untuk dibahas semua pihak untuk mencari solusinya.
“Kalau kesadaran tidak mulai dari kita, ya perubahan tidak akan ada,” imbuh Syauqi.
Maka dari itu, Syauqi mengapresiasi digelarnya diskusi dari DPD IMM DIY tentang perubahan iklim ini yang dihadiri para anak muda generasi Z dan sebagian milenial. Ia memandang, awareness gen Z dan milenial terhadap lingkungan hidup tinggi
Gen Z dan milenial berbeda logika budaya dengan generasi sebelumnya, maka terjadilah perubahan budaya. Namun, awareness tinggi tidak akan langsung jadi aksi manakala tidak ada edukasi sistem dan sebagainya.
Terlebih, menjelang Pemilu 2024 nanti, forum semacam ini harus bisa mengirim pesan untuk meminta positioning paper para pemimpin bangsa terhadap kondisi 5-10 tahun ke depan seperti apa. Termasuk memastikan lingkungan bisa bertahan selama bertahun-tahun
“Dengan berbagai perspektif, ini harus dirembug bersama. Anda punya hak bertanya dan menentukan nasib bangsa ini dan bisa melakukan itu,” kata Syauqi yang saat ini menjadi calon anggota DPD RI dapil DIY nomor urut satu.
Dengan semua pihak duduk bersama, diharapkan ada solusi yang bisa menyelesaikan persoalan iklim, tidak hanya setahun saja tetapi sampai 5-10 tahun mendatang. Dengan memperhatikan impact budayanya seperti apa, teknologi apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi beban lingkungan dan mempercepat transisi energi terbarukan.
Ahmad Syauqi Soeratno dikenal masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai sosok muda, membumi, dan peduli. (*)